46
kapasitas SKPD atau keterbatasan dana kemudian diperkenalkan pendekatan MTEF.
4. Akurasi pengalokasian sumberdaya, besaran alokasi anggaran untuk
programkegiatan harus menganut konsep 3E ekonomis, efisien, efektif yang disebut juga value for money. Kelebihan alokasi dalam suatu
programkegiatan menyebabkan terjadinya dana menganggur idle funds yang pada akhirnya menjadi sisa lebih anggaran SILPA pada akhir tahun.
Oleh karena itu, penentuan standar harus dilakuan sebaik mungkin dengan besaran mark-up sekecil mungkin reasonable.
2.5.1. Paradigma Perencanaan Partisipatif dan Peranan Stakeholders
Dalam teori perencanaan publik atau perencanaan partisipatif partisipatory planning, penekanan terhadap pentingnya preferensi keinginan dan informasi
aspiratif dari masyarakat menjadi awal perencanaan pembangunan. Pengertian perencanaan itu sendiri memiliki banyak makna yang mencerminkan aktivitas
usaha manusia sebagai mahluk sosial. Secara sederhana perencanaan merupakan proses untuk mempersiapkan hasil akhir dari tujuan yang diinginkan
dan dilakukan secara sistematis dengan tahapan kegiatan yang simultan. Proses perencanaan partisipatif menjadi inti asas demokrasi yang memberikan
kebebasan membangun prakarsa dari dan oleh masyarakat. Berangkat dari model partisipatory planning, istilah stakeholders menjadi
sangat meluas dan akhirnya dianggap sebagai idiom model ini. Perencanaan partisipatif ini oleh beberapa kalangan juga dianggap kurang praktis maka
preferensi penduduk tidak lagi dikumpulkan melalui analisis kebijakan, tetapi diganti dengan proses politik.
Proses politik dalam pemilihan umum dipandang sebagai market of plan inilah yang disebut perencanaan politik atau proses politik dalam perencanaan
dan sekaligus proses penganggaran pembangunan. Bentuknya berupa kontrak politik dalam visi yang dituangkan dalam RPJM Rencana Pembangunan Jangka
Menengah. Proses lain dalam menghasilkan rencana pembangunan adalah perencanaan teknokratik, dimana kebutuhan masyarakat bisa muncul ke
permukaan melalui pengamat profesional. Pengamat profesional adalah kelompok masyarakat yang terdidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki
dapat menyimpulkan kebutuhan akan suatu barang yang tidak dapat disediakan pasar. Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa non-pemerintah, atau dari
47
perguruan tinggi. Agregat dari kebutuhan masyarakat yang ditemukan oleh pengamat profesional menghasilkan perspektif akademis pembangunan.
Paradigma sistem perencanaan partisipatif yang diharapkan terwujud atau berhasil adalah yang mampu secara optimal mendorong berkembangnya
mekanisme pasar dan peran serta masyarakat. Ukuran prinsip partisipatifnya yaitu melibatkan masyarakat stakeholders dalam proses perencanaan
sehingga akan memperoleh manfaat dari turut sertanya mereka mengambil keputusan. Untuk mendapat suatu rencana yang optimal maka rencana
pembangunan partisipatif hasil proses politik perlu digabung dengan rencana pembangunan hasil proses teknokratik. Agar kedua proses ini dapat berjalan
selaras, masing-masing perlu dituntun oleh satu visi jangka panjang dalam konteks pembangunan tata ruang kota berkelanjutan.
2.5.2. Medium Term Expenditure Framework