Analisis Kelembagaan TINJAUAN PUSTAKA

17 kelembagaan merupakan inovasi manusia untuk mengatur atau mengontrol interdependensi antar individu atau kelompok masyarakat terhadap sesuatu. Berdasarkan difinisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa institusi berkenaan dengan aturan formal dan informal yang mengarahkan perilaku individu, organisasi dan masyarakat. Van den Berg 2001, mengemukakan bahwa alasan mengapa institusi diperlukan adalah karena individu, kelompok atau perusahaan mempunyai dua pilihan cara untuk memperkaya dirinya yaitu memproduksi sesuatu yang berharga atau dengan mengambil sesuatu yang berharga dari orang lain. Tetapi kesejahteraan nasional hanya meningkat jika ada peningkatan produksi, transfer kekayaan termasuk kekayaan alam hanya berperan sebagai redistribusi dari output yang telah ada. Masyarakat secara keseluruhan hanya meningkat standar hidupnya jika output perkapita meningkat. Jadi institusi akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat jika ia dapat mengarahkan usaha-usaha masyarakat pada aktivitas produktif. Institusi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja ekonomi sebagai dikemukakan oleh Coase 1998 dalam Manard 2000, yang mengutip Adam Smith sebagai berikut : ”Produktivitas ekonomi tergantung pada spesialisasi, tetapi spesialisasi hanya mungkin kalau pertukaran exchange dan biaya pertukaran lebih murah, makin banyak spesialisasi makin produktif sebuah sistem ekonomi. Sedangkan biaya pertukaran biaya transaksi sangat tergantung pada institusi yang bekerja di suatu negeri, oleh karena itu institusi akan menentukan kinerja ekonomi”. Dalam kiatannya dengan pengelolaan hutan Wells 1997 dalam Ismanto 2010 menyatakan bahwa insentif untuk konservasi biodiversitas hanya akan efektif apabila didukung oleh kerangka intitusional yang tepat. Disamping peraturan yang dirancang secara seksama juga diperlukan organisasi yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan, memantau, menegakan enforcing dan mengevaluasi kebijakan tersebut pada tingkat lokal, nasional atau internasional. Kartodihardjo et al. 2004, dan Kartodihardjo 2008 bahwa unsur-unsur institusi terdiri atas atau dicirikan oleh batas yurisdiksi atau batas wilayah 18 kewenangan jurisdictional boundary, hak pemilikan property rights dan aturan representasiketerwakilan rule of representation. Menurut Schmid 1987 hak pemilikan adalah menggambarkan hubungan individu dengan yang lainnya terhadap sumberdaya alam atau sesuatu. Hak merupakan instrumen untuk mengendalikan hubungan saling ketergantungan manusia dan merupakan pemecahan terhadap siapa memperoleh apa. Menurut Commons 1968 dalam Ostrom 2003 hak pemilikan merupakan sebuah penyelenggaraan kewenangan otoritas untuk melakukan aksi tertentu pada sebuah domain yang tertentu. Lebih lanjut Ostrom 2003 menyatakan bahwa hak pemilikan menjelaskan aksi yang dapat dilakukan oleh individu dalam hubungannya dengan individu lain berkenaan dengan sesuatu. Jika seseorang memiliki hak, maka seseorang tersebut mempunyai kewajiban yang sepadan atas haknya tersebut. Menurut Bromley 1991 sebagaimana diacu Hanna dan Munashinghe 1995 hak pemilikan merupakan kumpulan hak yang diberikan di mana telah didefenisikan secara jelas hak dan kewajiban di dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Menurut Arifin 2001 pada hakekatnya terdapat empat hak kepemilikan atas sumberdaya yang sangat berbeda satu dengan lainnya, yakni: 1 Milik Negara state property. Pada individu mempunyai kewajiban untuk mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau departemen yang mengelola sumberdaya itu. Demikian pula, departemen yang bersangkutan mempunyai hak untuk memutuskan aturan main penggunaannya. Contoh sumberdaya alam milik Negara ini adalah lahan hutan, mineral serta sumberdaya pertambangan, dan sumberdaya alam lainnya yang dikuasai Negara untuk hajat hidup orang banyak. 2 Milik pribadi private property. Para individu pemilik mempunyai hak untuk memanfaatkan sumberdaya sesuai aturan dan norma yang berlaku socially acceptable uses serta memiliki kewajiban untuk menghindari pemanfaatan sumberdaya yang eksesif dan tak dapat dibenarkan menurut kaidah norma yang berlaku socially unacceptable uses. Misalnya lahan pertanian yang dimiliki perorangan termasuk di sini. 19 3 Milik umum common property. Kelompok masyarakat yang berhubungan dengan sumberdaya milik umum mempunyai hak untuk tidak mengikutsertakan individu lain yang bukan berasal dari kelompok itu, disamping kewajiban untuk mematuhi statusnya orang luar. sementara itu, setiap anggota kelompok masyarakat yang terikat dalam sistem sosial tertentu untuk mengelola sumberdaya mempunyai hak dan kewajiban untuk memelihara kelestariannya sesuai dengan aturan yang disepakati bersama. Misalnya, tanah marga atau sebidang tanah dipedesaan atau air irigasi sistem subak di Bali, dimana penduduk yang terikat dalam kelompok sosial yang ada dapat memanfaatkan dan mengelolanya secara bersama berdasarkan norma hidup dan budaya yang berlaku. 4 Tak bertuan open access. Dalam hal ini tidak ada unsur kepemilikan atas sumberdaya tersebut sehingga orang dari kelompok sosial manapun hanya memiliki privilis privilege, siapa cepat dia dapat, tetapi bukan hak. Menurut Schlager dan Ostrom 1992 hak-hak terkait dengan sumberdaya antara lain; 1 Hak akses access rights adalah hak untuk memasuki suatu area sumberdaya yang memiliki batas-batas yang jelas dan untuk menikmati manfaat non ekstraktifnya. 2 Hak pemanfaatan withdrawal rights adalah hak untuk memanfaatkan suatu unit sumberdaya atau produk dari suatu sistem sumberdaya misalnya menangkap ikan. 3 Hak pengelolaan management rights adalah hak untuk mengatur pola pemanfaatan secara internal atau menentukan aturan operasional pemanfaatan sumberdaya. 4 Hak eksklusi exclusion rights adalah hak untuk menentukan siapa yang boleh memiliki hak akses dan bagaimana hak akses tersebut dialihkan ke pihak lain menentukan keikutsertaan-mengeluarkan pihak lain. 5 Hak pengalihan alienation rights adalah hak untuk menjual dan menyewakan sebagian atau seluruh hak-hak kolektif tersebut di atas. Selanjutnya konsep batas yurisdiksi dapat memberi arti batas otoritas yang dimiliki sesuatu lembaga dalam mengatur sumberdaya Rachman et al. 2002. Menurut Kartodihardjo 2008 batas yurisdiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam organisasi. Implikasi ekonomi dari adanya batas yurisdiksi adalah batas suatu HPH, misalnya, untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti batas wilayah kerja, batas skala usaha yang diperbolehkan. Menurut Schmid 1988 20 dalam Suhaeri 2005 menjelaskan bahwa batas kewenangan diartikan sebagai batas wilayah kekuasaan yang dimiliki seseorang terhadap sumberdaya alam. Mengingat sumberdaya hutan Gayo Lues memiliki karakteristik dapat dimanfaatkan secara bersama, maka persoalan batas kewenangan menjadi penting dalam merefleksikan keinginan para penggunaannya. Berdasarkan konsep batas yurisdiksi sebagaimana disampaikan diatas, maka batas yuridiksi berkenaan dengan alokasi sumberdaya hutan Gayo Lues merupakan batas kewenangan yang dimiliki suatu lembaga dalam mengatur sumberdaya hutan Gayo Lues. Di samping itu dalam konteks pengelolaan sumberdaya hutan Gayo Lues batas yurisdiksi menunjukkan bahwa bagaimana institusi mengatur siapa yang tercakup dan apa yang diperoleh siapa memperoleh apa. Kartodiharjo, 2008 menjelaskan bahwa aturan representasi merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Aturan representasi mengatur siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam pengambilan keputusan. Hal ini tercermin dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap kinerja akan ditentukan oleh kaidah-kaidah representasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Menurut Rachman 1999 dalam Rachman et al. 2002 keputusan yang diambil dan akibat kinerja akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan kolektif. Dengan demikian aturan keterwakilan mengatur siapa yang berhak terlibat dalam proses pengambilan keputusan, keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap kinerja yang ingin dicapai. Apabila mengingatkan perubahan alokasi dan distribusi sumberdaya secara keseluruhan dapat dilakukan dengan aturan keterwakilan. Selanjutnya North, 1990, menjelaskan bahwa peranan utama institusi dalam masyarakat adalah mengurangi ketidakpastian dengan membuat struktur yang stabil pada interaksi manusia. Perubahan institusi adalah proses yang rumit karena perubahan merupakan konsekuensi perubahan dalam aturan, dalam batasan informal, dan dalam macam keefektifan penegakan. Selanjutnya institusi berubah secara perlahan dan tidak terputus-putus. Bagaimana dan mengapa mereka berubah secara perlahan, dan mengapa perubahan. Sementara Kartodihardjo, 21 2006 menyatakan bahwa tujuan perubahan institusi adalah untuk mendapatkan kinerja lebih baik yang diharapkan, atau dibalik untuk memperbaiki kinerja yang buruk, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan institusi. Lebih lanjut Kartodihardjo 2006 menjelaskan bahwa perubahan institusi terdiri dari dua hal. Pertama, perubahan secara internal atau proses institusionalisasi, atau biasa disebut pelembagaan. Kedua, perubahan norma atau nilai-nilai atau struktur yang menjadi karakteristik intitusi tersebut.

2.4. Biomasa dan Karbon

Biomassa atau standing crop adalah berat bahan organik per unit area yang ada dalam ekosistem pada paruh waktu tertentu. Sementara Brown 1997 menyatakan bahwa biomassa adalah jumlah total materi organik pohon yang hidup di atas tanah yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per unit areal. Sedangkan Menurut Whitten et al. 1984, diacu dalam Rizon 2005 biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas tonha. Kusmana 1993 menyatakan bahwa biomassa dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu biomassa di atas permukaan tanah above ground biomass dan di bawah permukaan tanah below ground biomass. Biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan organik per unit area pada waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produktifitas, umur tegakan dan distribusi organik. Lebih lanjut biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan. Faktor iklim seperti curah hujan dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa pohon Kusmana 1993. Biomassa bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. Dalam proses pertumbuhannya, tanaman melakukan proses fotosintesis, yang menghasilkan senyawa karbohidrat. Selanjutnya melalui proses metabolisme, senyawa karbohidrat tersebut kemudian diubah menjadi lipid, asam nukleat, protein dan molekul organik lainnya. Molekul organik tersebut selanjutnya diubah menjadi daun, batang, akar, buah, jaringan dan sistem organ lainnya. 22 Ada 3 pool utama pemasok C ke dalam tanah adalah: a tajuk tanaman pohon dan tanaman semusim yang masuk sebagai serasah dan sisa panen; b akar tanaman, melalui akar-akar yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan respirasi akar; c biota. Serasah dan akar-akar mati yang masuk ke dalam tanah akan segera dirombak oleh biota heterotrop, dan selanjutnya memasuki pool bahan organik tanah. Sedangkan kehilangan C dari dalam tanah dapat melalui a respirasi tanah, b respirasi tanaman, c terangkut panen, d dipergunakan oleh biota, dan e erosi. Brown 1997 mengemukakan bahwa hampir 50 dari biomassa vegetasi tersusun atas unsur karbon, dimana unsur tersebut dapat dilepas ke atmosfer dalam bentuk CO 2 Pendugaan biomassa bisa didekati dengan dua cara Brown 1997. Pendekatan pertama dilakukan berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang, kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa tonha dengan mengalikan faktor ekspansi biomassa. Pendekatan kedua dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi biomassa berdasarkan diameter batang pohon. Persamaan yang dibangun berdasarkan diameter dikenal dengan persamaan allometrik dengan rumus dasar adalah: apabila hutan dibakar atau ditebang habis. Y = a D Dimana, Y adalah biomassa pohon kg, D adalah diameter setinggi dada, a dan b adalah konstanta. b Pendugaan biomassa di atas permukaan tanah menurut Hairiah et al. 2001 bisa diukur dengan menggunakan metode langsung destructive dan metode tidak langsung non destructive. Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi pohon yang berdiameter ≥ 5 cm, sedangkan untuk menduga biomassa vegetasi yang memiliki diameter 5 cm vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah menggunakan metode secara langsung. 2.5. Persepsi Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono 1999 adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan penglihatan, pendengaran, peraba, dan lain sebagainya, sedangkan alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Idris 2002 komponen kognisi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti