HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Keluarga Petani Padi di Wilayah Penelitian
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
140
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakteristik Keluarga Petani Padi di Wilayah Penelitian
Petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini mayoritas merupakan penduduk usia kerja. Jika dilihat dari usia suami yang sebagian besar tergolong usia produktif, dapat dikatakan keluarga memiliki
sumberdaya yang cukup produktif untuk mencari nafkah. Usia istri yang cukup mendukung untuk melakukan kegiatan produktif, menjadikan istri sebagai pencari nafkah tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
selain itu keterlibatan anak dalam mencari nafkah dirasakan cukup membantu mengurangi beban keluarga.
Tingkat pendidikan pada petani responden tergolong rendah, bahkan banyak yang tidak pernah menempuh pendidikan di sekolah. Pada keluarga petani padi, 50 persen suami dan istri pendidikan
tertingginya hanya tamat Sekolah Dasar. Rata-rata pendapatan keluarga petani padi adalah Rp. 1.200.000,- bulan tapi besarnya pendapatan yang diperoleh petani baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian
sangat berfluktuatif. Besarnya pendapatan yang diperoleh petani baik di sektor pertanian maupun sektor
non pertanian sangat berfluktuatif. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan di sektor pertanian akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibanding bekerja di luar sektor pertanian, begitu pula
sebaliknya. Pendapatan di sektor pertanian sangat ditentukan oleh keadaan cuaca, serangan hama penyakit, dan juga harga produk hasil pertanian. Pendapatan di luar sektor pertanian pun tergantung pada
kesempatan kerja yang tersedia dan tidak stabil sepanjang waktu. Menurut penuturan petani, bertani itu ibarat berjudi, jika hasil panen melimpah dan harga hasil pertanian cukup tinggi maka petani akan menikmati
keuntungan; namun jika hasil pertanian turun akibat serangan hama penyakit ataupun cuaca, terlebih jika harga pada saat panen jatuh, maka petani akan mengalami kerugian. Kondisi ini merupakan hal biasa bagi
petani, namun petani tetap yakin jika musim ini petani merugi, maka pada musim berikutnya petani akan menikmati keuntungan. Petani yakin sektor pertanian mampu menjamin kehidupan keluarga meskipun
dengan kondisi yang minim sekalipun.
Pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan aset yang dimiliki keluarga pun sangat terbatas. Sebagian besar responden tidak memiliki kebun atau sawah. Banyak responden yang tadinya memiliki aset
berupa lahan kebun ataupun sawah, namun kemudian menjual lahan miliknya karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi, seperti biaya untuk sekolah anak. Dari status kepemilikan rumah, dapat dilihat bahwa
sebagian besar keluarga petani padi tinggal di rumah milik sendiri. Seluruh tempat tinggal keluarga contoh belum teraliri jaringan air bersih yang berasal dari PDAM, sehingga seluruh keluarga petani padi
mengandalkan air sumur, baik yang berasal dari sumur timba maupun sumur pompa untuk memnuhi kebutuhan air mandi ataupun air minum
3.2. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani di Kelurahan Andir Kec. Bale Endah 3.2.1. Kesejahteraan Objektif Berdasarkan Indikator BKKBN
Hampir seluruh keluarga petani padi di wilayah penelitian 96 makan minimal dua kali sehari. Dikarenakan terbatasnya penghasilan, dalam hal memilih menu responden lebih mengutamakan kuantitas
daripada kualitas, bagi contoh yang terpenting adalah perut ”kenyang” dan kurang memperhatikan aspek gizi nya. Lebih dari dua per tiga responden 70 mengkonsumsi daging, telur atau ikan minimal satu minggu
sekali, disana mereka lebih banyak mengkonsumsi ikan asin sebagai lauk, terkadang diselingi oleh tahu atau tempe. Telur merupakan sumber protein hewani bagi sebagian besar keluarga contoh, karena harganya lebih
terjangkau dibandingkan dengan daging atau ikan sehingga mereka lebih sering mengkonsumsinya dibandingkan dengan daging dan ikan, meskipun dalam frekuensi yang sangat jarang, sekitar 1-2 kali per
minggunya. Meskipun memiliki penghasilan yang terbatas, namun sebagian besar responden 88 tetap mengusahakan untuk membeli pakaian baru setidaknya sekali satu tahun, biasanya pada saat hari raya,
terutama bagi anak-anak mereka, oleh karena itu seluruh responden memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas sehari-hari.
Dilihat dari kondisi tempat tinggal, sebagian besar keluarga 96 sudah menempati rumah yang sebagian besar lantainya bukan terbuat dari tanah. Lebih dari separuh responden 54 menempati rumah
dengan luas 8 m
2
untuk setiap anggota keluarga. Hal ini disebabkan oleh luas tempat tinggal keluarga yang terbatas, karena mahalnya harga lahan di daerah pinggiran perkotaan. Kondisi ini menyebabkan
sebagian besar keluarga hanya mampu membeli lahan seacra terbatas untuk membangun rumah, kondisi ini
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
141
pula yang menyebabkan sebagian anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama orangtuanya karena keluarga muda ini juga tidak mampu memenuhi kebutuhan akan papan bagi keluarganya.
Tabel 2 Sebaran Responden Berdasarkan Kriteria Kesejahteraan BKKBN
Pernyataan Keluarga Petani Padi n=50
Ya Tidak
Makan 2 kali hari 4
96 Lantai sebagian besar dari tanah
4 96
Tidak mempunyai pakaian yang berbeda 100
Makan dagingtelurikan minimal 1 minggu sekali
70 30
Membeli baju baru minimal sekali setahun 88
12 Luas lantai rumah rata-rata 8 m
2
46 54
Dilihat dari indikator kesejahteraan bidang ekonomi versi BKKBN dalam Tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi 68 termasuk dalam kategori
keluarga tidak sejahtera. 3.2.2. Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan secara subjektif menggambarkan evalusi individu terhadap kondisi sosial ekonomi keluarganya. Pendekatan secara subjektif menginterpretasikan kesejahteraan berdasarkan pemahaman
responden terhadap keadaan yang mereka hadapi. Karena itu, pendekatan subjektif sulit digunakan untuk mengukur kesejahteraan secara makro, namun dianggap mampu memberikan gambaran mengenai masalah
kesejahteraan dalam rumah tangga tersebut. Pengukuran kesejahteraan subjektif diperlukan untuk melengkapi pengukuran kesejahteraan secara objektif untuk mengetahui secara mendalam mengenai rumah
tangga miskin menurut pemahaman mereka sendiri.
Lebih dari dua per tiga keluarga petani padi 72 merasakan bahwa pendapatan yang diperoleh saat ini belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Harga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang
terus meningkat. sedangkan penghasilan keluarga amat minim. membuat keluarga hidup dalam kondisi kekurangan. dan harus pandai-pandai mengatur penghasilan mereka yang terbatas untuk menjaga
kelangsungan hidup keluarga. Lebih dari separuh responden 62 merasa pekerjaan saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagai petani kecil yang mayoritas tidak memiliki lahan. pendapatan dari
sektor pertanian dirasakan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tingkat pendidikan sebagian besar suami dan istri yang relatif rendah membuat responden sulit untuk mendapatkan pekerjaan formal.
Sebagian besar responden 84 mengatakan konsumsi makanan yang diperoleh selama ini sudah mencukupi. Khusus untuk makanan pokok, keluarga petani padi memiliki kebiasaan untuk menyisihkan
sebagian hasil panennya untuk dikonsumsi sendiri dan untuk persediaan sampai waktu panen berikutnya, baru kemudian sisanya dijual, oleh karena ini dalam pemenuhan kebutuhan makanan pokok sebagian besar
keluarga tidak pernah merasa kekurangan. Untuk mengatasi kebutuhan pangan, lebih dari separuh responden 60 mengatakan tidak pernah meminjam uang atau barang kepada kerabat; namun sebagian
contoh mengatakan mereka terkadang meminta bantuan pada kerabat jika mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Adanya bantuan Raskin dirasakan dapat membantu mengatasi kebutuhan
pangan pada sebagian besar keluarga contoh
Lebih dari separuh responden 58 mengatakan bahwa rumah yang ditempati sekarang sudah layak huni, namun kondisi rumah serta fasilitasnya dinilai belum dapat membuat nyaman keluarga oleh 60
persen keluarga petani padi. Hal ini dikarenakan sebagian responden merasa kondisi rumah yang ditempati jauh dari kondisi nyaman, karena dari segi fasilitas, kenyamanan, dan kelayakan mereka merasa belum
cukup. Dari hasil pengamatan memang tergambar bahwa secara umum kondisi rumah mereka jauh dari kesan nyaman dan layak. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa setiap orang dalam keluarga rata-rata
hanya menempati ruang seluas 5 m
2
, padahal menurut Departemen Kesehatan, kebutuhan ruang per orang adalah minimal 9 m
2
. Seringkali rumah dengan luasan yang sangat terbatas ditempati oleh lebih dari satu keluarga. Dari segi kesehatan, kondisi rumah yang berhimpitan satu sama lain dan seringkali terletak di gang
sempit ditambah dengan ventilasi dan pencahayaan yang terbatas membuat rumah kurang nyaman dan kurang sehat untuk dihuni.Dalam bidang sosial, sebagian besar keluarga petani padi menilai bahwa keluarga
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
142
merasa aman dari ganggunan kejahatan dan keluarga merasakan kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya. Sebagian besar keluarga merasa bahagia dengan jumlah anak yang
dimiliki sekarang dan jumlah anggota keluarga tidak dianggap memberatkan keluarga dalam mengatasi kebutuhan makan. Kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga membuat sebagian besar keluarga tidak
memberikan bantuan pada fakir miskin, anak terlantar atau orang jompo, keluarga juga belum mampu menjadi orangtua asuh bagi anak-anak yang tidak mampu atau putus sekolah
.Berdasarkan 30
item pengukuran kesejahteraan subjektif, semakin tinggi skor jawaban responden maka responden tersebut dinilai
makin sejahtera. Hasil pengkategorian menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu 82 persen keluarga petani padi termasuk dalam kategori tidak sejahtera.
Hasil analisis Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan positif antara tingkat kesejahteraan subjektif dengan tingkat kesejahteraan objektif menurut kriteria BKKBN. Rambe 2004 menyebutkan bahwa
penduduk mungkin mempunyai pandangan tersendiri tentang arti kesejahteraan yang mungkin bisa sama ataupun berbeda dengan pandangan objektif.
3.3. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Model Bisnis Sosial untuk Mengentaskan Permasalahan Kemiskinan dan Meningkatkan Ketahanan Pangan Keluarga Petani
Berdasarkan hasil analisis terhadap responden di daerah penelitian, secara umum tingkat keberdayaan petani padi masih tergolong rendah, baik untuk aspek ekonomi maupun aspek non ekonomi.
Melihat keadaan tersebut, diperlukan suatu strategi pemberdayaan yang tepat untuk membuat mereka lebih mandiri dan berdaya secara ekonomis khususnya. Masalah ekonomi yang dihadapi petani padi sebenarnya
merupakan masalah klasik, sebenarnya dengan potensi yang ada dan dimiliki oleh mereka, mereka masih bisa diberdayakan sehingga bisa keluar dari jurang kemiskinan.
Untuk aspek ekonomi yang meliputi akses usaha kredit, akses pasar informasi permintaan dan penawaran produk, dan akses teknologi penyuluhan dan bantuan perbaikan teknik usaha tani, sebagian
besar responden lebih dari 50 mengaku tidakbelum pernah memperoleh kredit karena kesulitan untuk mendapatkan pinjaman, mendapatkan informasi pasar, dan menerima penyuluhan bantuan usaha tani.
Sedangkan untuk aspek non ekonomi, yaitu politik merepresentasikan diri, sosial kemampuan melakukan lobby, dan budaya keputusan berusaha, kurang dari 50 responden petani mengaku bahwa mereka tidak
terbiasa merepresentasikan diri, melakukan lobby, dan keputusan berusaha berasal dari keluarga. Tingkat keberdayaan petani di Wilayah penelitian dalam memperoleh akses usaha berupa kredit masih relatif rendah,
terbukti hanya 44 persen yang pernah memperoleh bantuan kredit. Tingkat keberdayaan yang rendah dari responden antara lain disebabkan oleh :1 merasa tidakbelum perlu melakukan upaya peningkatan usaha
seperti: mencari informasi pasar, dan lain-lain ; dan 2 secara eksternal, belum adanya kepercayaan dari kreditor terhadap usaha mereka yang berskala kecil dan masih bersifat tradisional.
Peran Stakeholders Dalam Meningkatkan Usaha Petani Di Wilayah penelitian sangat beragam.
Berdasarkan penilaian responden, nampak bahwa peran yang paling menonjol dalam setiap kegiatan usaha petani mulai dari proses pengadaan faktor produksi hingga distribusi dan yang lainnya adalah peran dari
pebisnis, dalam hal ini adalah pedagang perantara. Sedangkan peran dari s takeholders yang lain dinilai
kurang memadai. Aktivitas usaha yang didominasi olah pedagang perantara adalah pada pengadaan faktor produksi, distribusi, akses pasar, dan
networking. Pengadaan modal oleh swasta merupakan salah satu hal yang disorot oleh responden, dimana dianggap oleh mereka bahwa dalam menjalankan usaha banyak
berhubungan dengan pihak swasta atau pengusaha. Sebagian besar responden juga menilai bahwa pemerintah juga memiliki peranan yang besar dalam pengadaan sarana dan prasarana serta dalam inovasi
teknologi jika dibandingkan dengan stakeholders lainnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pebisnis dan
pemerintah mempunyai peran yang relatif besar dalam meningkatkan usaha petani di daerah penelitian. Sementara, peran dari stakeholders lain dianggap kurang memadai. Secara umum, peran
stakeholders berdasarkan penilaian responden masih rendah.Berpijak dari kondisi di lapangan, maka Strategi
Pemberdayaan Melalui Bisnis Sosial bisa menjadi alternatif yang memungkinkan untuk membuat petani menjadi lebih berdaya dan terbebas dari kemiskinan. Bisnis sosial adalah sebuah model bisnis yang fokus
pada penyelesaian masalah-masalah sosial dan perbaikan taraf hidup masyarakat sekitar. Pelakunya adalah anggota masyarakat sendiri dan hasilnya dibagikan secara merata keseluruh anggota. Dengan begitu,
seluruh elemen yang terlibat dalam bisnis akan mendapatkan manfaatnya. Bisnis sosial juga harus memenuhi kriteria yaitu bukan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan perorangan ataupun investor. Tidak seperti
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
143
lembaga amal, bisnis sosial mandiri secara keuangan, sehingga tidak harus mengerahkan sumber daya manusianya untuk mendapatkan donasi. Maka, bisnis sosial bisa juga diartikan sebagai
non-loss, non- dividend company, yang didedikasikan seluruhnya untuk mencapai misi sosial.
Pertanyaan selanjutnya pun bergulir. Bagaimana cara mengikutsertakan kaum papa dalam hal ini petani di lokasi penelitian dalam putaran roda ekonomi global, membuat mereka keluar dari kemiskinan?
Kredit Mikro akan menjadi solusi terbaik. Perlu diakui bahwa ekonomi pasar mampu menciptakan sistem yang efisien berdasarkan insentif. Efisiensi inilah yang setidaknya ingin dicapai pula supaya program
pengentasan kemiskinan berhasil. Orang miskin menjadi miskin bukannya malas, mereka pekerja keras,
hanya saja kurang beruntung tidak „terbawa‟ arus putaran sistem keuangan sekarang. Kredit mikro akan menjadi pemantik api kreativitas mereka dalam berkarya. Insentif kreativitas inilah yang akan membawa
mereka keluar dari kemiskinan, sekaligus program pengentasan kemiskinan menjadi bisa bergulir terus sebab dijalankan atas pijakan efisiensi pemberian kredit mikro
– ada kontrol dari dua sisi: penerima kredit dan pemberi kredit.
Prakteknya nanti model bisnis sosial yang sekiranya bisa diadopsi oleh petani miskin di lokasi penelitian adalah melaksanakan bisnis sosial berdasarkan potensi yang mereka miliki. Alternatif yang
pertama petani miskin bergabung bersama dalam satu komunitas kelompok usaha bersama, dengan memanfaatkan kredit mikro sebagai modal usaha, dan juga modal sosial berupa trust dan jejaring, mereka
bisa mulai membuka unit usaha tanpa meninggalkan pekerjaan mereka sebagai petani. Unit usaha yang dilakukan berbasis potensi lokasi atau potensi yang mereka miliki, sebagai contoh aktifitas usaha tani padi
yang mereka lakukan bisa menghasilkan atau memunculkan bisnis baru contoh realnya dengan menciptakan nilai tambah dari limbah padi. Misalkan mengolah sekam untuk media tanam, mengolah jerami sebagai
pewarna alami untuk makanan, mengolah dedak menjadi tebung substitusi terigu. Peran fasilitator baik dari Dinas KUKM ataupun dari Lembaga Pendidikan seperti Universitas Padjadjaran akan sangat membantu petani
miskin terutama dalam hal teknik dan materi yang memang diperlukan dan akan sangat membantu petani untuk mendapatkan ilmu yang dibutuhkan dalam melakukan aktifitas pengolahan nilai tambah padi. Untuk
penentuan pangsa pasar, dengan bantuan Dinas KUKM akan membantu untuk menyalurkan hasil produk bisnis sosial petani ke konsumen Gambar 1. Hasil penjualan tersebut sebagian digunakan untuk
pengembangan usaha, sebagian lagi untuk pembangunan dan perawatan sekolah, dan sebagian lagi untuk tabungan pendidikan dan keperluan sehari-hari. Dengan begitu, masyarakat yang tadinya pasif dan tidak
memiliki penghasilan tetap, bisa secara bersama-sama menjalankan bisnis untuk kemaslahatan bersama
Gambar 1. Model Bisnis Sosial untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi
Kelompok Keluarga Petani Padi
Identifikasi Potensi Lokal
Kelompok Usaha Bersama Berbasis
Potensi Lokal Kreativitas
Capital
Trust Networking
Dinas KUKM
Sharing Profit kebermanfaatan sosial
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Swasta
Lembaga Permodalan
Lembaga Pendidikan
Im p
ro ve
m ent
C o
n tin
u o
u s
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
144
KESIMPULAN 1. Dilihat dari berbagai indikator kesejahteraan bidang ekonomi versi BKKBN dapat disimpulkan bahwa lebih
dari dua per tiga responden 68 termasuk dalam kategori keluarga tidak sejahtera. 2. Pemberdayaan masyarakat dengan model bisnis sosial bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif
pengentasan kemiskinan bagi petani padi di lokasi penelitian. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki, modal sosial dan kredit mikro, petani akan diberdayakan dengan membangun Kelompok Usaha
Bersama yang dikelola secara bersama-sama oleh mereka, dan difasilitasi serta dibina oleh stakeholder pemerintah, swasta, perguruan tinggi, sehingga petani dapat benar-benar mandiri secara ekonomi dan
berdaya.
SARAN 1. Dibutuhkan kerjasama dan keterlibatan semua pihak petani, aparat, pemerintah, perguruan tinggi,
perbankan dalam mensukseskan model bisnis sosial. Karenanya kebijakan pemerintah diharapkan akan bersinergis sehingga keberfihakan kepada kaum lemah akan lebih diperhatikan.
2. Dibutuhkan penelitian lebih mendalam terkait penentuan model bisnis sosial yang tepat bagi komunitas tertentu, khususnya petani padi.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:
- Kartasasmita. 1996. Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Surabaya. PT. Erlangga Makmur
- Smith LH, El-Obeid AE, Jensen HH. 2000. The Geography and Cause of Insecurity in Developing
Countries. Agricultural Economics 22. -
Yunus, Muhammad. 2011. Bisnis Sosial - Sistem Kapitalisme Baru yang Memihak Kaum Miskin. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
- Zeitlin M, Brown L. 1990. Household Nutrition Security : A Development Dilema. Rome: Food
Agricultural Organization. Sumber tesis:
- Andriani Rani. 2008. Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan Keputusan serta
Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
- Rambe A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumahtangga dan Tingkat kesejahteraan Kasus di Kecamatan
Medan Kota Sumatera Utara. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
145
PENGUATAN HOME INDUSTRI KERIPIK BUAH MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI DAN REKAYASA
Dyah Erni Widyastuti
1
, Istis Baroh
2
, R. Pulung Sudibyo
3
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
1
Jln. Raya Tlogomas No. 246 Malang dyah.erni.wgmail.com, istis_barohyahoo.co.id, rahmad_sudibyoyahoo.com
ABSTRAK
Home Industry keripik buah di wilayah Malang Raya berkembang dan menjadi ikon sejak tahun 1990-an. Usaha ini bersifat padat karya, sekaligus memberi nilai tambah pada produk buah-buahan.
Kemampuan daya saing dan tingginya permintaan keripik buah berkualitas, belum terpenuhi karena keterbatasan kemampuan manajerial dan aspek produksi. Faktor keterbatasan teknologi, menyebabkan
kuantitas, kontinyuitas dan kualitas produk serta proses produksi belum optimal. Fluktuasi harga, sifat musiman, keragaman kualitas merupakan masalah dari sisi pasokan bahan baku. Rekayasa sosial dan
introduksi teknologi proses produksi dilaksanakan melalui kegiatan IbM Keripik Buah di Kabupaten Malang sejak bulan Juni
– Oktober 2013 dan bermitra dengan dua home industry pengolahan dan pemasok bahan baku.
Kegiatan bertujuan untuk introduksi teknologi produksi; pembenahan terhadap sikap character
building, personal skills, social skills dan kemampuan manajerial pelaku industri terkait manajemen industri; pengembangan produk dan peningkatan keterampilan
desain dan packing. Kegiatan ini mampu memperbaiki proses produksi dan peningkatan kualitas produk serta produktivitasnya. Prosentase produk
grade super 20- 30,
grade KW1 30. Sedangkan produk yang rusak bisa diusahakan untuk ditekan sampai 20. Pengadaan
refrigerator sangat membantu pemasok untuk menyimpan dan menjamin stok bahan baku buah segar siap olah. Pendaftaran Merek Dagang memberi perlindungan hukum sehingga
Product market- acceptance Meningkat 15 serta peningkatan Pendapatan minimal 10. Spin-off Rekayasa sosial dan
teknologi Kata Kunci : Keripik buah, rekayasa sosial,
cooling tower, keripik nangka, keripik apel
ABSTRACT
Home Industry of crisps fruit in Malang evolved and become an icon since the 1990s. This will be a labor-intensive, as well as adding value to the products of fruits. Competitiveness and the high demand for
quality fruit chips, have not been met because of limited managerial capacity and production aspects. Limitations of Factors technological was causing the quantity, continuity and quality of the products and the
production process were not optimal. Price fluctuations, the seasonal nature, diversity of quality were some problems of raw material supply. Social engineering and introduction of technology production process
implemented through IbMs Fruit Crisps in Malang since June to October 2013 and partnered with two home industries and raw material suppliers.
Activities aimed was to introduce of production technology; improvements to the attitude character building, personal skills, social skills and managerial skills of bussinessmen that related with
industry management ; product development and skills upgrading of design and packing. This activity can improve production processes and increase product quality and productivity. Percentage of super grade
products 20-30, KW1 grade 30. While defective products can be made to be reduced to 20. Procurement refrigerator was very helpful to supplier for storing and ensure the raw material supply of fresh
fruit ready though. Trademark registration gives legal protection to Product market-acceptance rises 15 as well as a minimum of 10 increase in revenues. Spin-off of social engineering and technology.
Key words : crisps fruit, social engineering,
cooling tower, jackfruit chips, apple chips
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
146
PENDAHULUAN
Home Industry keripik buah di wilayah Malang Raya Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu berkembang sejak tahun 1990-an. Seiring berjalannya waktu industri kecil di bidang pengolahan
keripik buah lambat laun menjadi ikon Kota Malang dan Kota Batu khususnya. Unit usaha yang berkembang
pada waktu itu hanya memproduksi keripik buah yang bahan bakunya telah tersedia di lingkungan sekitar yaitu buah apel dan nangka. Produk ini, dipasarkan ke tempat-tempat tujuan wisata di Kota Malang dan
sekitarnya serta ke berbagai kota besar di Jawa dan Bali, bahkan selanjutnya sampai ke Malaysia. Berdirinya unit-unit usaha kecil ini menguntungkan para petani buah dan warga sekitar karena
banyak tenaga kerja yang direkrut. Home Industry ini lebih bersifat padat modal. Selain itu, buah-buahan
tidak hanya dipasarkan dalam bentuk segar, tetapi diolah, sehingga memberi nilai tambah produk buah. Sebagian besar pekerja yang terlibat adalah ibu-ibu rumah tangga misalkan di kegiatan pengupasan,
sehingga bersifat padat karya dan kelompok pekerja ini dapat memperoleh penghasilan tambahan. Disisi lain, selera konsumen terhadap variasi atau keragaman produk dan kualitas keripik buah,
terus berkembang pesat. Semula hanya berupa keripik buah apel dan nangka saja, tetapi sekarang permintaan untuk macam-macam keripik buah lainnya, antara lain salak, mangga , nanas, rambutan,
bengkuang, pepaya, semangka, melon, durian dan lain-lainnya relatif tinggi. Bahkan kemudian berkembang varian produk kerupuk buah. Tingginya minat akan keripik buah berkualitas masih relative belum dapat
terpenuhi antara lain karena faktor keterbatasan teknologi yang menyebabkan kuantitas, kontinyuitas dan kualitas produk serta proses produksi kurang maksimal.
Beberapa persoalan yang dihadapi oleh pelaku home industri keripik buah, antara lain terkait
dengan teknologi pengolahan, pendingin untuk stok bahan baku, manajemen usaha, manajemen pemasaran, kemampuan manajerial dan
character building. Sebenarnya prospek home industry ini sangat bagus dan selama ini juga terus berlangsung dengan keterbatasan yang ada. Tetapi untuk kesinambungan,
pengembangan dan kemampuan bersaing ditengah tingginya persaingan usaha hyper-competition,
diperlukan treatment khusus untuk meningkatkan daya saingnya. Selain introduksi teknologi yang
dibutuhkan, juga dibutuhkan aspek pendukung lainnya seperti aspek manajemen usaha, pemasaran, analisis lingkungan usaha dan peningkatan kemampuan manajerial serta
character building pelaku usaha home industry keripik buah, khususnya personal dan social skills Widyastuti, 2009.
Penelitian yang telah dilakukan pada kluster industri atsiri kenanga di Kabupaten Blitar, juga menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan model partisipatif integratif yaitu
pemberdayaan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara terpadu. Kegiatan yang dilakukan, telah mensinergikan antara petani, pemetik, pedagang, pengepul dan penyuling dan melibatkan juga Dewan Atsiri
Indonesia dan Dewan Riset dan Inovasi Daerah Kabupaten Blitar untuk memperkuat rekayasa sosial yang diharapkan Salviana Widyastuti,2011.
Sedangkan penguatan daya saing dan keberlangsungan UKM melalui peningkatan kemampuan manajerial dan pembentukan
capasity building pengelola. Rekayasa sosial dilakukan melalui pendekatan life skills, khususnya menitikberatkan pada
personal skills, social skills dan kemampuan kerjasama. Keberhasilan rekayasa sosial ditentukan melalui tahapan pendampingan pasca pelatihan. Tahapan ini meliputi pasca
pelatihan, masa transisi dan masa pemandirian. Kondisi paling krusial adalah pada masa transisi, sekitar 3-6 bulan pasca pelatihan. Jika masyarakat sasaran mampu melewati masa transisi, maka tingkat keberhasilan
dan keberlanjutan usahanya tinggi Salviana Widyastuti,2008
Berdasarkan observasi dan interaksi dengan pelaku usaha home industri keripik buah pemasok
bahan baku keripik di Kabupaten Malang maka ditemukan beberapa permasalahan yang paling mendasar. Khususnya terkait dengan aspek produksi dan kemampuan manajerial. Permasalahan yang perlu
diselesaikan, meliputi empat hal, yaitu 1 introduksi teknologi produksi sistem pendingin sirkulasi air dan
refrigerator penyimpan stok bahan baku; 2 pembenahan terhadap sikap character building, personal skills, social skills dan kemampuan manajerial pelaku industri terkait manajemen industri; 3 pengembangan
produk dan peningkatan keterampilan dalam hal desain dan packing serta 4 pembenahan terhadap
aspekcarateknik pemasaran. Oleh karena itu tulisan ini memberikan gambaran tentang solusi terhadap problem yang dihadapi
home industry keripik buah. Diharapkan introduksi teknologi pada home industry keripik buah ini mampu mengatasi permasalahan teknologi proses produksi, pengembangan produk, kualitas dan kontinyuitas
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
147
pasokan bahan baku. Selain itu juga akan memperkuat kluster industri keripik buah maupun pemberdayaan masyarakat di perkotaan, karena mampu menyerap tenaga kerja daerah perkotaan dan menggerakkan
perekonomian melalui pendekatan agribisnis hulu-hilir. METODE
Kegiatan ini dilakukan melalui metode action research dengan penerapan teknologi dan rekayasa
sosial pada sasaran yaitu mitra Ipteks bagi Masyarakat. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Malang. Lokasi kegiatan ditentukan secara sengaja pada
home industri yang mengolah keripik buah apel, nangka dan salak di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kriterianya adalah usaha tersebut beroperasi selama 2 tahun
berturut-turut tanpa jeda. Kegiatan dilaksanakan pada salah pelaku home industri keripik buah yang
memproduksi keripik nangka, apel, dan salak. Observasi dan analisis situasi dilakukan untuk memetakan problema dan kebutuhan
home industri keripik buah. Hasilnya, ternyata permintaan produk keripik terus meningkat dari tahun ke tahun, standard
kualitas, selera dan preferensi konsumen, makin beragam dan meningkat. Namun kualitas produk industri ini dirasa semakin menurun hingga berdampak pada volume penjualan dan harga jual produk. Kemampuan
manajerial pengelola, perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan usahanya serta perubahan lingkungan usahanya. Oleh karena itu diupayakan untuk membantu
home industri ini agar tetap bertahan, khususnya dari ancaman industri pabrikan dengan skala usaha yang lebih besar, sehingga daya saing,
kesinambungan dan keberlangsungan usaha tetap terjaga. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dan survey yang telah dilakukan, menghasilkan potret tingkat keberdayaan maupun outcomes home industri keripik buah, antara lain dilihat dari capacity building maupun cultural change yang
merupakan unsur-unsur atau prinsip dasar dalam merancang pendekatan pemberdayaan masyarakat pelaku cluster agroindustri keripik buah melalui pendekatan partisipatif integratif. Pendekatan ini digunakan karena
tingkat keberhasilannya tinggi. Setelah masa kegiatan berakhir, maka pelaku industri tetap dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya.
Di sisi lain, pendekatankonsep cluster digunakan untuk merujuk pada kelangsungan usahanya
dengan menitik beratkan pada sistim terpadu keterkaitan ke depan forward dan ke belakang backward
linkaged dengan baik untuk membangun pelaku bisnis kecil pada komunitas industri keripik buah. Pendekatan ini perlu digunakan mengingat beragamnya tingkat keberhasilan sekaligus keberlangsungan
usaha yang dikelola. Pelaksanaan penerapan ipteks melalui transfer tehnologi pada
home industry keripik buah, secara umum dilakukan melalui 1 Pelatihan manajemen industriusaha dan pemasaran;
Character building, Personal Social Skills ; 2 Pendampingan manajerial dilakukan dengan sistem kunjungan yang berisikan
konsultasi dan pengarahan tehnis maupun dinamika masalah yang terjadi.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
148
Permasalahan Kebutuhan Kegiatan dan Capaian
1. Belum memiliki sistem pirantialat pendingin bak sirkulasi air yang mampu
menjaga air bak pendingin, tetap dingin. Terutama ketika mesin harus beroperasi
selama 20 jam. -
Introduksi teknologi pendingin bak sirkulasi air, menggunakan
cooling tower, diadopsi disesuaikan dengan kebutuhan dan skala usaha
mitra -
2. Peningkatan kualitas produk
Kualitas tanpa cooling tower
- Perbaikan proses produksi dan peningkatan kualitas produk serta produktivitasnya.
- Prosentase produk yang berkualitas, terutama prosentase
grade super 20-30, diikuti grade KW1. Sedangkan kualitas lainnya bahkan yang rusak
bisa diusahakan untuk ditekan sampai kurang dari 20.
-
3. Tempat menyimpan stok bahan baku buah segar siap diolah setelah dikupas dan
dibersihkan -
Introduksi teknologi penambahan Lemari pendingin refrigerator untuk menyimpan stok bahan baku
buah segar siap diolah.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
149
Model pelatihan dan pendampingan yang diterapkan merupakan aplikasi model Pemberdayaan Perempuan Pengusaha UKM Melalui Pendekatan Life Skills Pada UKM Produk Berbasis Potensi Lokal Salviana
dan Widyastuti, 2008; Widyastuti, 2009. Selain itu, merupakan tindak lanjut pengamatan dan pengalaman sebagai pendamping Program Pendidikan Kecakapan Hidup PKHLife Skills Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Timur tahun 2004-2007 dan Program Kursus Wirausaha Kota KWK; Kursus Wirausaha Desa KWD serta PKH Kerjasama SMKBalai PelatihanPoliteknikPerguruan Tinggi tahun 2009
dan 2010. Temuannya adalah kelemahan pada kemampuan mengelola usaha UKM
Home industry terutama aspek keterbatasan teknologi yang berimbas pada kualitas produksi, manajemen industry, pengembangan
produk dan packaging serta membangun jejaring.
Penerapan sistem pirantialat pendingin sirkulasi air cooling tower untuk peralatan vacuum frying
mampu menurunkan suhu air yang akan dialirkan keperalatan secara optimal. Dampaknya adalah meningkatnya kualitas produk keripik grade super mencapai 20-30. Sistim pendingin yang digunakan
sebelumnya menggunakan kipas angin untuk mempercepat pendinginan air di kolam penampung. Tetapi hasilnya tidak maksimal terutama ketika mesin harus beroperasi selama sekitar 20 jam terus menerus pada
saat permintaan pasarnya tinggi seperti menjelang hari libur panjang, hari Raya dan lainnya. Suhu air di kolam pendingin relatif masih panas saat mengalir ke sistem pendingin
vacuum frying. Akibatnya produk yang dihasilkan tidak bisa memenuhi kualitas yang diharapkan.
Kegiatan Pengupasan buah salak -
4. Desain kemasan yang masih sederhana atau bahkan tanpa merek dipasok untuk
produsen besarretail -
Pelatihan dan magang desain kemasan yang inovatif shg mampu memberikan
brand image, mudah dikenal.
- 6. Rekayasa social
- Perubahan sikap dan peningkatan
character dan sikap serta
skills personal social skills -
Peningkatan kemampuan manajerial -
Peningkatan bargaining power dan penguasaan
strategi pemasaran serta perluasan jejaring networking dengan pemasok dan
pemasar.Status : Penerapan dan Evaluasi -
Pendampingan dan membantu pemasaran. 7. Peningkatan Pendapatan
- Meningkat minimal 10
8. Product market-acceptance -
Meningkat 15. 9.
Spin-off -
Rekayasa sosial dan teknologi
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
150
Kuantitas pasokan bahan baku berupa buah segar seperti nangka, apel dan salak sangat fluktuatif karena sifatnya musiman. Sedangkan kapasitas produksi mesin pengolah juga terbatas. Akibatnya pada saat
tertentu seperti di musim panen, pasokan buah berlimpah dan tetap harus segera dikupas, tetapi tidak dapat segera diproses menjadi keripik buah. Kondisi ini juga menyulitkan bagi pemasok bahan baku. Idealnya,
pemasok bahan baku memiliki lemari pendingin untuk menyimpan stok bahan baku yang siap olah, sehingga menekan kerugian karena busuk atau rusak. Pada umumnya bahan baku dipasok dalam bentuk buah segar,
karena pemasok tidak memiliki
refrigerator atau memiliki dalam jumlah terbatas. Di sisi lain, proses pengupasan bahan baku buah segar pada industri keripik buah ini juga
membuka peluang kerja bagi masyarakat disekitarnya, khususnya perempuanibu-ibu rumahtangga. Upah yang pengupasan dihitung berdasarkan berat buah kupas yang dihasilkan. Jam kerja tenaga kerja
pengupasan antara pk 06.00-16.00 pada saat musim panen. Sedangkan saat di luar musim panen, jam kerjanya menyesuaikan dengan ada tidaknya pasokan buah segar. Upah pengupasan sebesar Rp 1.000,- per
kilogram. Bagi tenaga kerja pengupasan yang sudah terbiasa mengupas, maka jumlah yang dihasilkan mencapai lebih dari 4-5
tray per hari, dimana satu tray setara dengan 4 kilogram buah kupas. Upah yang diterima cukup besar bagi masyarakat sekitarnya. Jumlah tenaga kupas 32 orang, tenaga penggoreng 4
orang dan pengepakan 5 orang. Sistim pengupahannya hampir sama, yaitu dengan menerapkan target jumlah
packing atau jumlah produk. Dengan demikian, industri ini termasuk padat karya dan sesuai untuk industri kecil di perkotaan.
Kemampuan manajerial manajemen usaha, strategi pemasaran, sikap dan character building
pelaku usaha, relatif belum optimal. Tetapi melalui pendampingan yang dilakukan secara simultan, maka tampak adanya perubahan sikap dan kemampuan mengambil keputusan. Pelaku usaha memutuskan untuk
mengembangkan usaha berbasis keripik, khususnya melalui pengepakan keripik ubi ungu dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha terutama saat tidak ada atau sedikit pasokan buahnya.
Pengembangan produk tidak diperoleh dari memproduksi sendiri tetapi bekerjasama dengan produsen lain, dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh
home industri keripik buah. Dengan demikian, produk ”barunya” dapat dipasarkan bersama-sama dengan produk keripik buah.
Pengembangan produk dan peningkatan keterampilan desain dan packing serta peran sebagai
packing house dan menggunakan label merek yang telah dimiliki, mampu meningkatkan pendapatan tenaga kerja pengepakan, mengoptimalkan peralatanmesin pengepakan dan sekaligus meningkatkan pendapatan
home industy ini. SIMPULANREKOMENDASI
-
Penerapan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pengusaha sangat dibutuhkan, karena sangat membantu meningkatkan daya saing dan menjaga keberlangsungan
usahanya. -
Pendampingan secara simultan, mampu menjaga agar indutri ini terus bertahan, berkembang dan mampu bersaing dengan kompetitor yang terus tumbuh.
- Perlu diterapkan teknologi tepat guna untuk mengolah limbah kulit buah yang volumenya sangat besar,
karea rendemen buah rata-rata mencapai 10-12.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Disertasi:
Salviana Widyastuti,2008, Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Potensi Lokal Sebagai Upaya Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan rumah
Tangga, Penelitian Hibah Bersaing - DIKTI
– K
EMENDIKNAS
, J
AKARTA
Salviana Widyastuti,2011, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Industri Non-Corporate
Partisipatif Integratif Berbasis Potensi Lokal Menuju Pembangunan Karakter bangsa Yang Berdaya Saing
– Minyak Atsiri Kenanga di Kabupaten Blitar, Program Riset Unggulan strategis Nasional Rusnas - Dibiayai DP2M - DIKTI Kemendikbud
Widyastuti, 2009, Pemberdayaan Perempuan Berperspektif Pembelajaran
Life Skills Pendidikan Kecakapan Hidup Melalui Konsep Kluster Bisnis pada UKM Bidang Agribisnis, Penelitian Hibah Bersaing -
DIKTI –
K
EMENDIKNAS
, J
AKARTA
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
151