Administrasi Pemerintahan Kondisi Fisik Dasar

95 b Situ berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sumber air baku, dan sistem irigasi; c Pelestarian flora dan fauna menjamin konservasi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan d Tingkat perubahan suhu dan kualitas udara tetap menjamin kenyamanan kehidupan lingkungan; Peraturan pemerintah tersebut sampai saat ini masih pada tataran arahan, dalam prakteknya sulit dilakukan koordinasi perencanaan secara terpadu. Oleh karena itu, yang terpenting adalah komitmen politik penganggaran dan visi kepala daerah terhadap pembangunan lingkungan kota yang berkelanjutan. Kebijakan pendanaan lingkungan saat ini merupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan Good Environment Governance dalam upaya mewujudkan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberi makna bahwa peran daerah sangat penting sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan, dimana pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu kewenangan yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah demi mendukung upaya penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

4.2. Administrasi Pemerintahan

Sejak tahun 2001, secara administratif Kota Bekasi terbagi atas 10 kecamatan, yang kemudian sejak tahun 2004 berkembang menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan Perda Kota Bekasi nomor 04 tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan. Gambar 17 menunjukkan persentase luas wilayah menurut kecamatan. Luas wilayah keseluruhan Kota Bekasi sekitar 21.049 ha atau 210,49 km 2 dengan batas-batas wilayah administrasi adalah : - Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi. - Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor. - Sebelah Barat : Kotamadya Jakarta Timur dan Kota Depok. - Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi. 96 Sumber : BPS Kota Bekasi 2009 Gambar 17 Luas wilayah menurut kecamatan Kecamatan Mustika Jaya merupakan wilayah yang terluas 24,73 km 2 sedangkan Kecamatan Bekasi Timur adalah wilayah terkecil 13,49 km 2 tetapi paling padat penduduknya 20.496 jiwakm 2 . Kecamatan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Pondok Melati, dengan kepadatan penduduk sebesar 3.759 jiwakm 2 BPS, 2009.

4.3. Kondisi Fisik Dasar

Letak geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 4828 – 107 o 2729 Bujur Timur dan 6 o 106 – 6 o 306 Lintang Selatan. Kondisi topografi kota Bekasi relatif datar, dengan kemiringan antara 0-2 persen. Wilayah kota Bekasi terletak pada ketinggian antara 11 m sampai 81 m di atas permukaan air laut. Ketinggian kurang dari 25 m berada pada Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede, sedangkan ketinggian antara 25 - 100 m di atas permukaan air laut berada di Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, dan Jatiasih Dinas LH, 2008. Pembahasan tentang kondisi hidrologi Kota Bekasi dibedakan menjadi dua, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan mencakup kondisi air hujan yang mengalir ke sungai-sungai. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi. Hasil survei Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dengan mengambil 97 contoh air limbah secara langsung sebanyak 60 buah menyimpulkan bahwa 24 industri 40 memiliki parameter TSS melebihi baku mutu, 38 industri 63 memiliki parameter Amonia yang melebihi baku mutu dan 28 industri 47 memiliki parameter BOD dan COD yang melebihi baku mutu. Dengan demikian secara umum lebih dari 40 persen industri di Kota Bekasi kualitas air limbahnya masih diatas standar baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair. Di sisi lain Total Coliform meningkat dari 345.000 mpn100 ml 2006 menjadi 1.600.000 mpn100 ml 2007, merupakan pencemar tertinggi berdasarkan hasil pemantauan kualitas air permukaan di 3 tiga sungai utama di Kota Bekasi yaitu Sungai Bekasi, Sungai Cikeas, dan Sungai Cileungsi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2009. Air permukaan yang berasal dari saluran irigasi Tarum Barat, selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi kota dan kabupaten dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air tanah yang cukup potensial digunakan sebagai sumber air bersih berada di wilayah selatan Kota Bekasi, kecuali di sekitar TPA Bantargebang yang kondisi air tanahnya kemungkinan besar sudah tercemar. Wilayah Kota Bekasi beriklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah rata-rata 70 persen. Kondisi Iingkungan sehari-hari sangat panas antara 24- 33 o C, terlebih dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas industriperdagangan. Sepanjang tahun 2008 keadaan iklim di Kota Bekasi cenderung panas. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret yaitu masing-masing tercatat 585 mm dan 258 mm dengan jumlah hari hujan 24 dan 18 hari. Jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 12 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak satu hari. Total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2008 adalah 1.538 mm BPS Kota Bekasi, 2009. Keadaan ini berbanding terbalik dengan kota di hulunya yaitu Kota Bogor yang memiliki ketinggian antara 190 - 350 meter diatas permukaan laut dan curah hujan rata-rata 4.000 mmTahun BPS Kota Bogor, 2006.

4.4. Kependudukan