Analisis Kebijakan dan Kelembagaam

118 Dalam pembahasan ini, lingkup kebijakan yang dimaksud hanya dibatasi yang berkaitan dengan peraturan perundangan dan kelembagaan. Untuk itu masalah kebijakan, yaitu segala sesuatu yang akan dicari solusinya, mempunyai lingkup luas dan tidak sekedar obyek teknis kehutanan. Rumusan masalah kebijakan menjadi sangat penting dalam pembuatan kebijakan. Keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah memerlukan penemuan solusi yang tepat terhadap masalah yang juga tepat. Kita lebih sering gagal, karena kita memecahkan suatu masalah yang salah, daripada menemukan solusi yang salah terhadap masalah yang tepat Ackoff, 1974; Dunn, 2000. Peraturan-perundangan yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu yang terkait dengan kewenangan bidang kehutanan Provinsi Aceh Gayo Lues, sedangkan kelembagaan kehutanan yang dianalisis adalah kelembagaan kehutanan saat ini dan usulannya ke depan.

5.3. 1. Peraturan Perundang-Undangan

Kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kewenangan pengelolaan hutan Gayo Lues, baik berupa undang-undang, keputusan presiden, keputusan menteri kehutanan, keputusan dan instruksi Gubernur Aceh, serta Qanun-Qanun peraturan daerah yang terkait dengan kehutanan uraiannya sebagai berikut :

5.3.1.1. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Berdasarkan hasil content analysis terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan kewenangan pengelolaan hutan Aceh hutan Gayo Lues adalah berdasarkan Undang-undang No. 41 tahun 1999, bahwa pemanfaatan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan, kecuali pada Cagar Alam, Zona Inti dan Rimba pada Taman Nasional pasal 24. Pemanfaatan kawasan ini harus melalui proses perizinan, baik izin usaha pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, kayu dan non kayu pasal 26 dan pasal 28. Berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh No. 19 tahun 1999, dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.172kpts-IIMenhut2002 terkait arahan fungsi hutan, bahwa sumberdaya hutan Gayo Lues terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser, hutan lindung, hutan produksi dan areal penggunaan lain APL. Untuk itu keberadaan sumberdaya hutan Gayo Lues tentunya dapat dikelola dan 119 dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat sesuai dengan karakteristik sumberdaya hutannya.

5.3.1.2. Kepres 331998 tentang Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser

Dalam rangka pelestarian sumberdaya alam hayati dan Ekosistem Leuser, pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan terkait Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser KEL melalui Keputusan Presiden No 33 tahun 1998. Wilayah KEL terdapat pada beberapa kabupatenkota dalam wilayah provinsi Aceh, termasuk kabupaten Gayo Lues. Secara keseluruhan luas wilayah KEL 1.190.000 ha. Pada dasarnya KEL dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini pengelolaannya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Dalam pelaksanaan pengelolaannya Kementerian Kehutanan bekerjasama dengan Yayasan Leuser Internasional YLI, dengan kata lain pihak YLI hanya membantu Pemerintah sebagai pelaksana pengelolaan KEL, yang meliputi: perlindungan dan pengamanan, pengawetan, pemulihan fungsi kawasan, dan pemanfaatan secara lestari. Jangka waktu kerjasama pelaksanaan pengelolaan KEL antara pihak YLI dengan Pemerintah adalah 30 tahun. Namun kepada YLI tidak mencakup hak untuk menguasai dan memiliki. Selanjutnya kebutuhan biaya untuk pelaksanaan pengelolaannya dibebankan kepada pihak YLI. Kebijakan pengelolaan KEL oleh YLI terjadi tumpang tindih dengan peraturan perundangan lainnya, yang berakibat pada terjadi konflik kepentingan antar instansilembaga pengelola sumberdaya hutan, baik ditingkat provinsi maupun ditingkat kabupatenkota, sehingga terjadi kevakuman pengelolaan ditingkat tapak, dan keberadaan sumberdaya hutan sudah tidak terurus, yang pada akhirnya terjadi open acces.

5.3.1.3. Undang–Undang No. 11 2006, tentang Pemerintahan Aceh

Berakhirnya konflik antara Pemerintah Indonesia dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka GAM, ditandai dengan penandatanganan MOU di Helsinki pada tanggal 15 Agustus tahun 2005. Salah satu wujud dari nota kesepahaman tersebut adalah dengan keluarnya sebuah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh UUPA. Khusus kaitannya dengan kehutanan dalam UUPA terdapat pada pasal 150, 156, 165, dan 262.