segi kuntitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkanya dalam pemecahan masalah.
Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT ini dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan,
menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja kelompok. Untuk keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
diharapkan sebelumnya siswa dilatih konsentrasi, ketelitian, kesabaran, ketekunan, keuletan, peningkatan daya ingat serta belajar dengan metode
bayangan Ahmadi dan Amri, 2011: 5.
2.1.3 Pembelajaran kooperatif
2.1.3.1 Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok-kelompok saling bekerja sama untuk saling membantu
memecahkan masalah yang kompleks sehingga akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit dengan cara berdiskusi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Beberapa ahli yang mengemukakan tentang pembelajaran kooperatif antara lain:
2.1.3.1.1 Anita Lie, 2005: 23 mengatakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-
tugas yang terstruktur.
2.1.3.1.2 H Isjoni, 2011: 14 mengatakan pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstuktisme dan merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok- kelompok kecil
yang tingkatan kemampuan berbeda.
2.1.3.1.3 Agus Surijono, 2011: 54 yang dimaksudkan pembelajaran kooperatif adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan guru, dimana guru menetapkan tugas dan pernyataan-pernyataan serta bahan dan informasi yang
telah dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah. 2.1.3.1.4 Trianto, 2007: 41 pembelajaran kooperatif yang dimaksud siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks yang didalam kelas kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4-5 orang siswa yang sederajad tapi homegen, kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain
saling membantu.
2.1.3.1.5 Bern dan Erickson, 2001: 5 “Cooperative learning pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran
dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar” Pengertian Pembelajaran Kooperatif Cooperative
Learning. Diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 20.00.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan pembelajaran kooperatif pembelajaran dengan kegiatan belajar mengajar secara berkelompok, siswa belajar
dan bekerja sama dengan tingkatan kemampuan berbeda untuk memecahkan masalah yang terarah pada tujuan pengembangan sikap, nilai dan tingkah laku,
kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu yang
memungkinkan mereka dapat berpatisispasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, untuk memperoleh
pengetahuan dari sesamanya dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan- pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Pembelajaran kooperatif secara umum dalam Membuat pola menggunakan
Jigsaw lebih diarahkan oleh guru, guru bertindak sebagai fasilitator, siswa dibentuk secara berkelompok bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan
berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka, karena di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan cara berdiskusi menyampaikan pendapat mereka. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari
4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa yaitu siswa cepat, siswa
rata-rata dan siswa yang lambat menerima menerima dan menyelesaikan dari suatu mata pelajaran, dan karakter individu. Hal ini bermanfaat untuk melatih
siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok konvensional adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 perbedaan pola pembelajaran kooperatif dan konvensional Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan
motivasi sehingga ada intiraksi promotif Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominansi kelompok atau mengguntungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggota kelompoknya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang dapat
memberikan bantuan Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota
kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya
hanya “
mendompleng” keberhasilan “pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan
sebagainya sehingga
dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa
yang dapat
memberikan bantuan Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok
dipilih secara
demokratis atau
bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam
kerja gotong-royong
seperti kepimpinan kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Ketrampilan sosial
sering tidak
langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung
guru terus
melakukan pemantauan
melalui observasi
dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja
sama antar
anggota kelompok
Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memperhatikan
secara proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar
Guru sering
tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadidalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal
hubungan antar pribadi yang saling menghargai
Penekanan sering
hanya pada
penyelesaian tugas
Sumber : Killen dalam Trianto 2007: 43-44 Teori
yang melandasi
pembelajaran kooperatif
adalah teori
konstruktivisme sosial vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi dengan cara mutual. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktifisme
dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa secara individu menemukan dan mentransformasikan, mengorganisasikan, informasi yang kompleks,
memeriksa informasi dengan aturan. Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan masalah-masalah
kompleks untuk di cari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana dan keterampilan yang diharapkan. Menurut Olsen Kagan, 1992
sebagaimana yang dikutip oleh H. Isjoni 2011: 29 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif menawarkan tiga ketentuan utama yang berhubungan
dengan: 1 Memberikan penggayaan struktur interaksi antara siswa; 2
Berhubungan dengan ruang lingkup pokok pembelajaran dan kebutuhan pengembangan bahasa dalam keranngka organisasi; 3 Meningkatkan
kesempatan-kesempatan bagi individu menyebutkan saran-saran.
2.1.3.2 Ciri- ciri pembelajaran kooperatif