48
4.1.2. Kondisi Topografi
Kondisi ketinggian tempat dari permukaan laut di Gayo Lues mulai dari 100 meter sampai dengan lebih dari 3.000 meter, rinciannya tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Ketinggian Tempat dan Luas Wilayah No
Ketinggian Tempat dpl
Luas Wiayah ha
Persentase 1.
100 – 500 23.312
4,08 2.
500 - 1.000 156.404
27,35 3.
1.000 - 1.500 96.868
16,94 4.
1.500 - 2.000 167.048
29,21 5.
2.000 - 2.500 87.373
15,28 6.
2.500 - 3.000 34.930
6,11 7.
3.000 6.023
1,05 Kab. Gayo Lues
571.958 100,00
Sumber : Kabupaten Gayo LuesDalam Angka 2009 Data pada Tabel 8, menunjukkan bahwa luas lahan berdasarkan ketinggian
tempat dpl di Gayo Lues adalah sangat bervariasi, dimana luas lahan yang terluas yaitu 29,21 berada pada ketinggian antara 1.500 – 2.000 meter dpl, diikuti
dengan ketinggian 500 – 1000 meter dpl yaitu 27,35 , dan luas lahan yang terkecil berada pada ketinggian di atas 3.000 meter dpl.
Selanjutnya tingkat kemiringan lahan di wilayah Gayo Lues, mulai dari wilayah datar sampai sangat curam, rinciannya tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Kemiringan Lahan dan Luas Wilayah
No Kemiringan
Kondisi Wilayah Luas Wilayah
ha Persentase
1. 00 – 03
Datar 997
0,17 2.
03 – 08 Landai
43.304 7,57
3. 08 – 15
Berombak 46.985
8,21 4.
15 – 25 Bergelombang
132.532 23,17
5. 25 – 40
Berbukit 96.899
16,94 6.
40 Bergunung
251.240 43,93
Kab. Gayo Lues 571.958
100,00
Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2009 Berdasarkan data pada Tabel 9, terlihat bahwa 43,93 dari luas wilayah
Gayo Lues merupakan wilayah dengan tingkat kemiringan lebih besar dari 40 dengan kondisi wilayah bergunung dan curam, dan diikuti dengan kelas
kemiringan 15 – 25 yaitu sebesar 23,17 . Sedangkan untuk kelas kemiringan
49 25 – 40 , mempunyai luas 96.889 hektar 16,94 . Selanjutnya yang termasuk
dalam kondisi wilayah datar hanya 0,17 dari luas wilayah Gayo Lues.
4.1.3. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Gayo Lues, untuk lahan-lahan yang dijadikan persawahan didominasi jenis tanah alluvial hidromof dan hidromof kelabu,
sedangkan pada daerah pergunungan pada umumnya adalah latosol, podsolik merah kuning dan kambisol. Jenis tanah podsolik merah kuning merupakan jenis
tanah yang paling dominan yaitu 401.242 ha 70,15 dari luas wilayah Gayo Lues, sedangkan hidromof kelabu adalah yang terkecil hanya 6.740 ha 1,18 .
Rincian jenis tanah di Gayo Lues disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Luas dan Jenis Tanah
No. Jenis Tanah
Luas ha Persentase
1. Aluvial Hidromof fluvaquepts
10.252 1,79
2. Hidromof Kelabu Eutrodeptsl
6.760 1,18
3. Kambisol dystropepts
99.659 17,42
4. Latosol dystrandepts
13.671 2,39
5. Podsolik Merah Kuning
401.242 70,15
6. Podsolik Coklat eutropepts
40.374 7,06
Kabupaten Gayo Lues 571.958
100,00
Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka, 2009
4.1.4. Iklim
Wilayah Gayo Lues termasuk type iklim Muson, dengan klasifikasi menurut Mohr, Schimidt dan Ferguson termasuk Iklim B basah. Iklim di
kabupaten ini lebih basah jika dibandingkan dengan bagian utara Provinsi Aceh. Hal ini akibat pengaruh letak wilayah Gayo Lues di daerah medium sampai tinggi,
dimana daerah ini mempunyai curah hujan yang tinggi. Curah hujan tahunan berkisar 143,6 mmbulan, dengan rata-rata 15 hari
hujan per bulan. Pada Bulan April mempunyai curah hujan bulanan mencapai puncak yaitu dengan curah hujan tertinggi 322,5 mmbulan, dan dengan jumlah
hari hujan 19 haribulan. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata 22 mmbulan, dengan jumlah hari hujan 7. Rata-rata
curah dan hari hujan di Gayo Lues disajikan pada Tabel 11.
50 Tabel 11. Rata-Rata Curah dan Hari Hujan
No. Bulan
Rata-Rata Curah Hujan mm
Rata-Rata Hari Hujan hari
1. Januari
22,0 7
2. Pebruari
43,5 5
3. Maret
217,5 13
4. April
322,5 19
5. Mei
297,0 18
6. Juni
145,0 18
7. Juli
106,5 12
8. Agustus
145,5 15
9. September
64,0 11
10. Oktober
287.0 17
11. November
179,5 19
12. Desember
180,5 26
Rata-rata 143,6
15
Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka, 2009 Selanjutnya rata-rata suhu udara bulanan di Kabupaten Gayo Lues adalah
27
o
C. Bulan terpanas terjadi pada bulan Maret – Mei yaitu berkisar 30
o
C, sedangkan bulan September – Desember merupakan bulan-bulan dengan suhu
terendah, dengan suhu udara berkisar 25
o
C. Kelembabam udara di Kabupaten Gayo Lues cukup tinggi yaitu berkisar 84 – 89 dengan rata-rata dalam 10 tahun
terakhir 86,6.
4.1.5. Kependudukan
Penduduk yang mendiami Gayo Lues terdiri dari beberapa suku antara lain, suku AcehGayo, Alas, Jawa, Minang, Batak dan suku lainnya dalam jumlah
kecil. Jumlah dan distribusi penduduk berdasarkan kecamatan yang tertera pada Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Gayo Lues tahun 2008 adalah
79.649 jiwa, yang terdiri dari 39.421 jiwa laki – laki dan 40.228 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk sebesar 13 jiwakilometer persegi. Penduduk Gayo Lues
tersebar pada 11 kecamatan dengan angka kepadatan penduduk bervariasi, dimana Blangkejeren dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 43 jiwaKm
2
. Sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Pining yaitu 2 jiwaKm
2
.
51 Tabel 12. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Gayo Lues
No Kecamatan
Luas Wilayah Penduduk
ha Km
Jumlah
2
Jiwaha JiwaKm
2
1. Blangkejeren
47.940 479,40
22.748 28,92
0,43 43
2. Kuta Panjang
18.908 189,08
7.599 9,63
0,37 37
3. Terangun
41.915 419,15
8.406 10,41
0,18 18
4. Rikit Gaib
69.084 690,84
4.055 5,63
0,06 6
5. Pining
161.714 1.617,14
4.383 5,53
0,02 2
6. Blangjerango
46.003 460,03
6.590 8,31
0,13 13
7. Blangpegayon
61.575 615,75
5021 5,90
0,06 6
8. Dabun gelang
13.900 139,00
4.652 5,83
0,30 30
9. Putri Betung
51.638 516,38
6.763 8,62
0,12 12
10. Pantan Cuaca 41.660
416,60 4.060
4,24 0,07
7 11. Tripe Jaya
17.623 176,23
5.439 7,00
0,29 29
Kab. Gayo Lues 571.960 5.719,60 79.649
100 0,13
13
Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka, 2009. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan yang tertera pada Tabel 13,
memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang tidak sekolah di Gayo Lues relatif masih tinggi yaitu mencapai 9.345 jiwa atau 13,98. Komposisi penduduk
menurut tingkat pendidikan di Gayo Lues, yaitu tingkat pendidikan SD mempunyai jumlah terbanyak sebanyak 24.565 jiwa atau 36,75 dan tingkat
pendidikan S2 mempunyai jumlah terkecil sebanyak 47 jiwa atau hanya 0,07 dari jumlah penduduk secara keseluruhan.
Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Jiwa Menurut Pendidikan BS
TS TK
SD SMP
SMA D.I
D.II D.III
S.1 S.2
1. Blangkejeren
2.736 1.533
1.106 5.439
3.183 3.714
88 397
337 885
40 2.
Kuta Panjang 811
764 67
2.479 1.110
1.213 14
108 36
157 5
3. Terangun
1.099 1.165
12 2.948
837 467
26 21
19 42
- 4.
Rikit Gaib 491
368 51
1.199 656
652 18
74 20
69 2
5. Pining
556 979
- 1.356
295 224
3 9
5 9
- 6.
Blangjerango 734
771 16
2.196 782
549 4
33 15
49 -
7. Blangpegayon
792 678
16 1.577
510 365
6 24
9 41
- 8.
Dabun gelang 548
727 283
1.793 531
284 11
15 5
7 -
9. Putri Betung
895 647
7 2.559
921 656
21 36
23 61
- 10.
Pantan Cuaca 493
786 29
1.464 552
451 2
29 5
58 -
11. Tripe Jaya
735 927
25 1.555
425 204
3 5
1 3
- Kab. Gayo Lues
9.890 9.345
1.612 24.565
9.802 8.779
196 751
475 1.381
47 Persentase
14,80 13,98
2,41 36,75
14,66 13,13
0,29 1,12
0,71 2,07
0,07
Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2009 BS = Belum sekolah
TS = Tidak sekolah
52
4.2. Karakteristik Masyarakat
4.2.1. Pencari Kayu Bakar
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan wawancara dengan responden ternyata semua responden menggunakan kayu bakar sebagai sumber
energi untuk kebutuhan rumah tangga. Hal ini dikarenakan semua desa-desa sampel berbatasan dengan sumberdaya hutan, dan tersedia bahan baku kayu yang
dapat dengan mudah dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh masyarakat. Disamping itu Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten yang relatif jauh dari
sumber energi, seperti minyak tanah, yang dikarenakan aksesbilitas yang kurang mendukung, apalagi pada desa-desa pinggir hutan yang relatif masih sulit
terjangkau. Kalaupun ada tersedia seperti BBM, tetapi harganya yang tidak terjangkau oleh masyarakat. Selain itu persoalan budaya dan kebiasaan bagi
masyarakat melakukan kegiatan memasak dengan menggunakan kayu bakar. Secara umum kayu bakar bersumber dari hutan dengan cara memungut
sendiri, namun sebagian masyarakat memperoleh kayu bakar dengan cara membeli, tetapi sumber kayunya juga dari hutan. Selanjutnya jenis kayu yang
digunakan berupa ranting, cabang dan batang pohon dari hutan alam campuran dan hutan pinus. Khusus untuk Desa Gumpang Kecamatan Putri Betung,
kebanyakan respondenmasyarakat mengambil kayu bakar dari hutan alam campuran kawasan TNGL, tetapi dalam dua-tiga tahun terakhir ini masyarakat
lebih banyak memanfaatkan kayu bakar dari pohon kemiri, dimana kemiri yang sudah berumur tua kebanyakan ditebang, bahkan sebagian kemiri berumur muda
juga ditebang, dan tidak digantiditanami kembali dengan jenis yang sama kemiri, dan secara umum diganti dengan tanaman semusim, seperti jagung, dan
tanaman lainnya. Pohon kemiri yang sudah ditebang inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber energi untuk memasak. Selanjutnya rincinan
mengenai karakteristik sosial ekonomi masyarakat pencari, dan pengguna kayu bakar disajikan pada Tabel 14.
Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa karakteristik para pencari dan pengguna kayu bakar menunjukkan hasil yang berbeda, baik dari aspek konsumsi
kayu bakar sampai kepada biaya pengadaan kayu bakar. Terjadinya perbedaan ini antara lain disebakan oleh perbedaan tujuan pengambilan kayu bakar, yaitu untuk
53 kebutuhan sendiri dan untuk dijual. Bagi masyarakat yang tujuan pengambilan
kayu bakar untuk dijual, tentunya dalam curahan atau satuan waktu tertentu dapat mengumpulkan jumlah kayu bakar yang lebih banyak, sehingga dengan
sendirinya biaya pengadaannya juga lebih rendah, bila dibandingkan dengan masyarakat yang tujuan pengambilan kayu bakar untuk dimanfaatkan sendiri.
Tabel 14. Karakteristik Sosial Ekonomi Pencari dan Pengguna Kayu Bakar
No Parameter
Satuan Minimum
Maksimum Rata-Rata
1. Umur kepala keluarga Tahun
23 70
45,82 2. Pendidikan kepala
keluarga Tahun
17 6,88
3. Jumlah anggota keluarga Orang
2 10
4,43 4. Pendapatan perkapita
Rpbln 18.750
235000 85476
5. Frekwensi memasak Kalihari
2 3
2,54 6. Konsumsi kayu bakar
Kgorg tahun
298,6 2750
1235,7 7. Biaya pengadaan
RpKg 3.75
375 74,61
4.2.2. Pencari Pakan ternak
Secara umum masyarakat Gayo Lues, khususnya masyarakat tinggal sekitar hutan, sudah tentu pekerjaan utamanya sebagai petani, sedangkan kegiatan
pemeliharaan ternak hanya sebagai pekerjaan sampingan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dilakukan dengan memanfaatkan pakan-pakan yang dapat
dimakan oleh ternak terutama yang terdapat pada sumberdaya hutan. Untuk itu pekerjaan mencari hijauan pakan ternak merupakan pekerjaan sampingan, yang
tujuannya adalah sebagai tambahan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga. Selanjutnya karakteristik sosial ekonomi respondenmasyarakat
pencari pakan ternak disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Pencari Pakan Ternak.
No Parameter
Satuan
Minimum Maksimum
Rata- rata
1. Umur Kepala Keluarga
Tahun
23 65
46,12
2. Pendidikan
Tahun
15 5,45
3. Jumlah anggota Keluarga
Orang
2 9
4.65
4. Pendapatankapita
Rpbulan
29368 250000
81065
5. Jarak rumah ke hutan
Meter 2.000
50 408,47
6. Pemberian pakan
Kgekorhari 5,69
17,65 11,50
7. Biaya pengadaan pakan
Rpkg 35,18
185,62 86,82