5  Fasilitas Fasilitas  dapat  mempengaruhi  pemilihan  penentuan  metode  karena
ketiadaan  fasilitas  akan  sangat  mengganggu  dan  menghambat  berjalannya  proses pembelajaran  yang  efektif.  Fasilitas  yang  terdapat  dalam  Program  Keahlian
Busana  Butik  di  SMK  negeri  3  Magelang  yaitu  terdapat  LCD  pada  masing- masing  kelas,  laboratorium  busana,  contoh  fragmen  busana,  ruang  kelas,
perpustakaan, dress form. 6  Guru
Setiap  orang  memiliki  kepribadian,  performance  style,  kebiasaan  dan pemgalaman  mengajar  yang  berbeda-beda.  Kompetensi  mengajar  biasanya
dipengaruhi pula latar belakang  pendidikan. Guru yang latar belakang pendidikan keguruan,  biasanya  lebih  terampil  dalam  memilih  metode  dibandingkan  dengan
non guru yang berlatar belakang non kependidikan. Guru  pada  Program  Keahlian  Tata  Busana  di  SMK  negeri  3  Magelang
memiliki  kepribadian  yang  bermacam-macam,  ada  yang  periang,  pendiam,  dan lain-lain.  Hampir  seluruh  guru  latar  belakang  pendidikan  guru  tata  busana  yaitu:
Sarjana  Kependidikan  Tata  Busana,  Diploma  Tata  Busana  yang  kemudian melanjutkan  jenjang  sarjana  kependidikan  tetapi  bukan  pada  jurusa  tata  busana.
Latar  belakang  kepribadian  yang  berbeda  tidak  membedakan  dalam  proses mengajar karena dalam mengajar mereka memiliki kesamaan  yaitu menggunakan
metode ceramah, demonstrasi dan latihan.
2.1.4.3 Pengertian jigsaw
PAIKEM  adalah  kepanjangan,  dari  Pembelajaran  Aktif,  Inovatif  Kreatif, Efektif  dan  Menyenangkan.  Metode  pembelajaran  yang  termasuk  PAIKEM
adalah  a  Metode–metode  pembelajaran  kooperatif,  b  Metode–metode pendukung  pengembangan,  c  Metode–metode  pembelajaran  aktif.  Sedangkan
jigsaw  merupakan  salah  satu  dari  metode  pembelajaran  kooperatif  Agus Suprijono, 2011:89. Sedangkan menurut Nurhadi, 2004: 116 dalam cooperatif
Learning  dengan  Metode  Jigsaw.  Diakses  tanggal  25  september  2012  pukui 13.00.  Metode-metode  yang  termasuk  dalam  pembelajaran  kooperatif  adalah:  1
Metode    STAD  Student  Teams  Achievement  Divisions,  2  Metode  jigsaw  ,3 Metode  GI  Grup  Investigation,  4  Metode  struktural  yang    terdiri  dari  Think-
Pair-Shair dan numbered Head Together. Teknik Jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama
kali  diterapkan  oleh  aronson  tahun  1971  dan  dipublikasin  tahun  1978.  Pada awalnya penelitiannya kelas Jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa
kompetisi pembelajar dan masalah ras  yang  terdapat di sebuah kelas  yang  berada di  Austin,  Texas.  Kota  texas  ini  termasuk  mengalami  masalah  rasis  yang  sangat
parah,  dan  itu  pun  memunculkan  intervensi  dari  sekolah  untuk  menghilangkan masalah tersebut. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar
lainnya  menciptakan  Jigsaw  dan  mencoba  untuk  menerapkannya  didalam  kelas. Dan  usaha  keras  ini  berhasil  dengan  sukses,  pembelajar  yang  pada  awalnya
kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerja sama. Eksperimen ini  terdiri  dari  membentuk  kelompok  pembelajaran  kelompok  Jigsaw  dimana
tiap  pembelajar  tergantung  kepada  anggota  kelompoknya  untuk  mendapatkan
informasi  yang  diperlukan  untuk  lulus  dalam  ujian.  Tanpa  memandang  ras, mereka  digabungkan  menjadi  sebuah  grup  dan  wajib  berkerjasama  diantara
anggotanya  agar  mencapai  sukses  akademik.  Ketika  dibandingkan  dengan  kelas tradisional  dimana  pembelajar  bersaing  secara  individu,  pembelajaran  di  dalam
kelas  Jigsaw  menunjukkan  diskriminasi  yang  lebih  rendah,  timbulnya  rasa percaya  diri,  dan  prestasi  akademik  yang  meningkat.  Definisi  para  ahli
sebagaimana  yang  dikutip  H.  Isjoni,  2011:  79    tentang  Jigsaw,  antara  lain sebagai berikut :
a  Yuzar  2005  menyatakan,  dalam  pembelajaran  kooperatif  jenis  Jigsaw adalah  siswa  belajar  kelompok  kecil  yang  terdiri  dari  4-6  orang,  heterogen
dan  saling  bekerja  sama  saling  ketergantungan  yang positif  dan  bertanggung jawab  secara  mandiri.  Setiap  anggota  kelompok  bertanggung  jawab  atas
ketuntasan  bagian  bahan  pelajaran  yang  mesti  dipelajari  dan  menyampaikan bahan tersebut kepada anggota kelompok asal.
b  Aronson  1997,  teknik  belajar  kooperatif  jenis  Jigsaw  lebih  menyangkut kerjasama  dan  saling  ketergantungan  antara  siswa.  Pertama  kalinya  di
kembangkan  untuk  menghadapi  isu  yang  disebabkan  perbedaan  sekolah- sekolah  di  Amerika  Serikat  yang  sering  terjadi  antara  tahun  1964  dan  tahun
1974. c  Eliot Arol Aronson dan para koleganya Aronson, Blaney, Stephan, Sikes,dan
Snapp, 1978, Aronson, Bridgeman dan Geffner,1978. Metode Jigsaw adalah strategi  belajar  kooperatif  dimana  setiap  siswa  menjadi  seorang  anggota
dalam  bidang  tertentu.  Kemudian  membagi  pengetahuannya  kepada  anggota
lain  dari  kelompoknya  agar  setiap  orang  pada  akhirnya  dapat  mempelajari konsep-konsep.  Menurut  Aronson  para  siswa  dibagi  dalam  beberapa
kelompok,  masing  masing  anggota  kelompok  diberikan  satu  tugas  untuk dikerjakan  atau  bagian  bagian  dari  materi-materi  penelitian  untuk  dikoreksi
dan ditinjau ulang. Jigsaw  adalah  teknik  dalam  pengajaran  yang  menggabungkan  kegiatan
membaca,  menulis,  mendengarkan,  dan  berbicara.  Teknik  metode  Jigsaw memperhatikan  skemata  atau  latar  belakang  pengalaman  siswa  dan  membantu
siswa  mengaktifkan  skemata  agar  bahan  pelajaran  lebih  bermakna    karena  siswa bekerja  dengan  sesama  siswa  dalam  suasana  gotong  royong  dan  mempunyai
banyak  kesempatan  untuk  mengolah  informasi  dan  meningkatkan  ketampilan berkomunikasi Anita Lie, 2005:69. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh
Aronson  et  al  sebagai  metode  cooperative  learning.  Metode  kooperatif  dengan menggunakan metode Jigsaw ini sangat  menarik,  karena merupakan  gabungan
antara  dua  hal  yaitu  orang  belajar  dengan  kemampuan  masing-  masing  individu dan  belajar  kelompok yang terdiri dari tim-tim belajar yang beranggotakan empat
atau  lima,  materi  yang  diberikan  kepada  siswa  dalam  bentuk  topik.  Setiap anggota  bertanggung  jawab  untuk  mempelajari  bagian  tertentu  bahan  yang
diberikan  itu  dan  mampu  mengajarkan  bagian  itu  kepada  kelompok  lain,  yang mana  dalam  kelompok  tersebut  sesuai  dengan  tingkat  kemampuan  yang
berbeda  antara  individu  dalam  kelompok  sehigga  antara  siswa  yang  bisa dengan  yang  tidak  akan  timbul  suatu  kerjasama  yang  baik.  Tujuan  dari  metode
Pembelajaran  Jigsaw  ini  adalah  untuk  mengembangkan  kerja  tim,  ketrampilan
belajar  kooperatif,  dan  menguasai  pengetahuan  secara  mendalam  yang  tidak mungkin  diperoleh  bila  mereka  mencoba  untuk  mempelajari  semua  materi
sendirian.  Pengertian-teknik-jigsaw  yang  diakses  tanggal  24  September  2012 pukul 11.00 definisi Jigsaw antara lain:
a  Dari  sisi  etimologi  Jigsaw  berasal  dari  bahasa  ingris  yaitu  gergaji  ukir  dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang
menyususun  potongan  gambar.  Pembelajaran  kooperatif  metode  Jigsaw  ini juga  mengambil  pola  cara  bekerja  sebuah  gergaji  Jigsaw,  yaitu  siswa
melakukan  sesuatu  kegiatan  belajar  dengan  cara  bekerja  sama  dengan  siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
b Wardani  mengatakan  bahwa  teknik  Jigsaw  adalah  salah  satu  cooperative learning mendorong pembelajar aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi  pelajaran  untuk  mencapai  prestasi  yang  maksimal.  Dimana  dalam belajar teknik jigsaw terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya yaitu :
1.  Pengelompokan pembelajar 2.  Pemberian tugas untuk setiap anggota kelompok
3.  Diskusi  kelompok  yang  terdiri  dari  kelompok  ahli  yaitu  kelompok  yang terdiri  dari  kelompok  ahli  yaitu  kelompok  yang  terdiri  dari  pembelajar
heterogen, ditinjau dari segi kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung dalam  bahasan,  tema,  ataupun  masalah  yang  sama.  Sedangkan  kelompok
asal  yaitu  masing  masing  kelompok  terdiri  dari  pembelajar  yang heterogen,  ditinjau  dari  kemampuan  dan  jenis  kelamin  yang  tergabung
dalam bahasan, tema, masalah yang berbeda
4.   Pemberian teskuis 5.  Perhitungan penghargaan kelompok.
c  Hariyanto  menyatakan  bahwa  metode  cooperative  learning  teknik  Jigsaw merupakan  belajar  dimana  pembelajar  belajar  data  kelompok  kecil  yang
terdiri  dari  empat  sampai  enam  orang  secara  heterogen  dan  bekerja  sama saling  bergantung  positif  dan  bertanggung  jawab  secara  mandiri.  Setiap
anggota kelompok asal bertemu dalam kelompok ahli untuk membahas materi yang  ditugaskan  pada  masing-masing  anggota  kelompok  ahli  untuk
membahas  materi  yang  ditugaskan  pada  masing-masing  anggota  kelompok dan  bertanggung  jawab  atas  bagian  dari  materi  belajar  yang  ditugaskan
kepadanya. Setelah pembahasan tugas selesai kemudian kembali ke kelompok semula  asal  dan  menjelaskan  pada  teman  sekelompoknya  untuk  mencapai
ketuntasan materi.
d Slavin  menjelaskan  aktivitas-aktivitas  belajar  cooperative  learning  teknik
Jigsaw  yaitu:  pada  tahap  membaca  pembelajar  memperoleh  topik-topik permasalahan  untuk  dibaca  sehingga  mendapatkan  informasi  dan
permasalahan  tersebut.  Pada  tahap  diskusi  kelompok  ahli,  pembelajar  yang telah  mendapatkan  topik  permasalahan  yang  sama  bertemu  dengan  satu
kelompok kelompok ahli untuk mendiskusikan topik permasalahan tersebut. Pada  tahap  laporan  kelompok  ahli  kembali  ke  kelompok  asalnya  untuk
menjelaskan  hasil  diskusinya  kepada  anggota  kelompoknya  masingmasing. Pada  tahap  kuis,  pembelajar  memperoleh  kuis  individu  yang  mencakup
semua  topik  permasalahan.  Pada  tahap  perhitungan  skor  kelompok  dan
menentukan penghargaan kelompok dilakukan setelah kuis selesai dikerjakan yaitu  dengan  menghitung  skor  perkembangan  individu  dan  skor  kelompok.
Skor  individu  setiap  kelompok  memberi  sumbangan  pada  skor  kelompok berdasarkan  tentang  skor  yang  diperoleh  pada  kuis  sebelumnya  dengan  skor
terakhir.  Adapun  hal-hal  yang  dilakukan  sebelum  ataupun  sesudah cooperative learning teknik jigsaw pada dasarnya pembelajar diberi treatment
dengan tugas mandiri, ceramah dari guru, dan penguasaan lainnya. Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan cooperative learning Jigsaw
dalam  Membuat  pola,  mendorong  siswa  aktif  dan  saling  membantu  menguasai pembelajaran untuk mencapai prestasi  yang maksimal. Dalam belajar ini terdapat
tahapan-tahapan  dalam  pengembangannya.  Tahap  pertama  siswa  dikelompokkan dalam  bentuk  kelompok  kelompok  kecil.  Pembelajar  bergabung  dalam  suatu
kelompok,  kemudian  setiap  kelompok  tersebut  diberi  permasalahan  yang  akan didiskusikan  dalam  satu  kelompok  yang  disebut  sebagai  kelompok  ahli.  Setelah
semua  anggota  ahli  dapat  menyelesaikan  masalah,  mereka  kembali  ke  kelompok asalnya.  Dan  pada  akhirnya  siswa  dituntut  untuk  mempresentasikan  penemuan
mereka  di  kelompok  asal  pembelajaran  teknik  Jigsaw  secara  tidak langsung  para pembelajar  dituntut  untuk  menunjukkan  tingkat  pemahaman  pembelajar  dalam
sebuah konsep dan mengungkapkan adanya kesalahpahaman.
2.1.4.4 Kelebihan dan kekurangan jigsaw