Tingkat kesukaran Daya pembeda soal

r xx ’ = S s 2 – S e 2 S s 2 Kerangan: r xx’ = Koefisien korelasi Ss 2 = Varians antar subyek yang dikenai rating Se 2 = Varians eror, yaitu varians interaksi antar subyek s dan rater r Saifuddin Azwar, 2011: 106-107 Hasil perhitungan dari ketiga reter adalah = 0,837 dan tergolong tinggi, sehingga instrument tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai pengambil data Perhitungan reliabilitas insrument dapat dilihat pada lampiran halaman 168.

3.8.2.4 Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan soal tersebut, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya Suharsimi, 2007: 207. Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dapat dilakukan dengan indeks kesukaran soal yang rumusnya : Js P B  Suharsimi, 2007: 208 Keterangan : P = Tingkat kesukaran B = Jumlah yang benar pada butir soal J S = Banyaknya siswa yang mengikuti tes Table 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal Interval IK Katagori P = 0,00 0,00 P 3,00 0,30 P 0,70 0,70 P 1,00 P = 1,00 Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah Suharsimi, 2007: 210 Hasil uji coba menunjukkan bahwa harga P terletak pada interval 0,89 sampai 1,00 maka butir nomor 1 termasuk dalam kategori mudah. Hasil uji coba diperoleh kelompok soal-soal sebagai berikut: 1. Soal-soal dengan kategori mudah, 29 nomor 2. Soal-soal dengan kategori sedang, ada 16 nomor. 3. Soal-soal dengan kategori sukar, 5 ada nomor. Perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran halaman 166.

3.8.2.5 Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah Suharsimi Arikunto , 2007: 211. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks D yang dinyatakan dengan rumus: B B A A J B J B DP   Suharsimi Arikunto, 2007: 213 Keterangan: DP = Daya pembeda B A = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas B B = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah J A = Banyak siswa pada kelompok atas J B = Banyak siswa pada kelompok bawah Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda soal Interval Kriteria D = 0,00 - 0,20 D = 0,20 - 0,40 D = 0,40 - 0,70 D = 0,70 - 1,00 D = negative Jelek poor Cukup satisfactory Baik good Baik sekali excellent Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja Suharsimi Arikunto, 2007: 218 Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal pada soal nomer 1, diketahui D terletak pada interval 0,22 sampai 0, 40 maka daya pembeda butir soal nomor 1 termasuk dalam katagori cukup. Hasil uji coba diperoleh sebagai berikut; 1. Soal-soal dengan kategori jelek, ada 7 nomor. 2. Soal-soal dengan kategori cukup, ada 35 nomor 3. Soal-soal dengan kategori baik, ada 8 nomor. Perhitungan daya pembeda soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 164.

3.9 Metode Analisis Data

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio dalam mata pelajaran kimia: studi eksperimen di SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang, Banten

1 22 87

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MEMBUAT HIASAN BUSANA MENGGUNAKAN MODEL KONVENSIONAL DENGAN GROUP INVESTIGATION DI SMK

0 12 181

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA SMK AL MUSYAFA’ KELAS X PADA MATA PELAJARAN MEMBUAT POLA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI DENGAN CERAMAH DAN MPI

8 119 247

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MEMBUAT POLA BUSANA WANITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ALAT LEBAR GANTUNG DAN MEDIA PAPAN TULIS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KISARAN.

0 2 25

PENGARUH METODE DRILL TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBUAT POLA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

2 9 26

PENGARUH METODE LATIHAN TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBUAT POLA ROK PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR.

0 4 23

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK DI KABUPATEN KUDUS.

0 0 19

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KKPI PADA MATERI MENGOPERASIKAN SOFTWARE SPREADSHEET ANTARA MENGGUNAKAN MODUL DENGAN METODE KONVENSIONAL DI SMK MA’ARIF 3 WATES.

0 3 259

PERBEDAAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 MAGELANG DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA.

0 6 165

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW DENGAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE (ETH) PADA PELAJARAN TEKNIK ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 0 1