Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
28
7. MEMBANGUN KEJAYAAN PERKEBUNAN TEH RAKYATBUILDING
THE FAME OF TEA SMALL PLANTATION
Oleh: Dr.Ir. Lucyana Trimo,MSIE
Jurusan Sosial Ekonomi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNPAD E-mail: l.trimoyahoo.com
atau lucy.trimogmail.com
ABSTRAK Provinsi Jabar merupakan wilayah sentra teh di Indonesia,sebagian besar 51,3 persen merupakan
perkebunan teh rakyat yang melibatkan 79.560 KK. Teh rakyat sulit maju, karena banyaknya hambatan yang dihadapi, yaitu: kekurangan modal, rendahnya produktivitas, mutu yang rendah sehingga mengakibatkan
harga jadi rendah, kurangnya akses pemasaran dan informasi pasar, beralih fungsinya kebun teh, belum adanya kemitraan usaha yang dapat menjamin keberlangsungan usaha teh rakyat,dan lain-lain. Ini
menyebabkan lahan perkebunan the rakyat di Jabar terus mengalami penyusutan,akibat adanya alih fungsi lahan terhadap komoditas lain.
Sebenarnya, pengembangan teh rakyat masih memiliki prospek yang baik, ini terlihat dari: 1 adanya peningkatan konsumsi teh dalam negeri yaitu 310 gr kapitatahun, 2 berkembang dengan pesatnya industri
hilir teh berupa ” Instant Tea ”, 3 adanya peningkatan pasar ekspor ke negara yang tingkat konsumsinya tingg
i, 4 mengisi ceruk pasar untuk teh kwalitas ” premium ”, 5 meningkatnya diversifikasi produk dan pasar untuk produk suplement kesehatan berupa ”effervescent tea”, 6 meningkatnya permintaan teh hijau
organik, dan 7 bio-tea. Untuk membangun perkebunan the rakyat harus dilakukan secara integrasi dan sinkronisasiyang baik dari
semua pihak terutama lembaga yang berasal dari petani itu sendiri kelompok tani dan asosiasi petani maupun pemerintah dan swasta pedagang, pabrikan, dan lain-lain, serta lembaga penunjang perguruan
tinggi dan perbankan melalui metode kolaborasi sinergisme.Metode ini, selain mengutamakan kerjasama secara sinergi antara stakeholder dengan ptani teh, juga harus memperhatikan potensi sosial dan ekonomi
daerah setempat yang akhirnya dapat memberikan
multiplier effect terhadap perkembangan ekonomi lokal, kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan, dan peningkatan PAD bagi pemerintah daerah.
Kata kunci: membangun, kejayaan, perkebunan teh rakyat, kolaborasi sinergisme, Jawa BaraT ABSTRACT
West Java Province is the central region of tea in Indonesia , the majority 51.3 percent is a tea small plantations involving 79.560 households . Tea small plantations difficult forward , because of the many
obstacles faced , namely : lack of capital , low productivity , poor quality , resulting in price so low , the lack of access to markets and market information , the switch function of the tea land , not a business partnership
that can ensure business continuity tea small plantations, and others. This led to the tea small plantations in West Java steadily shrinking , due to land conversion to other commodities.
Actually , the development of tea small plantations still have good prospects , is seen from: 1 an increase in domestic consumption of tea is 310 g capita year , 2 growing rapidly downstream tea industry in the
form of Instant Tea , 3 an increase in market exports to countries whose consumption levels are high , 4 fill a niche market for tea quality premium , 5 increasing diversification of products and markets for
health supplement products such as effervescent tea , 6 the increasing demand for organic green tea , and 7 bio - tea .
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
29
To build the tea small plantations have done a good integration and synchronization of all parties especially those coming from farmers themselves farmer groups and farmer associations as well as the government
and the private sector traders , manufacturers , and others , as well as the supporting institutions colleges and banks through collaboration methods synergism . This method , in addition to prioritizing
cooperation between stakeholders in synergy with tea small plantations, also must pay attention to the social and economic potential of the local area which can ultimately provide a multiplier effect on local economic
development , welfare of the community around the company , and increase revenue for local governments . Keywords : building , fame, tea small plantation, synergisme Collaboration, West Java
PENDAHULUAN Secara gradual, mutu teh Indonesia terus mengalami penurunan sejak tahun 1900 -an, karena imbas dari
pendapatan yang tidak meningkat bahkan cenderung menurun, dengan kenaikan biaya akibat laju inflasi nasional.Padahal, penurunan mutu secara timbal balik juga mengakibatkan penurunan harga jual. Keadaan
mutu teh yang tidak konsisten tersebut menjadi salah satu penyebab peroleh-an harga teh di pasar internasional yang cenderung rendah, lebih rendah dari harga teh Sri Lanka dan Kenya. Dewasa ini ada
kecenderungan bahwa pabrikan teh di Negara-negara pengimpor teh Indonesia tidak lagi menjadikan teh Indonesia sebagai
blending component, tetapi hanya sebagai filler saja.Oleh karena itu perbaikan mutu menjadi salah satu
critical success factor dalam upaya Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional Dewan Teh Indonesia, 2012.
Penurunan mutu tersebut diikuti pula oleh semakin menurunnya luas areal produksi tanaman teh di Indonesia.Luas areal dan produksi tanaman teh di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun dan
untuk tahun 2011 seluas 123.351 ha dengan total produksi 140.944 ton. Dari total areal tersebut, diusahakan dalam bentuk Perkebunan Rakyat PR seluas 56.529 ha, Perkebunan Besar Negara PBN seluas 39.048 ha
dan Perkebunan Besar Swasta PBS seluas 27.774 ha.Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Desember 2012.
Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah sentra teh di Indonesia, tetapi saat ini pengembangan lahan teh di Jabar memiliki beragam permasalahan. Sekitar 2 persen lahan perkebunan teh di Jabar menyusut, terutama
perkebunan rakyat,sebagai akibat adanya alih fungsi lahan terhadap komoditas lain.Kondisi tersebut dapat ditafsirkan usaha perkebunan teh mulai dianggap kurang menarik karena rendahnya pendapatan petani teh
rakyat dari imbas tingginya biaya produksi dan keterbatasan kemampuan untuk mengolah produk teh agar mempunyai nilai tambah
1
Kepala Dinas Perkebunan Jabar 20 September 2013 menyebutkan bahwa luas perkebunan teh di Jabar saat ini sebagian besar atau sekitar 51,3 persen merupakan perkebunan teh rakyat yang melibatkan
79.560 kepala keluarga. Sisanya sekitar 26,5 persen merupakan perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN dan 22,16 persen merupakan perkebunan teh perusahaan swasta. Selanjutnya, iapun menyatakan bahwa,
“Sejauh ini produksi teh merupakan andalan produk agribisnis Jabar dengan areal yang tersebar di wilayah Sukabumi, Bogor, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Cianjur dan Subang,”
2
Berdasarkan pernyataanKepala Dinas Perkebunan Jabar tersebut di atas, terlihat bahwa perkebunan rakyat keberadaannya masih menjadi penopang hidup petani teh di Provinsi Jawa Barat, walaupun dari tahun ke
tahun mengalami penyusutan.Hal ini disebabkan, tanaman teh masih menjadi andalan, karena dari hasil penelitian Tim UNPAD dan Perhimpunan Agronomi PeragiKomda Jawa Barat 2009 terungkap, bahwa
sebagian besar petani 90 persen menyatakan bahwa, dari the mereka memperoleh penghasilan tetap walaupun kecil, dan itu membuat mereka tenang karena sambil menunggu hasil panen dari tanaman padi
dan palawija, mereka dapat memperoleh penghasilan tetap dari teh. Oleh karena itu, menjadi perhatian penting untuk terus melakukan pengkajian tentang berbagai macam cara untuk membangun kembali
perkebunan the rakyat.
1
Bisnis Indonesia. 23 September 2013. Jabar Siap Revitalisasi Kebun Teh. http:epaper.bisnis.com
2
Wagub Buka Festival Teh. 20 Sept 2013,.http:antarajawa barat.com.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
30
METODE
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dan menggunakan metode studi kasus. Selanjutnya, informan dalam penelitian ini diambil secara sengaja
purposive dengan teknik judgment sampling. Penelitian inidilakukan di Kabupaten: Bandung, Garut dan Purwakarta di Provinsi Jawa Barat.Untuk
memperoleh data primer yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dapat dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu: 1 observasi pengamatan dan 2 Studi dokumentasi dan 30oran30ture, merupakan studi
yang dilakukan melalui cara mengumpulkan dan mempelajari data tertulis berupa buku-buku, dokumen- dokumen atau transkip, 30oran, jurnal, bulletin, dan membuka akses melalui internet mencari
website- website yang terkait dengan penelitian ini.
Teknik selanjutnya, 3 wawancara interview dengan berpedomankan pada pedoman wawancara yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu, ditunjang oleh buku catatan, tape recorder dan kamera.Kegiatan wawancara dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahap. Pada tahap awal, peneliti melakukan wawancara
dan penelusuran informan melalui PPTK Gambung Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Dinas Perkebunan Propinsi,Dinas Indag PropinsiKotaKabupaten, Kecamatan, dan Desa, selanjutnya dari staf
inilah dapat ditelusuri dimana saja dan siapa saja informan yang dapat diandalkan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dilakukan oleh petani dalam beragribisnis teh. Tahap selanjutnya, wawancara
dilakukan terhadap PPL, tokoh tanimasyarakat, petani teh, dan juga pedagang. Penelitian ini bersifat kualitatif, oleh karena itu menurut Huberman dan Miles 1992, penelitian kualitatif
memerlukan model analisis data interaktif. Model ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulanverifikasi yang merupakan jalinan saat sebelum, selama dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. HASIL DAN PEMBAHASAN
Prospek Perkebunan Teh Rakyat Sebenarnya, komoditas teh masih memiliki prospek yang baik, ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: 1
adanya peningkatan konsumsi teh dalam negeri yaitu 310 gr kapitathn, sementara India 660 grkapitatahun, 2 Berkembang dengan pesatnya
industri hilir teh berupa ” Instant Tea ” makanan, minuman, farmasi, kosmetik, 3 adanya peningkatan pasar ekspor ke negara yang tingkat konsumsinya
tinggi, 4 mengisi ceruk pasar untuk teh kwalitas ” premium ”, 5 pengembangan diversifikasi produk dan pasar untuk produk suplement kesehatan berupa ”effervescent tea” yang tinggi kandungan anti oksidan, 6
meningkatnya permintaan teh hijau organik, dan 7 bio-tea. Sayangnya, di Indonesia pemanfaatan komoditas teh masih jauh dari harapan, terutama produk teh yang berasal dari perkebunan rakyat.
Untuk produk teh hijau organik, menurut Ketua Asosiasi Teh AS, Joseph Simbrani, di Nusa Dua Bali, Selasa 197 menyebutkan, belakangan ini konsumsi produk teh hijau di negaranya meningkat sampai 50 persen
dari total konsumsi teh nasional. Seleksi konsumen di sana, lebih menginginkan produk teh yang terbebas dari bahan kimia, sehingga produk teh hijau organik menjadi pangsa pasar baru yang sangat diminati
konsumen AS. Hanya saja, pasokan teh hijau organik sejauh ini masih sedikit dibandingkan besarnya permintaan konsumen.Apalagi, negara pemasok teh hijau organik, misalnya Kenya, belum mampu meningkat
kan pasokan, pada Konferensi Bisnis Teh Internasional II2005.di Nusa Dua Bali.Selanjutnya, iapun menyatakan bahwa, Pembelian produk teh di AS kini senilai 99,3 juta dolar AS per tahun, yang semula
didominasi teh hitam. Pembelian teh berasal dari berbagai negara produsen teh dunia dengan ditunjang oleh adanya tren baru konsumsi teh, terutama untuk campuran kue, masakan, kampanye kesehatan, di samping
berbagai produk yang memunculkan image teh adalah produk mewah. Dari berbagai penggunaan produk itu, konsumen di AS kini cenderung memilih bahan dari produk teh
organik. Secara terpisah, tiga produsen utama teh dunia, Kenya, India, dan Srilanka, sejumlah perwakilan mereka yang hadir pada pertemuan di Bali itu, secara umum menyatakan, masih belum siap mengisi peluang
pasar teh hijau organik di AS.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
31
Ketua Dewan Teh Kenya, Nicholas Nganga dan Ketua Dewan Teh Srilanka, Niraj de Mei, secara umum menyebutkan, produksi teh hijau secara organik di negara mereka masih terbatas.
3
Masuknya Indonesia ke bursa pasar teh organik, akan lebih memantapkan kedudukan Indonesia dipercaturan teh dunia. Bila harga
teh nonorganik rata-rata harganya hanya 1,08 dolar ASkg, teh organik bisa mencapai 5,4 dolar ASkg. Kondisi alam Indonesia sangat mendukung dibuatnya produk teh organik.Banyak perkebunan-perkebunan
yang memiliki persyaratan lahan terisolasi yang merupakan cikal bakal dibuatnya teh jenis ini. Sementara itu, kebutuhan pasar dunia terhadap teh organik, diperhitungkan akan terus meningkat.
4
-------------------------Kodar Solihat. Pikiran Rakyat. Jabar Harus Manfaatkan Peluang Pasar Di AS: Permintaan Teh Hijau Organik Meningkat 50 persen.Rabu, 20 Juli 2005.Dedi Riskomar. Untuk Antisipasi Pasar bebas
Indonesia Mulai Kembangkan Teh Organik. Pikiran Rakyat, Selasa 29 Oktober 2002. Hambatan yang Dihadapi Perkebunan Teh Rakyat
Banyak hambatan yang dihadapi perkebunan teh rakyat untuk maju berkembang, diantaranya adalah: kekurangan modal, rendahnya produktivitas sebagai hasil dari buruknya budidaya yang petani lakukan, mutu
yang rendah sehingga mengakibatkan harga jadi rendah, kurangnya akses pemasaran dan informasi pasar, beralih fungsinya kebun teh, belum adanya kemitraan usaha yang dapat menjamin keberlangsungan usaha
teh rakyat menjamin pemasaran dan harga yang baik bagi petani teh, dan lain-lain. Selanjutnya, dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, dapat diketahui pulabahwa sebenarnya Kelompok Tani teh
rakyat dalam melakukan usaha tehnya selama ini belum berorientasi ke arah agribisnis. Hal ini terlihat dari perilaku mereka sehari-hari dalam mengusahakan tehnya, yaitu:
Masih menganggap jika komoditas teh yang mereka usahakan hanya sebagai tambahan pendapatan sampingan saja, yang kurang memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan tanaman lainnya seperti: padi dan
palawija.Dalam mengelola komoditas tehnya, kelompok tani belum terorganisir dengan baik.Orientasi usaha yang dimiliki Kelompok dalam mengusahakan tehnya adalah, masih berorientasi subsisten hanya sebagai
tambahan kebutuhan hidup sehari-hari. Belum memandang mutu sebagai nilai tambah yang sangat penting dalam kegiatan produksi teh.
Kelompok Tani teh rakyat belum memiliki kegiatan yang terarah dalam mengembangkan usaha tehnya, hal ini terlihat dari belum adanya rencana dalam bentuk program-program kegiatan yang dengan serius ingin
mereka lakukan didalam kelompoknya.
Walaupun banyak terdapat hambatan yang dihadapi petani teh, tetapi tetap mereka memiliki harapan terhadap usaha dari tanaman teh yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim dari UNPAD bersama-sama dengan Perhimpunan Agronomi PeragiKomda Jawa Barat 2009 terungkap bahwa, terdapat beberapa hal yang menjadi harapan
petani perkebunan rakyat untuk mengembangkan usahanya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan daya beli mereka. Harapan tersebut antara lain:
Mendirikan pabrik teh hijau dengan kapasitas kecil untuk mengolah teh. Penambahan pengetahuan untuk cara pengemasan yang lebih baik.
Adanya kemitraan agar ada jaminan pemasaran the milik petani dan modal bagi petani the. Adanya penguatan kelompok tani dalam beragribisnis the.
Adanya subsidi dalam saprotan yang sangat dibutuhkan petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan pengetahuan petani dalam budidaya dan pengolahan hasil pengolahan hasil.
Model Membangkitkan Perkebunan Teh Rakyat Untuk membangun kejayaan perkebunan rakyat, harus dilakukan secara terpadu oleh semua stakeholder
terkait pemerintah, pergutuan tinggi, dan perkebunan besar.Oleh karena itu, melalui kemitraan berdasarkan metode kolaborasi sinergisme antara perkebunan teh rakyat dengan stakeholder diharapkan
dapat berjalan secara terpadu dan harmonis. Melalui meode ini petani harus diperlakukan sebagai subyek bukan obyek, materi pembinaanpenyuluhan tidak hanya sebatas teknis saja, ada kontrol bersama, terjadi
transfer asset dan sharing asset, dan lain-lain. Tetapi yang terjadi saat ini, factor-faktor tersebut kurang diperhatikan, maka kohesifitas yang terjalin antara plasma dengan inti menjadi rendah.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
32
Terjalinnya kohesifitas yang kuat akan memunculkan kolaborasi sosial yang erat antara perusahaan dengan masyarakat, atau sebaliknya, adanya kolaborasi antara masyarakat dengan perusahaan maka akan
meningkatkan terjalinnya kohesifitas yang kuat. Dalam metode Kolaborasi lebih memungkinkan untuk dilakukan kerjasama yang bersifat saling
menguntungkan tidak saja dalam hal materi, tetapi juga non materi. Cara kolaborasi akan memungkinkan kedua belah pihak yang bermitra bekerja sama.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan metode kolaborasi Gray, 1989, ada pada komitmen kelompok kolaborasi yang memiliki persepsi bahwa kesepakatan diantara stakeholder akan memberikan hasil yang
positif bagi kedua belah pihak. Karena, pendekatan kolaboratif mempunyai dua tujuan utama Ingles
et el., 1999:
Mengelola pemanfaatan sumberdaya melalui perundingan atas prinsip-prinsip dan praktek-praktek yang dapat disepakati bersama oleh para pemangku kepentingan;
Membangun cara-cara berbagi hak dan kewajiban diantara para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan-keputusan dan mengendalikan pemanfaatan sumberdaya.
Oleh karena itulah maka, yang menjadi perhatian utama dalam teknik kolaborasi, tidak cukup hanya mengandalkan hubungan yang terjalin secara harmonis saja, tetapi juga diperlukan keterikatan yang kuat
dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ini berarti kolaborasi tersebut harus bersifat sinergis. Arti sinergi disini adalah adalah peningkatan nilai tambah ekonomi melalui penggabungan berbagai potensi
ekonomi yang antara satu dengan lainnya, ada keterikatan atau ketergantungan Prahalad, 2002. Kemudian, Penrose 1959 dalam Iversen, M 1996 mendefinisikan sinergi dalam lingkup ekonomi yaitu,
sebagai hasil kerjasama atas asset yang dimiliki. Ada dua bentuk sinergi yang diungkapkan oleh Penrose yaitu 1
sharing saling berbagi asset dan 2 transfer asset. Sharing asset terjadi pada saat pihak mitra stakeholder memberikan pinjaman modal sarana
produksi kepada petani teh rakyat, serta membeli dan memasarkan hasil produksi teh yang dihasilkan oleh petani.
Transfer asset dapat berbentuk bimbingan dan pembinaan dalam aspek teknologi, manajemen produksi dan manajemen bisnis kepada petani teh, karena makna asset disini bisa dalam bentuk
keterampilan dan juga pengetahuan. Sharing asset dan Transfer asset dari stakeholder dapat dilakukan oleh:
Perkebunan Besar Negara dan Swasta, terdapat program Kepedulian Kepada Masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk membina kelompok tani teh rakyat. Jika program ini dijalankan dengan tepat, maka
keberadaan Perkebunan akan lebih dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar masyarakat yang berada di sekitar Perkebunan, dan akan menyebabkan terjalinnya hubungan yang erat antara pihak Perkebunan Besar
dengan masyarakat perkebunan teh rakyat.
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, telah menganggarkan untuk kegiatan fasilitasi pengadaan sarana produksi yang diperlukan oleh perkebunan teh rakyat.
Untuk mendukung Intensifikasi Teh Rakyat, peran pemerintah akan memfasilitasi pengadaan sebagian benih unggul dan pupuk organik, menyediakan Pedoman Teknis Budidaya dan melakukan pengawalan serta
pembinaan, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman teh maka pada tahun 2013 melalui anggaran APBN Tugas Pembantuan TP.
Dinas Perkebunan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, dan Perindustrian membina perkebunan rakyat sebagai suatu agrowisata. Lembaga yang berasal dari petani itu sendiri kelompok tani, paguyuban,
asosiasi petani. Asset yang dimiliki oleh lembaga yang dimiliki petani non materi dapat dibangunkan dan dimanfaatkan menjadi potensi besar yang dapat mendorong berjalannya proses pemberdayaan, seperti yang
diungkapkan oleh Sumardjo 2007 bahwa, salah satu prinsip penting dalam pemberdayaan adalah menghargai lokal
valuing the local. Prinsip ini tersirat oleh gagasan pembangunan yang bersifat „bottom up‟ . Prinsip ini berpusat pada gagasan untuk menghargai pengetahuan lokal, nilai-nilai, keyakinan,
keterampilan, proses dan sumberdaya suatu masyarakat. Dengan demikian lebih mudah meyakinkan masyarakat dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam proses pemberdayaan tersebut.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
33
Gambar: Kemitraan Melalui Kolaborasi Sinergisme antara Perkebunan Teh Rakyat dengan Stakeholder
Bila Kolaborasi Sinergisme ini diterapkan, maka akan menunjang Undang-Undang RI no.18 tahun 2004 tentang Perkebunan Bagian Keempat tentang kemitraan usaha perkebunan:
Perusahaan perkebunan melakukan kemitraan yg saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggungjawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan dengan pekebun, karyawan, dan
masyarakat sekitar perkebunan. Kemitraan usaha perkebunan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, polanya dapat berupa kerjasama
penyediaan sarana produksi, kerjasama produksi, pengolahan, pemasaran, transportasi, kerjasama operasional, kepemilikan saham, dan jasa pendukung lainnya.
Keuntungan bagi perkebunan teh rakyat dengan adanya bentuk kemitraan seperti itu adalah: amerasa ikut memiliki dan menjaga keberadaan perusahaan perkebunan, b merasakan manfaat keberadaan perusahaan
perkebunan di wilayah mereka, c memperoleh pembinaan dan peningkatan pengetahuan, d memiliki penghasilan yang tetap dan dapat diandalkan, dan e merasa adanya jaminan kehidupan.
SIMPULAN DAN SARAN
Untuk membangun perkebunan the rakyat harus dilakukan secara integrasi dan sinkronisasiyang baik dari semua pihak terutama lembaga yang berasal dari petani itu sendiri kelompok tani dan asosiasi petani
maupun pemerintah dan swasta pedagang, pabrikan, dan lain-lain, serta lembaga penunjang perguruan tinggi dan perbankan melalui metode kolaborasi sinergisme Dalam membangun kemitraan antara
perkebunan the rakyat dengan stakeholder melalui kolaborasi sinergisme, selain mengutamakan kerjasama secara sinergi antara stakeholder dengan masyarakat, juga harus memperhatikan potensi sosial dan
ekonomi daerah setempat. Pada akhirnya dapat memberikan
multiplier effect terhadap perkembangan ekonomi lokal, kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan, dan peningkatan PAD bagi pemerintah daerah.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
34
DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:
- Badan Pusat Statistik. 2011.
Demografi Penduduk Kota Bandung. Bandung. -
Bungaran Saragih.2004. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis. Dalam Pertanian Mandiri.
Penebar Swadaya; Jakarta. -
Creswell, J. W. 1994. Research Design, Quantitative Qualitative Approaches. Sage Publication, Inc.
- Didik H. Gunadi dan Wayan R. Susila. 2005.
Teknologi Dalam Bidang perkebunan: Sekarang, Esok dan Kebutuhannya di Indonesia. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia , Bogor
- Direktorat Pengembangan Perkebunan: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen
Pertanian. Rancang Bangun. Nomor : 633KptsOT.140102004 Tanggal : 19 Oktober 2004
- Direktorat Jenderal Perkebunan - Departemen Pertanian.
Apa Dan Bagaimana Keberlanjutan Sistem Produksi Teh Itu ? . administrator web : ditjenbundeptan.go.id22 Maret 2009.
- Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Desember. 2012.
Pedoman Teknis Pengembangan Teh Rakyat Tahun 2013: Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Tanaman
Rempah Dan Penyegar. Sumber Tesis:
- Ery Supriyadi R .2007. Model Perkebunan Teh Untuk Mendorong Pembangunan Ekonomi Lokal Di
Kabupaten Bandung, Jawa Barat Thesis, ITB Bandung. -
Fabien Durif Canada, Caroline Boivin Canada, Charles Julien Canada In search of a green
product definition Innovative Marketing, Volume 6, Issue 1, 2010. -
Huberman dan Miles.1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah: Tjetjep Rohidi. UI Press; Jakarta
- Lucyana Trimo. 2007.
Analisis Pengendalian Produksi Teh Rakyat oleh Petani Di Kabupaten Bandung.
- Lucyana Trimo. 2008.
Peluang dan Kendala yang Dihadapi Perkebunan Teh Rakyat Dalam Mengembangkan Usahanya Di Kabupaten Garut.
- Fakultas Pertanian UNPAD dan Pemda Provinsi Dinas Perkebunan Jawa Barat; Bandung.2006.
Inventarisasi Pendapatan dan Daya Beli Petani Perkebunan Rakyat. -
Fakultas Pertanian UNPAD dan Perhimpunan Agronomi PeragiKomda Jawa Barat. 2009. FasilitasiPenerapan Manajemen Agroteknologi dan Agribisnis Perkebunan Rakyat Di Jawa Barat.
2009. Teh, Kopi, Kina Dan Kelapa. -
Sumardjo.2007. Metoda Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Magister Profesional Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
35
8. UPAYA MENINGKATKAN KETERSEDIAAN SAPI BALI BAKALAN