Bentuk Supply Chain Dangke I

Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 187

c. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan selama menahan barang-barang tertentu selama jangka waktu antara di hasilkan atau diterima sampai dengan dijual. Pada bentuk supply chain I, produsen dan agen mengeluarkan biaya penyimpanan karena produsen dan agen sama-sama menggunakan freezer untuk menyimpan susin agar susin tidak cepat rusak. Demikian pula halnya pada bentuk supply chain II, tetapi untuk pengecer hanya menggunakan cool box yang kecil untuk menyimpan susin. d. Biaya Pengemasan Biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan pada saat pengemasan susin. Untuk biaya pengemasan hanya dilakukan oleh agen pada bentuk supply chain I sebesar Rp.60cup hal ini disebabkan karena biasanya konsumen ada yang membeli susin lebih dari 2 cup sehingga membutuhkan alat untuk mengemas susin. Dengan mengetahui bentuk supply chain, biaya pemasaran dan harga jualnya maka dapat diketahui efisiensi pemasaran susin tersebut, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Efisiensi Pemasaran Susin pada Koperasi Sintari Kabupaten Sinjai. Bentuk Supply Chain Biaya PemasaranRpcup Harga Jual Rpcup Efisiensi Pemasaran I 1.169,3 2.000 58,5 II 1.553,45 2.000 77,7 Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2010. Tabel 2 menunjukkan pada bentuk supply chain I memiliki efisiensi pemasaran sebesar 58,5 atau 0,58 dan bentuk supply chain II sebesar 77,7 atau 0,77. Dengan demikian dapat diketahui bahwa masing- masing saluran dapat dikatakan tidak efisien karena mengeluarkan biaya pemasaran yang cukup tinggi sedangkan harga jual susin yang cukup rendah. Hasil ini sesuai dengan penelitian Iskandar et al 1993 bahwa biaya pemasaran yang harus di tanggung oleh masing-masing lembaga pemasaran berbeda. Supply Chain Dangke Dangke adalah makanan khas dari Kabupaten Enrekang yang kaya akan gizi dan bebas dari pengawet. Bahan utamanya murni dari susu sapi segar. Harga perbijinya berkisar antara Rp.10.000- Rp.17.000. Sebelum menjadi dangke, susu segar tadi harus dimasak dalam waktu yang cukup lama sehingga susu tersebut menggumpal untuk kemudian dibentuk menjadi dangke.

1. Bentuk Supply Chain Dangke I

Produk sapi perah sistem mandiri di Kabupaten Enrekang tidak dipasarkan dalam bentuk susu segar tetapi langsung diolah oleh peternak sapi dan keluarganya untuk diproduksi menjadi bahan makanan khas masyarakat Enrekang dan kegiatan ini merupakan industri skala rumah tangga dan harga makanan khas tersebut dangke adalah Rp. 10.000buah-17.000buah, untuk membaut satu buah dangke membutuhkan 1,5 liter susu segar. Setelah dibuat maka selanjutnya dipasarkan ke konsumen, dari dangke ini peternak sapi perah mendapat keuntungan yang cukup menjanjikan. Adapun supply chain I produk sapi perah sistem mandiri dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Supply Chain Produk Sapi Perah Sistem Mandiri Gambar 3 menunjukkan bahwa saluran pemasaran susu segar dari usaha sapi perah sistem mandiri bahkan sangat pendek karena oleh peternak sapi perah yang ada di Kabupaten Enrekang langsung mengolah susu segar setelah diperah selanjutnya hasil olahan tersebut dipasarkan ke konsumen yang ada di pasar tradisional di daerah tersebut. Dengan kegiatan tersebut sangat menguntungkan bagi peternak sapi perah sistem mandiri karena tidak mengeluarkan biaya pemasaran . Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar dan Kusnadi 2004 bahwa mahalnyaharga susu yang diterima oleh peternak di Kabupaten Cirebon karena langsung kepada konsumen. Tingginya keuntungan dari pemasaran dangke disebabkan produk tersebut diinginkan oleh pasar konsumen. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Ismet 2009 bahwa pendekatan terhadap agribisnis modern harus meninggalkan ciri orientasi produksi tetapi harus dipusatkan pada orientasi pasar dan orientasi sumberdaya. Peternak Sapi Perah Pengolah Susu Konsumen Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 188 2. Bentuk Supply Chain Dangke II Dangke yang telah dibuat oleh peternak selain langsung dibeli oleh konsumen juga beberapa pedagang membeli ke produsen biasanya jika ingin membeli dangke dengan jumlah banyak mereka pedagang memesan sehari sebelumnya. Adapun supply chain II produk sapi perah sistem mandiri dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Bentuk Supply Chain II Gambar 4 menunjukkan produk sapi perah system mandiri dangke selain dijual langsung ke konsumen juga beberapa pedagang membeli dari produsen kemudian menjual ke konsumen. Adapun lokasi penjualan di pasar dan disepanjang jalan poros Kabupaten Enrekang yang berdekatan Kabupaten Tana Toraja. Margin pemasaran supply chain tersebut dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Margin dan Supply Chain Dangke di Kabupaten Enrekang Bentuk Supply Chain Lembaga Pemasaran Harga Jual Rpbuah Harga Beli Rpbuah Margin Rpbuah I Produsen 13.217,4 12.478,3 739,1 Total II Produsen 13.217,4 12.478,3 739,1 Pengecer 13.285,7 11.762 1.513,7 Total Sumber : Data primer yang Telah Diolah, 2011. Sementara biaya-biaya yang dikeluarkan pada pemasaran dangke yaitu : a. Biaya Transportasi Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pelaku pemasaran yaitu produsen yang sering melakukan penjualan ke pasar tradisional di Kabupaten Enrekang oleh pedagang pengecer yaitu pada saat melakukan pembelian ke produsen dangke yaitu ke peternak selanjutnya pedagang pengecer tidak melakukan biaya transportasi lagi karena pedagang pengecer tersebut hanya menunggu konsumen di tempat pembelian yaitu di sepanjang pinggir jalan poros Enrekang

b. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yaitu biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk melakukan kegiatan pembuatan dangke sementara biaya tenaga kerja oleh pedagang pengecer yaitu biaya pada saat melakukan pembelian ke produsen c. Biaya Pengemasan Biaya pengemasan yaitu biaya yang hanya dikeluarkan oleh produsen yaitu Rp.1000buah yang hanya menggunakan daun pisang sementara pedagang pengecer tidak melakukan pengemasan lagi Dengan mengetahui bentuk supply chain, biaya pemasaran dan harga jualnya maka dapat diketahui efisiensi pemasaran dangke tersebut, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Efisiensi Pemasaran Dangke di Kabupaten Enrekang. Bentuk Supply Chain Biaya PemasaranRpbuah Harga Jual Rpbuah Efisiensi Pemasaran I 1.267,87 13.217,4 95,8 II 6.354,87 13.285,7 47,8 Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2011. Tabel 4 menunjukkan bahwa bentuk supply chain I merupakan bentuk paling efisien karena biaya yang dikeluarkan kecil sementara harga jual dangke cukup tinggi oleh karena permintaan yang sangat tinggi oleh masyarakat di Kabupaten Enrekang. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa supply chain produk sapi perah sistem mandiri dangke lebih efisien dibandingkan supply chain produk sapi perah sistem kemitraan susu pasteurisasi berarti semakin panjang bentuk supply chain maka margin pemasaran relative Produsen Pedagang Pengecer Konsumen Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 189 lebih tinggi. Semakin besar rasio margin pemasaran terhadap harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir berarti bagian harga yang diterima oleh peternak akan semakin kecil. Jadi perbedaan supply chain produk usaha sapi perah sistem kemitraan dan mandiri terletak pada pola transaksi yang terjadi antara peternak sapi perah dengan pedagang. Jika pada sistem mandiri, peternak sapi perah dapat bertransaksi langsung dengan dengan konsumen. Namun pada sistem kemitraan, transaksi yang terjadi antara peternak sapi perah dengan konsumen dilakukan secara tidak langsung yang melalui perusahaan inti yaitu oleh Koperasi Sintari. Hal ini terjadi karena peternak sapi perah sistem kemitraan telah terikat kontrak dengan perusahaan inti bahwa peternak sapi perah berkewajiban menjual produk susu segar kepada koperasi yang dikelola oleh perusahaan inti. KESIMPULAN Bentuk supply chain produk sapi perah di Kabupaten Sinjai terdiri dari dari dua bentuk yaitu bentuk pertama dari produsen ke agen dan ke konsumen akhir sementara bentuk kedua dari produsen ke agen selanjutnya ke pengecer dan terakhir ke konsumen begitu pula halnya Supply chain produk sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu dari produsen langsung ke konsumen dan bentuk kedua yaitu dari produsen ke pedagang pengecer selanjutnya ke konsumen. Supply chain produk usaha sapi perah system kemitraan yaitu susu pasteurisasisusin tidak efisien dibandingkan supply chain produk sapi perah system mandiri yaitu dangke SARAN Sebaiknya Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai dapat mengefisienkan biaya-biaya pada supply chain produk susu pasteurisasi sehingga keuntungan yang diperoleh peternak juga dapat lebih tinggi DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Departemen Pertanian. Soekartawi. 1995. Analisa Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, Jakarta. Shepherd, A.W. 2005. The implications of supermarket development for horticultural farmers and traditional marketing sistems in Asia revised paper. FAOAFMAFAMA Regional Workshop on the Growth of Supermarkets as Retailers of Fresh Produce. Kuala Lumpur. Siregar, B.S dan Kusnadi, U. 2004. Peluang Pengembangan Usaha Sapi Perah di Daerah Dataran Rendah Kabupaten Cirebon. Media Peternakan. Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi Peternakan. Volume 28 No.2. ISSN 0216-9053. Windarsari, D.L. 2007. Kajian Usaha Peternakan Ayam ras Pedaging di Kabupaten Karanganyar : Membandingkan antara Pola Kemitraan dan Pola Mandiri. Tesis. Institut Pertanian Bogor Sirajuddin, Aminawar, Mursidin, 2010. Analisis Permodalan Koperasi Sintari di Kabupaten Sinjai. Jurnal Ilmiah Aktualita. Edisi ke-1 Februari 2011. Vol 3. ISSN N0. 2085 - 3505. Soekartawi, 2001. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Penerbit PT. RajaGrafindo. Jakarta. Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 190

27. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA TEHNIK