Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
109
17. ANALISIS FAKTOR PENENTU KEIKUTSERTAAN PENJUAL DAN
PEMBELIKE PASAR LELANG TEH
Kasus di “
Bandung Tea Auction”
dan
“Jakarta Tea Auction”
THE ANALYSIS OF DECISIVE FACTOR ON THE PARTICIPATION OFSELLERS AND BUYERS TO TEA AUCTIONMARKET
Cases in “
Bandung Tea Auction”
and
“Jakarta Tea Auction”
Dini Rochdiani
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
1
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
E-mail : dini.rochdianiyahoo.co.id
ABSTRAK Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dijual secara lelang
auction market. Pasar lelang merupakan pasar alternatif yang menciptakan harga tinggi berupa harga spesifik
specific price atau menemukan harga
market clearing dengan bantuan pihak penyelenggara lelang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keikutsertaan penjual
sellers dan pembeli buyers, serta mendeskripsikan struktur pasar lelang teh yang merupakan suatu kasus di “
Bandung Tea Auction” dan “Jakarta Tea Auction”.Penelitian ini menggunakan metode surveidan dianalisis dengan menggunakan
Linear Probability Model LPM dan Desriptive Analysis.Hasil penelitian menunjukkan, faktor-faktor penentu keikutsertaan penjual dan pembeli ke
pasar lelang teh yaitu transparansi harga, kepastian pasar, mekanisme pemasaran lelang, dan aturan main di pasar lelang.Faktor yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan peserta dalam pasar lelang adalah
transparansi dan kepastian pasar. Kenyatannya, pasar lelang belum menerapkan pasar lelang sesuai konsep. Kondisi ini dapat dilihat antara lain dari struktur pasar yang terjadi saat ini yang tidak berada pada pasar
persaingan sempurna tetapi oligopoli. Pasar lelang sebagai pasar alternatif baru dimanfaatkan oleh sebagian kecil produsen teh, belum melibatkan seluruh prodeusen teh termasuk para petani teh.
Price discovery belum memberikan perbaikan harga bagi produsen dan terjadi disparitas harga antara produsen
teh di pasar Indonesia dan dunia. Persepsi lembaga-lembaga yang terlibat dalam lelang teh ternyata berbeda-beda, yang justru menghambat proses
price discovery sehingga outcomenya tidak sesuai dengan
harapan. Kata kunci : Pasar lelang, Penjual, Pembeli, Teh.
ABSTRACT
Tea is one of estate commodity that sell in auction market.The auction market is an alternative market that to create high price appearance specific price or to discover market clearing price with aid side auction
organizer.The results of this research to showed, that the price transparancy, market assurance, auction market mechanism and the role of the game aredecisive factors on the participation of sellers and buyers to
tea auction market. The price transparancy and market assurance are the dominant factor that influence on the participation of sellers and buyers to tea auction market . In fact, The auction market is not to apply yet
auction market appropriate concept. This condition can showed of market structure of now not on perfect competition but oligopoly.Tea auction as an alternative market had not able to create a reasonable price for
the tea producers and only a few of them were able to take advantage of this tea auction. Price discovery so far could not able to provide a higher farm gate price for all of the tea producers involved and, on the
contrary, there were price disparity of tea between the tea auction markets in Indonesia and the other
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
110
countries in the world . Involved institution perception about auction varied, so that the process of price discovery was hindered resulting unexpected outcome of normal auction market.
Key words : Auction market, Sellers, Buyers, Tea.
PENDAHULUAN
Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat memberikan sumbangan besar terhadap devisa negara, dan diantara beberapa komoditas perkebunan yang memberikan pendapatan dan
kesejahteraan bagi para pelaku usahanya adalah teh. Industri teh nasional masih menghadapi banyak kendala dan memerlukan solusi segera antara lain
produktivitaskebun teh yang relatif rendah dan cenderung menurun.Perkembangan produktivitas teh beberapa tahun terakhir tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1, Perkembangan Produktivitas Teh Indonesia, Tahun 2008 – 2012.
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Tahun 2013 Produktifitas kebun teh saat ini sekitar 1.447-1.472 kilogram teh kering per hektar per tahun. Angka itu
masih rendah dibanding negara penghasil teh utama yang mencapai 3.000 kg teh kering per hektar per tahun. Namun walau demikian, perkembangan nilai ekspor teh Indonesia ke pasar dunia tahun 2012
mengalami peningkatan, sepertii terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pekembangan NilaiEkspor Teh Indonesia ke Pasar Dunia, Tahun 2008-2012. Sumber : Dewan Teh Indonesia, Tahun 2013.
Tehmerupakan salah satu komoditas perkebunan yang dijual secara lelang auction, baik di tingkat
domestik maupun dunia seperti di Kenya, India, Sri Lanka dan negara lainnya, termasuk Indonesia.Pemasaran melalui cara lelang
auction marketbertujuan dapat menguntungkan semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan lelang penjual dan pembeli. Harga di pasar lelang seringkali menjadi acuan
harga untuk teh Indonesia. Mengenai perkembangan harga teh di pasar lelang tersaji pada Gambar 3.
2008 2009
2008 2009
2010 2011
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
111
Gambar 3. Pekembangan HargaTeh Indonesia Berdasarkan Harga Lelang KPB, Tahun 2013. Sumber : Dewan Teh Indonesia, Tahun 2013.
Berdasarkan gambar di atas, sejak bulan Februari, tampak adanya kecenderungan penurunan harga teh Indonesia untuk jenis CTC maupun orthodox. Selama bulan Agustus sampai dengan bulan September
2013, harga teh Indonesia relatif stabil. Dalam bulan September 2013 rata-rata harga teh sedikit menurun sekitar 2,4 sen US, atau sekitar 1,4 dibandingkan rata-rata harga teh pada awal September 2013.Teh CTC
sedikit mengalami penurunan. Pada awal bulan September 2013, harga teh CTC mencapai sekitar 192,5 sen USD, sedangkan pada akhir bulan Juni 2013 harganya terus menurun mencapai sekitar 179,5 sen USD
per kilogram, artinya, terjadi penurunan cukup besar sekitar 11,3 sen USD atau sekitar 5,9 dibandingkan harga pada awal bulan.Demikian halnya teh orthodox bahkan mengalami sedikit penurunan, yaitu sekitar
0,6, atau sekitar 1,0 sen US. Penurunan teh orthodox secara prosentase lebih kecil dibandingkan penurunan harga teh CTC. Pada awal September 2013 harga tehorthodox mencapai sekitar 181,5 sen USD
yang relatif sama dibandingkan harga pada awal Agustus 2013. Pada akhir September 2013 harga yang terjadi di pasar lelang sedikit menurun mencapai sekitar 180,5 US per kilogram.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan dari pada pasar lelang teh adalah menciptakan transparansi harga, kepastian pasar, mekanisme sistem pemasaran lelang, dan aturan main di pasar lelang dan
mendorong peningkatan mutu teh dan peningkatan efisiensi pemasaran teh. Persyaratan pasar lelang adalah jumlah transaksi besar, jumlah penjual dan pembeli besar dan tidak saling mengenal, kualitas produk mudah
distandardisasi. Pasar lelang merupakan pasar alternatif yang menciptakan harga tinggi berupa harga spesifik
spesific price atau menemukan harga market clearing dengan bantuan pihak penyelenggara lelang lembaga lelang Dahl and Hammond 1977.
Penelitian Tallontire 2001, menjelaskan bahwa pemasaran teh di Kenya sudah difokuskan melalui lembaga lelang yang merupaka milik petani dan para pengusaha teh yaitu
the Kenyan Tea Development Agriculture KTDA. Lembaga ini selain mengelola auction, juga mengelola bahan baku, penyediaan input
produksi, menawarkan sejumlah jasa kepada petaniprodusen teh, seperti transportasi, pengadaan sparepart
dan perbaikan mesin, pengolahan, pemasaran dan penyuluhan.Lembaga lelang yang ada di Indonesia yaitu Bandung Tea AuctiondanJakarta Tea Auction.Lembaga lelang ini merupakan lembaga yang melaksanakan
lelang teh di Indonesia yang berlokasi di Bandung dan Jakarta. Bandung Tea Auction lebih mengarah kepada
lelang teh yang berkualitas off grade dengan jenis teh hijau produk dari petani teh perkebunan rakyat dan
swasta, sedangkan Jakarta Tea Auctionlebih mengarah kepada lelang teh yang berkualitas high premium
grade dengan jenis teh hitam produk dari produsen teh perkebunan negara PT Perkebunan Nusantara VIII. Pemasaran hasil perkebunan melalui model lelangteh merupakan salah satu faktor yang penting
dalam rangka peningkatan pendapatan pelaku usaha komoditas teh petaniprodusenpengusaha teh dan dapat di pakai sebagai indikator dalam menentukan bagian yang diterima pelaku usaha teh. Pada proses
pemasarannya, teh memiliki saluran tataniaga yang panjang, dimulai dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, danPabrik, sehingga sulit dalam memutuskan rantai saluran tersebut.
Hal ini akan menimbulkan margin yang cukup besar antara petani sebagai produsen dengan kosumen akhir pabrik pengolah, penjual dan pembeli dan tentunya akan mempengaruhi efisiensi
pemasaran tersebut.Pemasaran sistem lelang melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang berperan yaitu penjual
sellers dan pembeli buyers. Dalam kontek ini sebagai penjual dapat bersaing harga dengan menentukan harga limit sesuai dengan mutu teh dan keuntungan yang ingin dicapainya, karena informasi
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
112
hargadapat meningkatkan harga jual teh. Sedaangkan sebagai pembeli dapat memilih beberapa alternatif produk dan harga yang sesuai dengan selera dan keinginannya.
Menurut Mardjoko 2004, dalam mekanisme lelang, penjual mempunyai kewajiban untuk mengirimkan produk pada waktu yang tercantum dalam akte kontrak dimuka
forward contract yang telah disepakati dan pembeli harus menerima produk tersebut. Hubungan pembeli dengan juru lelang hanya untuk
menetapkan harga. Bila terjadi kata sepakat, maka terjadi hubungan antar pembeli dan juru lelang. Tetapi saat itu juga, hubungan langsung berpindah dari penjual dan pembeli, termasuk pembayarannya.
Banyak faktor yang menentukan penjual dan pembeli untuk ikut di pasar lelang. Mengingat harga teh secara domestik dipengaruhi pula oleh harga teh dunia dan juga dipengaruhi oleh struktur pasar yang
terjadi dengan melihat banyaknya penjual dan pembeli yang ikut lelang teh. Adanya pemasaran teh melalui lelangdiharapkan dapat memacu peningkatan produksi dan pendapatan petaniprodusen teh serta pihak-
pihak yang terlibat dalam kegiatan lelang yang dalam hal ini secara umum berdampak pula pada perubahan sisitem pemasaran. Pasar lelang teh di Indonesia diharapkan dapat membantu mewujudkan penemuan harga
price discovery sehingga harga teh Indonesia dapat mendekati harga pasar dunia.
Kohl dan Uhl 2002 mengungkapkan, Price discovery is a human process, marked by errors in
judgment and fact and subject to the relative bargaining powers of buyers and sellers. There is no giarantee that buyers and sellers will always or immediately discover the equilibrium price. In real life, variation in the
price-discovery process make it profitable for buyers and sellers to shop around alternatives ang to bargain on prices and other terms of trade.
Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan harga yang terjadi di pasar lelang dapat menjadi acuan, referensi dan bahan informasi bagi para pelaku usaha teh dalam menjalankan usahanya, sehingga
dalam penelitian ini menarik untuk diteliti mengenai Analisis Faktor Penentu Keikutsertaan Penjual dan
Pembeli ke Pasar Lelang Teh.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan lokasi penelitian di Bandung Tea Auction dan
Jakarta Tea Auction.Peserta lelang diambil secara sensus, terdiri dari penjual produsensellers teh dan pembeli yang mengikuti lelang di kedua lembaga lelang domestik.Untuk penjual, terdapat tiga perusahaan
yaitu PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Kabepe Chakra, dan PT Pagilaran.Sedangkan pembeli yang melakukan pembelian di kedua pasar lelang terdapat 14 perusahaan yang bergerak di bidang
industripabrikeksportir teh , yaitu PT Sariwangi, PT Kabepe Chakra, PT Ciwangi, PT Wijaya, PT NV Nambi, PT Pagilaran, L.E. Schuurman, Lipton Ltd, CV Anugerah Agung, CV Ciwangi, PT Agropangan Putra Mandiri,
PT Putindo Inti Selaras, PT Kereta Kencana dan CV Sejahtera Jaya.
Untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan peserta ke pasar lelang teh, digunakan metode analisis regresi dengan
linear probability model LPM. LPM digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang bersifat kategorik dan variabel independen yang bersifat non kategorik.
Model LPM memiliki karakteristik yang mirip dengan model regresi linear, sehingga metode OLS dapat
digunakan pada model LPM ini. Dalam penelitian ini ingin mengetahui kemungkinan peserta memilih ikut
serta ke pasar lelang diwakili oleh variabel Y
pl
berdasarkan keaktifan peserta lelang ikut pada setiap kegiatan lelang.
Persamaannya adalah : Y
pl
= β + β
1
X
1pl
+ β
2
X
2pl
+ β
3
X
3pl
+ β
4
X
4pl
+ e ; dimana :
Nilai Y merupakan bilangan biner berisi 0 dan 1 yang diharapkan tergantung pada X
p
. EY
i
|X
i
, dapat diartikan sebagai probabilitas bersyarat
conditional probability kemungkinan terjadinya Y tergantung pada X
p
atau P
r
Y
i
|X
i
. Dimisalkan EY
i
|X
i
menunjukkan kemungkinan peserta ikut serta ke pasar lelang apabila adanya transparansi dalam penemuan harga
X
i
. Misalnya diasumsikan Eµ
i
=0, untuk mendapatkan estimator tak bias dapat digunakan :
EY
i
|X
i
=β
1
+ β
2
X
i .
Bila P
i
adalah probabilitas bahwa Y
i
=1 aktif 5 kali dan 1-
P adalah probabilitas bahwa Y
i
=0 aktif ≤ 5 kali, variabel Y
i
memiliki probabilitas P
i
+1- P =1. Berarti
Y
i
mengikuti distribusi probabilitas Bernoulli.Melihat persamaan tersebut, probabilitas peserta untuk ikut serta Y
pl
= keikutsertaan ke pasar lelang : Y
pl
= 1 aktif mengikuti5 kali, Y
pl
= 0 aktif mengikuti ≤ 5 kali;
X
1pl
= transparansi; X
2pl
= kepastian pasar; X
3pl
= mekanisme lelang; X
4pl
= kepatuhan pada aturan main.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
113
ke pasar lelang merupakan fungsi linier. Semakin tinggi adanya transparansi dalam penemuan harga, semakin besar pula kemungkinan atau semakin bertambah peserta yang ikut serta pada pasar lelang.
Untuk mengetahui struktur pasar lelang teh digunakan Herfindahl-Hirschman Index HHIyang akan
menenrtukan tingkat konsentrasi pasar. Konsentrasi pasar merupakan indikator yang dapat menjelaskan potensi tingkat persaingan di suatu pasar. Formulasi untuk menghitung HHI sebagai berikut :
k
q
i
HHI = ∑S
i
; S
i
= X 100
i=1 Q
Kriteria tingkat konsentrasi pasar mengacu kepada patokan yang tercantum dalam Horizontal Merger Guidelines dari U.S. Departemen of Justice and Federal Trade Commission section 1.51 General Standards,
sebagai berikut :
- Nilai HHI 1.000 mengindikasikan pasar tidak terkonsentrasi pasar kompetitif
- Nilai HHI antara 1.000 dan 1.800 mengindikasikan pasar terkonsentrasi sedang
- Nilai HHI 1.800 mengindikasikan pasar sangat terkonsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN o
Keadaan Umum Pemasaran Lelang Teh Indonesia
Teh Indonesia adalah salah satu teh terbaik dunia. Sayangnya harga teh Indonesia dengan kualitas yang sama masih berada di bawah harga teh dari negara lain. Banyak faktor yang menyebabkan harga teh
Indonesia di bawah harga teh dunia, anatara lain faktor penanganan on farm maupun off farm. Bentuk teh
yang dipasarkan masih dalam bentuk bulk. Selain itu, banyak mutu teh yang belum memenuhi standar
internasional ISO 3720 dan lambatnya peremajaan tanaman teh serta mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah kebutuhan dan permintaan pasar. Kondisi tersebut menyebabkan harga teh Indonesia
menjadi rendah. Rata-rata harga teh Indonesia saat ini sekitar 1,4 dolar AS per kg. Namun masih rendah dibanding rata-rata harga teh Kenya yang mencapai 2 dolar AS per kg atau di Srilanka sekitar 1,85 dolar AS.
Pada tahun 2011, harga teh Indonesia di pasar lelang melalui lelang rata-rata US1,2 dolar per kg lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata dunia US1,95 per kg. Harga teh di Sri Lanka mencapai US3,4
per kg sehingga negara itu bisa mendapatkan devisa sekitar US1 miliar dengan jumlah ekspor teh 300.000 ton. Teh Indonesia di pasar dunia saat ini dihargai US1,4Kg. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata harga teh Kenya yang mencapai US2Kg. Sri Lanka mencapai US1,8Kg.
Hasil penelitian menemukan beberapa hal yang menjadi kendala dan disinyalir dapat menurunkan harga jual teh Indonesia, yaitu peran Lembaga lelang yang menyelenggarakan lelang di Indonesia belum
melaksanakan secara optimal. Dalam pasar domestik, terdapat beberapa pembeli besar yang mendominasi lelang teh Indonesia. Hal ini berakibat pada lemahnya bargaining power dari lembaga lelang tersebut dan
petani sebagai produsen. Dengan kata lain, meskipun bersifat lelang, yang notabene harga didasarkan pada kesepakatan penjual dan pembeli, namun dengan keadaan seperti di atas bukan tidak mungkin daya tawar
dari produsen lemah.Kondisi tersebut, langsung maupun tidak langsung berimbas pada kekuatan lembaga lelang itu sendiri. Dominasi dari segelintir pembeli besar mengakibatkan persaingan harga yang kurang sehat
dalam lelang tersebut. Hal ini kemudian diperparah dengan kurangnya pengetahuan baik dari produsen maupun lembaga lelang itu sendiri tentang perkembangan pasar dunia dan perubahannya.
Produsen teh di Indonesia saat ini adalah PT. Perkebunan Nusantara PTPN, Perkebunan swasta, dan produsen teh lainnya yang bertindak sebagai
sellers seperti blenders, packers, serta distributor. Para produsen tehini umumnya memasarkan produknya melalui lelang yang ditawarkan atau dijual secara terbuka
kepada pembeli dari dalam maupun luar negeri. Kerugian yang dialami pihak produsen karena daya tawar yang rendah berpangkal pada bagaimana mereka mengemas sebuah produk sehingga menaikkan citra
produk tersebut. Dari sisi petani, selama ini dengan segala keterbatasan, mereka tidak dapat menjual teh
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
114
melalui proses lelang. Pasalnya, produk teh para petani masih berupa pucuk teh yang basah perishable,
sementara produk teh yang bisa dijual dalam pelelangan adalah produk yang sudah jadi atau teh kering. Hal ini mengakibatkan petani harus menjual produknya kepada PTPN atau produsen lain yang memiliki pabrik
pengeringan teh. Dengan demikian, harga yang didapat oleh petani menjadi rendah
Faktor-faktor Penentu Keikutsertaan Penjual dan Pembeli di Pasar Lelang
Pasar lelang merupakan pasar alternatif dan salah satu peranannya adalah menciptakan harga tinggi dengan jumlah penjual serta pembeli banyak. Berdasarkan hasil penelitian, hasil uji statistik menggunakan
probit linearregression yang tersaji pada Tabel 1.menjelaskan bahwa faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap keikutsertaan penjual dan pembeli ke pasar lelang adalah transparansi dan
kepastian pasar nilai probabilitas 0,05, sedangkan faktor lainnya, yaitu mekanisme lelang dan kepatuhan aturan main tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan.
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Faktor-faktor Penentu Keikutsertaan Penjual danPembeli ke Pasar
Lelang denganmenggunaka n Probit Linear Regression.
Dependent Variable: Y Method: Least Squares
Sample: 14 : Included observations: 14 Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C -0,539246
0,097769 -5,515,513
0,0004 X
1
Transparansi 0,182754
0,079322 2,303,961
0,0467 X
2
Kepastian Pasar 0,182754
0,079322 2,303,961
0,0467 X
3
Mekanisme 0,103459
0,077605 1,333,139
0,2152 X
4
Kepatuhan 0,103459
0,077605 1,333,139
0,2152 R-squared
0,953547 Mean dependent var
0,714286 Adjusted R-squared
0,932902 S.D. dependent var
0,468807 S.E. of regression
0,121437 Akaike info criterion
-1,106,396 Sum squared resid
0,132722 Schwarz criterion
-0,878161 Log likelihood
1,274,477 F-statistic
4,618,649 Durbin-Watson stat
2,117,986 ProbF-statistic
0,000005
Persamaan regresinya sebagai berikut: Y = -0,539246 + 0,182754 X
1
+ 0,182754 X
2
+ 0,103459 X
3
+0,103459 X
4
Hasil uji statistik nilai koefisien regresi untuk faktor transparansi dan kepastian pasar bernilai positif, artinya semakin transparan dalam proses penemuan harga dan semakin terjaminnya kepastian pasar maka semakin
tinggi ketertarikan penjual dan pembeli untuk ikut serta ke pasar lelang.
Transparansi harga merupakan cara transaksi dalam proses penemuan harga di pasar lelang yang dilakukan secara terbuka . Cara transaksi yang dilakukan di pasar lelang Indonesia selama ini menggunakan
forward contract yaitu penyerahan barang dilakukan pada waktu yang disepakati di masa datang.Di kedua pasar lelang dalam transaksi kadangkala terjadi seperti arisan pembagian produk yang ditawarkan di
auction oleh beberapa pembeli dan terkadang menyalahi Term Of Regulation TOR pelelangan. Kondisikondisi tersebut membuat penemuan harga menjadi tidak
fair. Kondisi tersebut dapat saja terjadi karena produksi PTPN untuk jenis mutu tertentu yang diinginkan
buyers jumlahnya sedikit, sedangkan dalam pembelian persyaratan lelang adalah minimal satu
chop 40-44 papersack atau 48-60 kg teh tergantung jenisnya dan ada pembeli yang berlebih, sehingga terjadilah di pihak
buyers ada semacam pembagian
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
115
seperti arisan. Selain itu, ada fanatical buyers untuk membeli produk ke satu hasil perkebunan PTPN tertentu
yang mempunyai karakteristik lokasi yang berlainan. Asosiasi Tea Buyers yang ada selama inipun belum
dapat membantu mencari solusi permasalahan ini. Khususnya KPB sebagai penyelenggara lelang JTA dan
CCDC sebagai penyelenggara lelang BTA masih belum secara tegas memberlakukan ketentuan TOR dalam penyelesaian
outstanding contract dan prosedur lainnya. Oleh karena itu, transparansi harga merupakan syarat mutlak yang harus dilaksanakan di lembaga lelang teh, karena mempengaruhi penjual maupun
pembeli untuk mengikuti lelang. Kepastian pasar, secara uji statistik memberikan pengaruh signifikan terhadap keikutsertaan peserta
ke pasar lelang. Hal ini secara nyata dapat terlihat bahwa produk teh yang dijual di pasar lelang sudah terpenuhi secara volume, mutu maupun harga, yang akhirnya dapat dijadikan patokan atau acuan para
buyers untuk menjual lagi ke pasar domestik maupun ke pasar-pasar negara lain. Apalagi produk PTPN yang mempunyai mutu yang baik sesuai standard dunia, yaitu
high premium grade sangat dibutuhkan oleh buyers, karena setiap lelang seringkali 100 persen produk teh hitam yang di lelang habis terjual. Demikian
pula untuk yang off grades dalam pelelangan hampir 90 sampai 100 persen terjual. Jenis off grades ini
banyak diminati oleh pasar lokal , yaitu para blender, packers dan industri teh wangi.Dalam kaitannya
dengan pemasaran ke negara lain terkadang jenis produk teh yang dijual oleh produsen Indonesia khususnya PTPN belum memenuhi kebutuhan konsumen atau pasar dunia. PTPN sebagai produsen teh
Indonesia masih product oriented atau belum mengarah ke market oriented.
Mekanisme lelang secara uji statistik tidak memperlihatkan pengaruh terhadap keikutsertaan peserta ke pasar lelang, namun sekitar 83 persen dari peserta lelang memberikan persepsi bahwa pada saat ini
mekanisme lelang tidak memberatkan dan mendorong penjual dan pembeli ikut serta ke pasar lelang. Para pembeli di pasar lelang merupakan pembeli tetap dan besar yang memiliki kemampuan finansial untuk
membeli seluruh teh di tempat lelang, sedangkan penjualnya saat ini lebih didominasi oleh PTPN yang bargaining posisinya terlihat lemah.
Kepatuhan aturan main, yaitu kepatuhan peserta dalam melaksanakan TOR yang sudah ada. TOR
tersebut berisi semua persyaratan dan tata cara lelang dari mulai pra lelang, saat lelang sampai pasca lelang. Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif, bahwa 88 persen peserta lelang memberikan persepsi bahwa
mereka sudah mengikuti aturan main yang diitetapkan oleh lembaga lelang, namun TOR tersebut oleh
lembaga lelang belum dilaksanakan secara adil, tegas dan lugas. Selain belum dilaksanakan dengan baik, TOR ini dianggap belum mengacu kepada standar lelang dunia. sehingga perlu ada penyempurnaan TOR
yang dapat mengacu pada standar lelang dunia dan memenuhi keinginan peserta lelang yang disusun berdasarkan
bottom up yaitu disusun bersama-sama antara peserta lelang dan lembaga lelang. Hal ini mengingat, ada kecenderungan selama ini
TOR disusun oleh sepihak saja.
Struktur Pasar Lelang
Pasar lelang yang ada saat ini belum menerapkan pasar lelang sesuai konsep. Kondisi ini dapat dilihat antara lain dari struktur pasar yang terjadi saat ini yang tidak berada pada pasar persaingan sempurna
tetapi oligopoli. Berdasarkan nilai HHI diperoleh 1.895, artinya pasar sangat terkonsentrasi. Suatu pasar dengan konsentrasi yang sangat tinggi akan menghambat proses kompetisi dan juga menghambat pelaku
pemasaran lain yang akan masuk. Kondisi ini dapat dilihat bahwa pada lelang teh sangat didominasi
buyers yang kuat modalnya dan memiliki
bargaining power sedangkan penjual memiliki bargaining position yang lemah. Struktur pasar yang terjadi lebih mengarah kepada oligopoli. Pasar lelang sebagai pasar alternatif
baru dimanfaatkan oleh sebagian kecil produsen teh, belum melibatkan seluruh prodeusen teh termasuk para petani teh.
Price discovery belum memberikan perbaikan harga bagi produsen Pasar lelang teh di Indonesia belum memperlihatkan membantu mewujudkan penemuan harga
price discovery sehingga harga teh Indonesia belum dapat mendekati harga pasar dunia, malah terjadi disparitas harga yang cukup signifikan.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
116
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan, faktor-faktor penentu keikutsertaan penjual dan pembeli ke pasar lelang teh yaitu transparansi harga, kepastian pasar, mekanisme sistem pemasaran lelang, dan aturan main
di pasar lelang. Faktor yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan peserta dalam pasar lelang adalah transparansi dan kepastian pasar. Pasar lelang yang ada saat ini belum menerapkan pasar lelang sesuai
konsep. Kondisi ini dapat dilihat antara lain dari struktur pasar yang terjadi saat ini yang tidak berada pada pasar persaingan sempurna tetapi oligopoli. Kinerja pasar lelang teh di Indonesia belum optimal yang
tercermin dari penurunan kontinyuitas penyelenggaraan dan jumlah penjual serta pembeli. Pasar lelang sebagai pasar alternatif baru dimanfaatkan oleh sebagian kecil produsen teh, belum melibatkan seluruh
prodeusen teh termasuk para petani teh.
Price discovery belum memberikan perbaikan harga bagi produsen dan terjadi disparitas harga antara para produsen teh di pasar Indonesia dan dunia.Persepsi lembaga-
lembaga yang terlibat dalam lelang tehternyata berbeda-beda, yang justru menghambat proses price
discovery sehingga outcomenya tidak sesuai dengan harapan.
REKOMENDASI
Berdasarkan uraian pembahasan dan kesimpulan , maka untuk pengembangan pasar lelang yang lebih efektif dan efisien direkomendasikan sebagai berikut :
- Lembaga lelang Indonesia perlu mengundang lebih banyak lagi pembeli buyers terutama dariluar negeri agar harga yang terjadi di pasar lelang lebih kompetitif.
- Perlu dibentuk lembaga lelang Indonesia yang harus bersifat Independent dan berbadan hukum dan model kelembagaannya mengacu kepada tipologi lembaga lelang Kenya yaitu
Kenyan Tea Development Agency Ltd KTDA.
- Perlu adanya networking dengan pasar teh dunia, sehingga dalam penentuan harga limit dapat mengacu pada pasar teh dunia.Perlu dibangun pasar lelang teh
on line system agar semua pelaku pasar teh dapat - mengikuti lelang dan mendapatkan informasi pasar secara cepat melalui media komputerisasi.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:
1. DTI. 2013. Perkembangan Harga Teh Indonesia. Jakarta. Dewan Teh Indonesia. 2. KPB, 2013. Perkembangan Harga Rata-Rata Teh Di Pasar Lelang. Jakarta. KPB
Sumber Jurnal: 3. Aurora, 2002. Horticultural Auctions in The Netherlands : A transition from Price Discovery
Institution to Marketing Institution. Journal of International Food and Agribusiness Marketing. Netherlands.The Haworth Press, Inc.
4. Dahl, Dale C and Jerome.W. Hammond. 1977. Market and Price Analysis The Agricultural Industries. New York.Mc Graw-Hill Book Company.
5. Kohl, Richard L. and Joseph Uhl, 2002. Marketing of Agricultural Products. New Jersey. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River. Ninth Edition.
6.
Tallontire, Anne. 2001. The Implications of Value Chains and Responsible Business for The Sustainable Livelihoods Framework : Case Studies of Tea and Cocoa.Kenyan.The Kenyan Tea
Development Agency Ltd KTDA. Sumber Internet:
7. Mardjoko, Tri. 2004. Pasar Lelang : Harapan Baru Memperbaiki Posisi Tawar Petani. http:Google.com
26112012.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
117
18. TINJAUAN KESELARASAN SUMBERDAYA MANUSIA SEKTOR