Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

16

2.2. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Dalam menganalisis perubahan lahan, terminologi perubahan penggunaan lahan diartikan secara kuantitatif sebagai perubahan besaran bertambah atau berkurangnya suatu jenis penggunaan atau tutupan lahan menjadi penggunaan lahan atau tutupan lahan lain. Perlu dicatat bahwa pendeteksian dan pengukuran perubahan tergantung pada level ruang yakni semakin tinggi detil level spasialnya, semakin besar luas perubahan penggunaan lahan yang dapat dicatat dan direkam Briassoulis, 1999. Aktivitas perubahan penggunaan lahan umumnya digolongkan ke dalam kategori: a konversi, yaitu perubahan dari satu jenis penggunaantutupan ke jenis penggunaantutupan lainnya, dan b modifikasi, yaitu penggunaan atau perubahan pada lahan tertentu tanpa mengubah secara keseluruhan fungsi atau jenis lahan tersebut, seperti mempertinggi intensitas pemanfaatan atau perubahan dari hutan alami menjadi tempat rekreasi tanpa mengubah kondisi tutupan. Pendapat lain menyatakan bahwa terdapat 4 tipologi kualitatif dari perubahan penggunaan lahan, yaitu : intensifikasi, ekstensifikasi, marjinalisasi, dan pengabaian Jones dan Clark, 1997. RTH Kota umumnya berada dalam tipologi termarjinalisasi dan hal ini merupakan kenyataan rendahnya politik penganggaran tata ruang dalam membangun lingkungan kota nyaman. Fokus analisis perubahan penggunaan lahan terletak pada 2 pertanyaan yang saling berkaitan yaitu: 1 Faktor apa yang mendorong atau menyebabkan perubahan penggunaan lahan? dan 2 Bagaimana atau apa dampak dari perubahan penggunaan lahan tersebut baik secara ekologi maupun sosial- ekonomi? Faktor-faktor pendorong perubahan penggunaan lahan biasanya terbagi dalam 2 kategori, yaitu kondisi bio-fisik dan kondisi sosial-ekonomi. Faktor bio-fisik melibatkan karakteristik dan proses ekologi alamiah seperti cuaca dan variasi iklim, bentukan lahan, topografi, proses geomorfik, erupsi vulkanik, suksesi tumbuhan, jenis tanah, pola aliran, dan ketersediaan sumber daya alam. Faktor sosial-ekonomi melibatkan persoalan demografi, sosial, ekonomi, politik, dan kelembagaan, serta proses-proses yang terjadi di dalamnya seperti perubahan penduduk, perubahan struktur industri, perubahan teknologi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Faktor bio-fisik biasanya tidak mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara langsung, kebanyakan hanya menyebabkan terjadinya perubahan pada tutupan lahan, atau 17 mempengaruhi keputusan pengelolaan terhadap lahan tersebut. Keputusan pengelola terhadap suatu tutupan lahan menjadi faktor yang mendorong perubahan yang berkaitan dengan aktifitas manusia. Dalam kajian analisis perubahan penggunaan lahan RTH Kota, pemanfaatan teknologi penginderaan jauh merupakan sarana yang tepat Jaya, 2002. Teknologi ini mampu memberikan informasi secara lengkap, cepat, dan akurat dengan cakupan wilayah yang luas. Analisis spasial merupakan proses ekstraksi atau membuat informasi mengenai feature geografi melalui peramalan dan pendugaan serta penyelesaian masalah. Perhitungan klasifikasi perubahan penggunaan lahan hasil analisis dimaksudkan untuk mengetahui proporsi jumlah ruang terbuka hijau RTH yang tersedia dan areal ruang terbangun RTB serta penyebarannya. Hasil interpretasi citra landsat digolongkan menjadi beberapa kelas penggunaan lahan yaitu lahan RTH kebun campuran, sawah, padang rumputsemak, badan air, jalan, dan lahan terbangun. Sebagai perbandingan, analisis data sekunder yang disajikan pada Tabel 2 merupakan hasil penelitian analisis citra landsat terhadap dinamika luasan RTH kawasan Jabotabek. Tabel 2 Dinamika luasan RTH Kawasan Jabotabek Kabupaten Kota Luas Ruang Terbuka Hijau ha Luas Wilayah ha 1972 1983 1992 2000 2004 Kab. Bogor 269.145 264.479 260.178 230.324 234.945 279.382 Bogor 10.401 9.885 8.06 5.587 4.912 11.342 Kab. Bekasi 66.843 62.53 83.28 71.892 77.904 126.736 Bekasi 16.414 15.836 14.618 8.977 7.24 22.683 Depok 16.78 18.09 17.533 12.935 9.78 19.991 Kab. Tengerang 62.427 77.551 82.739 60.687 66.601 112.612 Tangerang 9.997 8.219 8.468 5.053 3,82 18.538 DKI Jakarta 32.709 20.012 17.956 10.19 7.166 63.533 Sumber : Agrissantika, et al. 2007 Tabel 2 tersebut menggambarkan bahwa di wilayah Kota Bekasi, luasan RTH pada tahun 2004 adalah 7.240 ha. Lahan RTH tersebut berkisar kurang lebih 34 persen dari luas wilayah yang seluas 21.049 ha. Berdasarkan kajian pendugaan kebutuhan luas hutan kota dengan pendekatan kebutuhan oksigen menggunakan metode Gerakis yang telah dimodifikasi dengan kondisi dan karakteristik Kota Bekasi, pada tahun 2009 luas lahan kota yang diperlukan adalah seluas 10.367 ha berarti masih kekurangan seluas 3000 ha sedangkan 18 berdasarkan pendekatan ketersedian air pada tahun 2009 luas lahan kota yang diperlukan adalah seluas 11.550 ha Panie, 2009. Dari kedua pendekatan tersebut sekurang-kurangnya lahan RTHpaling tidak memiliki proporsi 50 persen dari total luas Kota Bekasi. Dalam kajian analisis perubahan penggunaan lahan Kota Bekasi pada penelitian ini akan dijelaskan interaksi dan pendugaan antar sub sistem dengan pendekatan sistem dinamis. Sub sistem tersebut antara lain sub komponen sistem ekonomi dalam hal ini kebijakan penganggaran dari pendapatan dan belanja daerah terhadap RTHgreen budgeting RTH, aspek ekologi Lahan bervegetasi dan aspek sosial kependudukan. Bertambahnya luasan fisik kota membawa konsekuensi berkurangnya luasan RTH. Sementara itu, pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi, pada gilirannya akan memacu perubahan penggunaan lahan terbangun dan menekan lahan bervegetasi. Bekerjanya mekanisme pasar akan menyebabkan sebidang lahan yang memiliki kualitas bagus atau jarak relatif dekat dengan pusat pertumbuhan akan dapat berubah penggunaannya sesuai dengan nilai sewa lahan yang lebih tinggi. Dampak perubahan penggunaan lahan secara luas dikategorikan dalam dua hal, yaitu dampak ekologi dan dampak sosial-ekonomi Briassoulis, 1999. Dampak perubahan ekologi dan sosial-ekonomi tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dan saling mempengaruhi feedback. Dampak ekologi mempengaruhi dampak sosial-ekonomi dan begitu pula sebaliknya, yang kedua kembali mempengaruhi dampak ekologi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor sosial ekonomi dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab campur tangan manusia yang berdampak kepada perubahan penggunaan lahan seperti perubahan penggunaan lahan untuk permukiman, perindustrian, perdagangan, dan bentuk intervensi kawasan budidaya yang berakibat memarginalkan fungsi kawasan lindung, khususnya terkait pengalokasian RTH publik kota sebagai suatu sistem ekologi yang utuh. Beragam disiplin ilmu menjelaskan hubungan antara manusia dan sistem ekologinya, terutama tentang keseimbangan penggunaan lahan dan manusia. Teori keseimbangan ekologi ecological equilibrium, memfokuskan perhatian atas suatu lahan atau wilayah pada empat faktor, yaitu: penduduk, sumberdaya, teknologi, dan kelembagaan yang secara konstan berada dalam keadaan keseimbangan dinamik. Pada konsep ini, perubahan penggunaan lahan 19 merupakan hasil dari perubahan dan distribusi penduduk, inovasi teknologi dan restrukturisasi ekonomi, kebijakan dan organisasi sosial. Secara matematis, elemen dasar teori keseimbangan ekologi ini dapat ditulis sebagai I=PAT Cocosis, 1991. Teori yang menghubungkan antara dampak ekologi I = Impact dengan penduduk P = Population, kesejahteraankemakmuran A = Affluence, dan teknologi T = Technology.

2.3. Fungsi dan Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Penataan Ruang