164
3 TNGL telah dikenal secara Nasional dan Internasional
Luas kawasan hutan Gayo Lues adalah 474.630,30 hektar, sedangkan luas TNGL 202.880,30 hektar 42,75 dari luas kawasan hutan, dan hutan lindung
226.560,0 hektar 47,74 dari kawasan hutan, sementara keberadaan TNGL termasuk potensi-potensi ekowisatanya sudah dikenal diseluruh Nusantara,
bahkan ke dunia Internasional. Kondisi ini menjadi suatu kekuatan yang perlu dimanfaatkan dalam rangka pengembangan ekowisata di Gayo Lues.
4 Tersedianya Guide dan Interpreter
Keberadaan guide dan interpreter, dengan kemampuan dan ketrampilan secara teknis yang memadai tentunya menjadi suatu kekuatan dalam upaya
pengembangan program ekowisata di Gayo Lues. Secara umum guide yang
terdapat pada tempat ekowisata leuser, dapat mengarahkan dan menjelaskan
tentang keberadaan ekowisata di Gayo Lues terutama diwilayah Leuser. Beberapa orang guide adalah masyarakat Desa Penosan Sepakat, Kecamatan
Blang Jeurango Kabupaten Gayo Lues. Para guide ini sudah mendapat berbagai pelatihan tentang ekowisata. Tingkat pendidikan para guide tergolong rendah,
namun mereka mampu berbahasa inggris dengan baik, sehingga dengan mudah dapat mendampingi para wisatawan dari manca negara.
5 Kondisi keamanan sudah mendukung
Pulihnya kondisi fisik Provinsi Aceh dari porak-poranda akibat oleh musibah gempa bumi dengan skala 9,8 SR dan musibah tsunami, yang diikuti
dengan meredanya konflik antara pihak Gerakan Aceh Merdeka GAM dengan pihak Republik Indonesia RI, yang secara perlahan-lahan dilakukan proses
perdamaian, yang pada akhirnya terjadi persetujuan untuk berdamai tanpa merasa ada yang kalah dan menang, yang diwujudkan dengan penandatangan MoU
Helsinky, sampai pada tahap diterbitkannya UUPA NO 11 tahun 2006 tentang Undang-Undang Pemerintahan Aceh. Sehubungan dengan uraian tersebut dalam
kaitannya dengan upaya pengembangan ekowisata di Gayo Lues, jika dilihat dari aspek keamanan sudah cukup kondusif dan sangat aman, dan menjadi kekuatan
dalam pengembangan ekowisata tersebut.
165
5.4.4.2. Analisis Faktor Internal Kelemahan
Berdasarkan hasil analisis ditemukan lima variabel strategis unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya untuk masing-masing variabel terhadap upaya
pengembangan ekowisata di Gayo Lues. Rincian variabel internal kelemahan dan nilai pengaruhnya disajikan pada Tabel 64. Variabel kelemahan tersebut perlu
penanganan yang tepat agar peran ekowisata Gayo Lues dapat ditingkatkan. Tabel 64. Variabel Faktor Internal Kelemahan dan Nilai Pengaruhnya Terhadap
Program Pengembangan Ekowisata. No
PeubahVariabel Nilai
pengaruh 1. Belum adanya transportasi udara W1
1,490 2.
Belum tersedia Sarana dan prasarana ekowisata W2 0,821
3. Lokasi berjauhan dari kota provinsi W3
0,644 4.
Promosi dan publikasi belum optimal W4 0,200
5 Kerjasama pengembangan ekowisata belum berkembang W5
0,195 Jumlah
3,350
1 Belum adanya transportasi udara
Dengan belum tersedianya fasilitas transportasi udara di Gayo Lues merupakan sebagai kelemahan utama dalam pengembangan objek wisata. Nilai
pengaruh dari variabel ini adalah 1,302. Hal ini dikarenakan wilayah Gayo Lues terletak di daerah hulu atau daerah pengunungan, dengan panjang jalan darat lebih
kurang 500 km dari pusat kota provinsi, dengan jarak tempuh lebih kurang 14 jam. Disamping itu sebagian besar jalannya harus melalui daerah pengunungan
dengan kondisi berliku-liku, topografi berat, bahkan pada saat musim penghujan
di beberapa titik sangat rawan terhadap longsor. 2
Belum tersedia sarana dan prasarana ekowisata
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan para guide bahwa mulai dari sebelum konflik antara pihak GAM dengn pihak RI, keberadaan
ekowisata di Gayo Lues, khususnya di daerah menuju puncak Leuser sudah mulai berkembang, dimana hampir setiap hari ada wisatawan yang datang berkunjung,
terutama wisatawan asing. Namun pada saat berlangsungnya konflik tersebut
banyak sarana dan prasarana ekowisata yang terbengkalai dan mengalami kerusakan. Kondisi ini menjadi kelemahan yang perlu ditangani, agar
pengembangan ekowisata di Gayo Lues dapat berjalan.
166
3 Lokasi Berjauhan Dengan Ibu Kota Provinsi
Variabel kelemahan yang ketiga dalam pengembangan ekowisata di Gayo Lues adalah variabel lokasi yang berjauhan dengan ibu kota provinsi, yaitu
dengan nilai pengaruhnya 0,378. Jarak ibu kota Provinsi Aceh dengan Ibu Kota Gayo Lues Kota Blang Kejeren yaitu 500 km, dengan jarak tempuh lebih kurang
14 jam melalui jalan darat, via Aceh Tengah. Pada dasarnya jarak yang berjauhan dari kota provinsi tidak begitu berpengaruh dalam pengembangan ekowisata, jika
di Gayo Lues tersedianya sarana transpotasi udara. Namun demikian wisatawan tetap akan datang, mengingat potensi objek wisata di Gayo Lues TNGL
mempunyai keunikan dan karakteristik tersendiri yang tidak dijumpai di tempat lain, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan.
4 Promosi dan publikasi belum optimal
Khususnya untuk kegiatan ekowisata di Gayo Lues belum dilakukan kegiatan promosi dan publikasi secara optimal, walaupun pada dasarnya di TNGL
tersebut terdapat berbagai macam potensi yang mempunyai nilai, dan daya tarik tersendiri, jika dikembangkan menjadi suatu program ekowisata. Untuk itu
kondisi kegiatan promosi, dan publikasi menjadi salah satu variabel kelemahan. Selanjutnya menurut para responden, dan para guide, bahwa kebanyakan
wisatawan asing yang berkunjung ke objek wisata Gayo Lues mendapatkan informasi dari kawannya yang sebelumnya pernah berkunjung ke objek wisata
tersebut. Untuk itu kegiatan promosi dan publikasi yang belum optimal menjadi suatu kelemahan, yang perlu ditangani dalam pengembangan ekowisata di Gayo
Lues.
5 Kerjasama dalam pengembangan ekowisata belum berkembang
Sampai dengan saat pelaksanaan pengumpulan data dilapangan, bahwa para pihak yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya hutan di Gayo Lues, dan
khusus kawasan TNGL, dimana menyangkut dengan kegiatan kerjasama dalam bidang pengembangan ekowisata belum berkembang, bahkan belum pernah
dilakukan.