Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
167
24. PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI HUTAN KTH MELALUI
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI ARABIKA
Hepi Hapsari
1
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
1
Jl. Raya Jatinangor-Sumedang, Km 21 e-mail :
hapsari.hepiyahoo.co.id
ABSTRAK Pelestarian hutan dan sumberdaya air dilakukan dengan melibatkan petani lingkar hutan melalui
pengembangan agribisnis kopi arabika. Program ini difasilitasi Perhutani, Pemda, CSR, Perguruan Tinggi dan berbagai pihak dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani, penghijauan, membangun kluster agribisnis
kopi, dan kontribusi pendapatan desa. Tujuan penelitian adalah 1 mengetahui profil agribisnis kopi Arabika, 2 menyusun model perberdayaan petani perspektif pembelajaran
life skills. Desain penelitian kualitatif eksploratif dengan metode studi kasus. Tempat penelitian ditentukan secara
purposive di Kelompok Tani Manglayang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Analisis data secara deskriptif. Pengumpulan
data melalui wawancara mendalam, observasi, analisis dokumen dan FGD . Pengolahan data melalui
prosedur reduksi, simplifikasi, klasifikasi, koseptualisasi dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KTH Manglayang telah menghasilkan kopi khas Priangan meskipun produktivitas masih rendah sekitar 2
tonHa. Petani kopi sudah menerapkan integrated farming, terpadu dengan ternak sapi perah.
Pemberdayaan petani kopi yang dilakukan berbagai pihak belum terkoordinasi, baru sebatas vocational skills
dan belum sampai life skills. Idealnya petani diberi ketrampilan di semua sub sistem Agribisnis dan didukung
insentif bantuan saprodi bibit kopi dan tanaman naungan, teknologi budidaya, mesin pengolahan, pemasaran dan pembiayaan melalui klaster bisnis kopi Priangan. Untuk meningkatkan pendapatan petani
dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi melalui integrated farming, meningkatkan produktivitas dan
kualitas melalui pemberdayaan life skills. Faktor harga adalah mekanisme pasar yang sulit dikontrol petani.
Kata kunci : pemberdayaan, petani hutan, agribisnis, kopi
EMPOWERMENT OF FARMERS FORESTRY GROUP THROUGH DEVELOPMENT OF ARABICA COFFE AGRIBUSINESS
ABSTRACT Conservation of forest and water resources carried out with the involvement of farmers through agribusiness
development circumference forest arabica coffee. The program is facilitated by Perhutani, local government, CSR, universities and various parties in order to increase the income of farmers, planting, building clusters of
coffee agribusiness, and rural income contribution. Research objectives are 1 to determine the profile of agribusiness Arabica coffee, 2 create a model for farmer empowerment perspective of learning life skills.
Exploratory qualitative research design with the case study method. Research site chosen purposively in Manglayang Farmers Group, Cilengkrang district, Bandung regency. Descriptive data analysis. Collecting data
through in-depth interviews, observation, document analysis and focus group discussions. Data processing procedures through reduction, simplification, classification, and verification koseptualisasi. The results
showed that KTH has produced specialty coffee Manglayang Priangan though productivity is still low at around 2 tonnesha. Coffee farmers are already implementing integrated farming, integrated with dairy
cattle. Empowerment of coffee farmers who were made parties are not coordinated, the new limited vocational skills and life skills not yet. Ideally, farmers were given skills in all sub-systems of Agribusiness and
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
168
backed incentive aid inputs seeds and crop shade coffee, cultivation technology, machinery processing, marketing and financing through business clusters Priangan coffee. To increase farmers income can be done
with lower production costs through integrated farming, improve productivity and quality by empowering life skills. The price factor is the market mechanism that is difficult to control farmers.
Keywords : empowerment , forest farmers , agribusiness , coffee PENDAHULUAN
Krisis air dan penjarahan hutan yang marak sejak dua dekade terakhir adalah sebagai akibat dari tidak meratanya pertumbuhan ekonomi, kesalahankebijakan tata ruang dan tata guna lahan. Lahan pertanian
milik masyarakat adat banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman, sehingga masyarakat yang mayoritas petani miskin bergeser ke lahan hutan milik negara, menebang pohon dan membuka lahan pertanian di atas
tanah Perhutani. Kehidupan mereka secara umum kurang sejahtera, tidak memiliki lahan dan keterampilan sebagai sumber penghidupan, sehinggaterpaksa menjarah hutan untuk bertahan hidup.
Kelompok Tani Hutan KTH adalah salah satu Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. Bagi Pemda dan dinas-dinas terkait,KTH lebih dikenal daripada LMDH. Hal ini berkaitan dengan pembinaan dan bantuan
biasanya diberikan kepada kelompok tani dan bukan lembaga masyarakat. LMDH dibentuk tahun 2006 dan merupakan Mitra Perum Perhutani. Kegiatan yang dirintis oleh LMDH awalnya adalah pengelolaan air bersih
di sekitar Kabupaten Bandung. Pengelolaan air bersih ini digunakan sebagaibahan baku air mineral atau air minum kemasan dan untuk mengairi tanaman hortikultura yang banyak di dataran tinggi bekas tebangan
hutan. Kekhawatiran terhadap eksploitasi berlebihan sumber air bersih dan bencana tanah longsor, maka Gubernur Jabar mengeluarkan SK No. 522 tahun 2007 yang berisi larangan adanya budidaya tanaman
hortikultura di lahan hutan dan mengembalikan hutan produksi menjadi hutan lindung. Dalam upaya melibatkan masyarakat melestarikan hutan tanpa harus kehilangan sumber penghidupan, maka Perum
Perhutani menghimbau masyarakat sekitar hutan untuk budidaya tanaman keras bernilai ekonomi tinggi. Tanaman perkebunan seperti kopi dan kayu cocok untuk perlindungan hutan dataran tinggi, karena tidak
banyak dilakukan pengolahan tanah intensif sehingga tanah tidak terkikis dan mampu menahan air dalam jangka panjang. Selain itu, tanaman perkebunan menjadi sumber penghasilan yang berarti bagi masyarakat
sekitar hutan. Dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, pihak Perhutani meminjamkan lahan Hak
Guna Garap selama 20 tahun dengan kontribusi 30 produksi disetorkan ke Perhutani. Komoditi yang banyak dikembangkan dalam PHBM kopi jenis Arabika karena bagus untuk konservasi, bernilai ekonomi
tinggi dan cocok untuk dataran tinggi Jawa Barat Priangan.Pemda membantu penyuluhan dan tanaman pelindung. Belum ada bantuan sarana produksi, pengolahan, pemasaran, dan akses ke lembaga keuangan
maupun pembinaan dalam suatu klaster. Sementara masyarakat masih terbatas ekonomi dan pendidikan sehingga kesulitan untuk mengembangkan usahataninya. Masyarakat memiliki keterbatasan keterampilan
teknis
vocational skills, keterampilan berinteraksi dengan orang lain sosial skills dan karakter pribadi personal skills, makasangat dibutuhkan pemberdayaan yang berbasis life skills, didukung bantuan sarana
produksi memadai, mesin pengolahan pasca panen, dan pemasaran yang berpihak petani. Oleh karena itu perlu adanya sebuah upaya peningkatan nilai tambah, sekaligus pemberdayaan Kelompok Tani Hutan melalui
pengembangan agribisnis kopi Arabika, dengan pendekatan pembelajaran life skills didukung dengan konsep
kluster bisnis kopi Priangan. Budidaya kopi Arabika di KTH Manglayang menggunakan pupuk kotoran sapi perah yang diternakkan
oleh para petani di wilayah setempat. Pakan sapi diperoleh dari rerumputan kebun kopi, hijauan gulma kopi dan limbah kulit kopi. Jadi dapat dikatakan pengembangan agribisnis kopi Arabika di Manglayang berbasis
integrated farming. Kendala utama dalam mewujudkan integrated farming dalam usahatani kopi, adalah perilaku petani pengetahuan, sikap, ketarmpilan yang masih lemah. Kapasitas sumberdaya manusia
sebagai pelaku utama sangat mempengaruhi penerapan
integrated farming tanpa harus khawatir akan mengalami kerugian atau rumitnya mengolah limbah kotoran ternak.
Dalam pengembangan agribisnis, klaster telah menjadi mekanisme yang ampuh untuk mengatasi keterbatasan petani dalam hal skala usaha dan persaingan pasar yang ketat. Pembentukan klaster menjadi
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
169
isu penting dalam pengembangan agribisnis kopi karena secara individual petani seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen
serta pemenuhan permintaan dan penawaran yang kontinyu. Usahatani seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam pembelian input sarana produksi pertanian, akses jasa keuangan, akses
teknologi, informasi pasar dan konsultasi pakar. Pembangunan sumberdaya manusia sekitar hutan perlu dilakukanmelalui upaya pemberdayaan seutuhnya.
Peran pemerintah terutama Perhutani adalah secara aktif memberikan bimbingan kepada masyarakat yang umumnya miskin dan tidak memiliki keterampilan, agar nantinya dapat mandiri dalam menghadapi tantangan
hidup, tidak bergantung kepada alam secara pasif, terlebih ikut serta dalam mengelola dan melestarikan hutan. Pemberdayaan petani hutan melalui pengembangan Agribisnis Kopi Arabika berbasisklaster bisnis dan
integrated farming adalah konsep komprehensif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, melestarikan hutan, tanah dan sumberdaya air. Inti pemberdayaan adalah pengembangan
sumberdaya manusia sebagai
outcame jangka panjang.Peningkatan kualitas SDM petani dapat dicapai dengan pendekatan pembelajaran
life skills kecakapan hidup. Sedangkan peningkatan pendapatan dan pelestarian lingkungan adalah output jangka pendek dan menengah sebagai akibat dari perubahan perilaku.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pemberdayaan Petani melalui Pengembangan Agribisnis Kopi Arabika
METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah kualitatif eksploratif dengan metodeteknik penelitian studi kasus. Tempat
penelitian ditentukan secara purposive di Kelompok Tani Hutan KTH Manglayang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.Tempat ini dipilih karena mewakili profil agribsinis Kopi di Jawa Barat yang terpadu
dengan ternak sapi perah. Selain itu, KPH Manglayang menjadi salah satu sasaran Pengabdian Kepada Masyarakat PKM Universitas Padjadjaran.Penelitian dilakukan tahun 2013 bersamaan dengan pelaksanaan
Ipteks bagi Masyarakat IbM
– Ditlitabmas Dikti. Data primer diperoleh dari keterangan informan praktisi dan pakarkopi
stakeholdermeliputi petani, ketua kelompok tani, pedagang pengumpul, bandar, Perhutani, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi,
aparat desa, Ketua LMDH, Asosiasi Kopi Jabar, Universitas Padjadjaran. Data sekunder diperoleh daridokumen dan laporan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis kopi di KPH Manglayang.
Pengembangan Agribisnis Kopi
Integrated Farming
Budidaya Kopi
Ternak sapi
Limbah Input
Pemberdayaan life skills
personal, sosial,
intelektual, vokasional
Saprotan organik Inovasi budidaya
Tek. pasca panen Akses pasar
Akses modal Kesejahteraan Petani
Kelestarian Lingkungan
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
170
Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif disertai PKM, analisis dokumen dan diskusi terarah FGD dengan para
stekeholder. Fokus penelitian adalah pola, problema, kelemahan dan kekuatan potensi agribisnis kopi, adopsi
integratedfarming, karakteristik petani, perilaku petani pengetahuan, sikap, keterampilandan kebutuhan materi pemberdayaan. Analisis data secara deskriptif kualitatif dan kajian pemberdayaan. Analisis data
secara deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang, grafik, bagan yang menjelaskan fenomena penelitian. Pengolahan data melalui prosedur reduksi pengurangan data tidak penting, simplifikasi penyederhanaan
dan pemadatan data, klasifikasi pengelompokan data sejenis, konseptualisasi mendefiniskan mengabstraksi dan verifikasi konfirmasi kembali dengan sumberdata. Tahapan pengolahan data 1 Data
yang sudah dikurangi, dipadatkan, dikelompokkan kemudian disusun dalam tabel silang dan matriks SWOT. 2 menyusun pola atau bagan yang menghubungkan berbagai temuan. 3 Pola dan tabel silang kemudian
dikonsepkan, diabstraksi, dinarasikan secara logis menjadi hasil penelitian sementara.Ini disebut konstruksi tahap pertama. 4 hasil penelitian sementara dikonfirmasikan kepada nara sumber data dalam bentuk FGD
kedua.Hasil FGD untuk memperbaiki dan melengkapi hasil penelitian, dan kemudian dirumuskan menjadi hasil penelitian tetap.Ini disebut konstruksi tahap kedua.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberdayaan masyarakat sekitar Kesatuan Pemangkaun Hutan KPH Bandung Utara dilakukan oleh
Perum Perhutani melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM sejak tahun 2002. Program ini didukung oleh berbagai instansi, baik dari Pemerintah Daerah maupun swasta. Salah satu program kerja
PHBM adalah membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH yang menjadi mitra Perhutani dalam pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Di setiap KPH terdapat satu LMDH dan beberapa KTH. Bagi
Pemerintah Daerah, KTH lebih dikenal dibandingkan LMDH, karena pembentukan KTH dilaporkan juga kepada dinas-dinas terkait. Kelompok tani dibina oleh Dinas Pertanian, Perkebunan, dan BP5K. Sedangkan
Koperasi dibina oleh Dinas Koperasi dan UKM. Dalam Program memberdayaan masyarakat sekitar hutan, Perhutani melalui PHBM menyediakan sebagian
lahan hutan untuk digarap bersama masyarakat yang tergabung dalam LMDH. Jenis tanaman yang diusahakan mayoritas kopi Arabika, karena cocok untuk iklim hutan datan tinggi Priangan. Sebagian
tanaman pelindung yang terdiri pohon buah-buahan dan kayu-kayuan. Sarana produksi sebagian besar diusahakan sendiri oleh petani, sebagian dibantu dinas-dinas terkait berupa bibit kopi dan tanaman
pelindung. Untuk menekan biaya produksi, petani menggunakan pupuk organik kotoran sapi seluruhnya dan melakukan pengendalian hama semi organik kimia dan organik. KTH Manglayang juga mulai
menangkarkan bibit kopi dan tanaman pelindung untuk kebutuhan sendiri dan dijual kepada kelompok tani lain.
Penerapan
Integrated Farming dalam Agribisnis Kopi
Deskripsi perilaku petani yang menerapkan integrated farming dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Orientasi mengurangi biaya pupuk. Upaya petani untuk mendapatkan keuntungan antara lain dengan menekan biaya produksi usahatani, meningkatkan produktivitas dan kualitas produk. Faktor harga sulit
dikendalikan petani karena berada dalam mekanisme pasar, yang ditentukan para pedagang besar.Pengalaman petani, kualitas kopi dengan pupuk organik lebih bagus, lebih mudah terjual dan harga
lebih tinggi.
2. Diversifikasi usaha dengan memelihara sapi perah. Manfaat sapi perah selain susu 10 literekorhari, juga limbah kotoran 25 kgekorhari.
3. Memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk mendukung pertanian ramah lingkungan, menambah pendapatan, dan mengurangi penimbunan kotoran di sekitar kandang atau rumah.
4. Pakan sapi diperoleh dari rumput dan gulma kopi. Kebiasaan petani, pergi ke kebun kopi membawa kotoran sapi untuk pupuk, pulang membawa rumput yang disiangi dari kebun untuk pakan sapi.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
171
Tabel 1. Matriks Strategi Integrated Farming Kopi Arabika
Faktor Eksternal Faktor Internal
Opportunity Peluang Threat Ancaman
P e
rmi n
ta a
n P
a sa
r D
u k
u n
ga n
T e
k n
o lo
gi D
u k
u n
ga n
P e
m e
ri n
ta h
P e
rs a
in ga
n P
ro d
u k
S e
ra n
ga n
h a
m a
p e
n ya
k it
A n
d a
m a
n P
ro d
u k
l u
a r
Ket id
a k
p a
st ia
n h
a rga
1 2
3 1
2 3
4 Strength Kekuatan
Strategi SO Strategi ST
Lahan Subur 1 1.Kesesuaian lahan dan sikap orientasi pasar merupakan
kekuatan untuk menangkap peluang pasar kopi, disertai
dukungan teknologi dan pemerintah dengan
meningkatkan adopsi teknologi integrated farming
S 1,5 ; O1,2,3
2.Profitabilitas usahatani ternak dan aktivitas
kelompok tani merupakan kekuatan untuk menangkap
teknologi IF S2,3,4; O3 1.Profitabilitas usahatani dan
aktivitas kelompok tani merupakan kekuatan untuk
mendirikan koperasi petani kopi untuk bargaining pada pasar
kopi organik S2,4; T1,3
2.Aktivitas kelompok tani dan sikap kebersamaan petani dapat
digunakan untuk mengatur pola penjualan sehingga mengurangi
ketidakpastian harga S4,5; T4
3.Aktivitas kelompok tani dan sikap gotong royong petani
merupakan kekuatan untuk bersama-sama mengatasi
serangan hama penyakit S4,5; T2
Profitabilitas usahatani 2 Ternak tumbuh baik 3
Aktivitas kelompok tani 4
Sikap orientasi pasar 5
Weakness Kelemahan Strategi WO
Strategi WT Persaingan dengan 1
produk non organik 1.Peningkatan akses pada pasar
yg lebih luas untuk mengatasi persaingan dengan kopi non
organik, dengan memanfaatkan permintaan
organik kalangan menengah ke atas W1; O
2.Peluang pasar kopi organik disertai dukungan teknologi
digunakan untuk meninghkatkan harga jual
dengan penjualan off season W4; O2
1.Pengaturan pola penjualan hasil untuk mengatasi persaingan
dengan kopi non organik dan ketidakpastian harga W1; T1,4
2.Peningkatan akses pada pasar industri untuk mengurangi
ancaman produk luar, dengan bargaining forum komunikasi
petani kopi W1; T3 Serangan hama penyakit 2
Harga saprotan mahal 3 Ketidakpastian harga 4
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
172
Profil Agribisnis Kopi dalam Perspektif Klaster Klaster agribisnis diharapkan dapat menjembatani kebutuhan petani kopi dengan seluruh
stakeholder. Kelemahan pada aspek pemasaran, teknologi, dan permodalan dirasa perlu pendekatan klaster
untukmenghubungkan petani dengan jaringan bisnis yang lebih luas Widyastuti, 2010. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk merintis klaster Kopi di wilayah Bandung Utara, khususnya Manglayang.
1. Keberadaan kelompok tani sejenis di KPH Bandung Utara Manglayang dan Burangrang 2. Kerjasama di bidang produksi masih terbatas pengadaan bibit yang berasal dari kelompok tani maju.
Pupuk organik hasil olahan limbah kotoran sapi. Di KTH Manglayang belum ada kemitraan. 3. Terdapat kerjasama penggunaan mesin pengupas kopi basah secara bergantian dengan sistem sewa.
4. Adopsi inovasi teknologi budidaya danpasca panen belum berkembang. Jenis produksi kopi baru sebatas kopi beras biji kopi. Bahkan sebagian petani menjual dalam bentuk kopi basah gabah.
5. Kerjasama pemasaran dalam taraf penjajagan melalui koperasi.Potensi pasar luas karena meningkatnya
konsumsi kopi dan tumbuhnya caffe resto di wilayah Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Harga kopi
cenderung stabil dan tingkat kenaikan harga setara dengan inflasi. 6. Aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan petani masih terbatas budidaya on farm yang diperoleh
petani dari kelompok tani lain yang lebih maju dan PPL. Petani belum dibekali keterampilan pembibitan, pestisida nabati, pengolahan pasca penen yang baik, pemasaran, koperasi dan proporsal kredit usahatani.
7. Dukungan peromadalan dari Kementrian Kehutanan dan Kementrian Koperasi dan UKM masih terbatas. 8. Dukungan kebijakan pengembangan sentra produksi kopi dari Pemda, Perhutani maupun perbankan
belum maksimal. 9. Ketersediaan lahan sudah memadai oleh Perhutani melalui PHBM. Kendalanya adalah sistem bagi hasil
yang dinilai merugikan petani dan kurang pembinaan. 10. Jika telah terbentuk rintisan klaster, diharapkan ada pengendalian harga sarana produksi tanaman
maupun harga produk kopi. Menurut Bank Indonesia 2006 ada 4 aspek yang harus ada dalam menumbuhkan klaster : 1 adanya konsentrasi pelaku utama dalam suatu wilayah, 2 adanya interaksi
antar pelaku usaha, 3 kombinasi sumberdaya dan kompetensi antar pelaku usaha yang berinteraksi, 4 pembentukan dan interaksi antar pelaku usaha dalam institusi pendukung yang berfungsi membantu
klaster secara keseluruhan. Pemda, Perhutani, Badan Litbang, Perguruan Tinggi dan lembaga terkait berperan membina : penguatan
kelembagaan petani, peningkatan SDM petani, kolaborasi, kemitraan, permodalan dan pemasaran. Kemitraan antara kelompok tani atau koperasi dengan pedagang atau perusahaan agroindustri, diperkirakan
paling sesuai dan paling menguntungkan. Hasil penelitian Hepi Hapsari dan Maria Santi 2010menunjukkan bahwa melalui kontrak kerja kemitraan, lebih menjamin ketersedian sarana produksi, permodalan dan
pemasaran bagi petani, meskipun ada keterbatasan Di lain pihak, pedagang atau perusahaan agroindustri akan memperoleh pasokan bahan baku yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Perusahaan dapat menekan biaya pengadaan bahan baku, sebab tidak harus membeli atau menyewa lahan, tidak harus mengupah tenaga kerja atau mengelola usahatani dalam skala besar.
Konsep Pemberdayaan
Life skills dalam Sistem Agribisnis
Dalam sistem agribisnis, seluruh sub sistem dari hulu sampai hilir memerlukan SDM petani yamg mengusai kecakapan hidup
life skills yang meliputi : keterampilan pribadi personal skills, kecerdasan intelektual skills, keterampilan teknis vocational skills, kemampuan berinteraksi dengan orang lain social
skills. Petani dilatih untuk cerdas, terampil dan mandiri dalam segala aspek usahataninya.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
173
Gambar 2. Pemberdayaan
Life Skills dalam Sistem Agribisnis
KESIMPULAN 1. Profil agribisnis kopi Arabika di KTH Manglayang : telah menerapkan integrated farming, lahan tersedia
cukup luas, jumlah kelompok tani bertambah, interaksi antar kelompok tani cukup baik, teknologi budidaya dan pasca panen belum berkembang, pemasaran lokal terbatas, harga cenderung rendah,
belum ada kemitraan, bantuan permodalan terbatas, kualitas SDM petani rendah, dukungan kebijakan Pemda belum maksimal. Berdasarkan fakta tersebut, maka untuk pembentukan klaster banyak hal yang
harus diperbaiki. Klaster akan membantu petani dalam pemasaran dan harga yang lebih terjamin.
2. Model pemberdayaan perspektif life skillsyang relevan untuk petani kopi Manglayang adalah mencakup
keterampilan pribadi, peningkatan pengetahuanwawasan, keterampilan berinteraksi dengan orang lain, keterampilan teknis. Sedangka materi pemberdayaan meliputi semua sub sistem agribisnis mulai dari
pengadaan saprotan, teknik budidaya, teknik pengolahan pasca panen, teknik pemasaran, pencarian informasi, permodalan, kewirausahaan dan kemitraan.
DAFTAR PUSTAKA Sumber disertasi:
- Hepi Hapsari dan Maria Santi. 2010.
Kemitraan Petani Tomat dengan Pedagang Pengumpul di Sub Terminal Agribisnis Cigombong, Kab. Cianjur. Laporan Penelitian Hibah Bersaing – DP2M DIKTI.
- Hepi Hapsari, Endah Djuwendah, Asep Yusuf. 2013.
Pemberdayaan Life Skills bagi Kelompok Petani Kopi Manglayang. Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat – Ipteks Bagi Masyarakat IbM –
Ditlitabmas DIKTI. -
Widyastuti, D.E., Istis Baroh, dan Rahmad P. Sudibyo. 2010. Pemberdayaan UKM melalui
PendekatanLife Skills dan Kulster Bisnis.Laporan Penelitian Hibah Kompetensi – DP2M DIKTI. Sumber prosiding:
- Rahayu Relawati, J.T. Ibrahim, B.Y. Ariadi. 2012.
Pemberdayaan Entrepreneur Agribisnis berbasis Integrated Farming untuk Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lingkungan. Prosiding Seminar
Revitalisasi Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember. -
Anonim. 2006. Kajian Pola Pembiayaan Dalam Rangka Pengembangan Klaster. Bank Indonesia.
Jakarta.
Saprotan Pupuk organik
Pemberdayaan Life Skills
Personal skill Intelektual skill
Social skill Vocational dkill
BudidayaIntegra ted Farming
Pemasaran luas Ke klaster bisnis
Pengolahan Pasca Panen
berkualitas Akses Permodalan ke bank dan kop
Akses informasi ke Dinas-dinas, Litbang, PT
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
174
25. PERAN AKTOR DAN SISTEM INSENTIF DALAM TATANIAGA KOPI