78
3.4.4. Penyusunan Disain Model
Pengalokasian RTH Berbasis
Penganggaran Daerah green budgeting RTH.
Disain model ini dimaksudkan dalam rangka menjaga proporsi RTH kota mengantisipasi cepatnya perubahan penggunaan lahan sebagai akibat tekanan
penduduk dan kegiatan ekonomi kota. Dengan model ini diharapkan akan diperoleh keseimbangan aspek-aspek ekologi, ekonomi, dan sosial untuk
mendukung keberlanjutan pembangunan kota.
3.4.4.1. Analisis Pemodelan Sistem Dinamik
Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam rangka mendapatkan solusi yang baik
untuk menyelesaikan masalah, dan 2 penyusunan suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional. Tahapan analisis dengan metode
pendekatan sistem meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi, serta implementasiopreasi
sistem. Untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dengan pendekatan sistem, dilakukan melalui tahapan yang diilustrasikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Tahapan pengelolaan RTH kota dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik
Perubahan Penggunaan Lahan BervegetasiRTH
Parameter Biofisik
Parameter Sosial
Parameter Ekonomi
Kebutuhan Ruang Terbangun RTB
Penduduk dan kenyamanan lingk.
Dukungan Penganggaran RTH APBD Hijau
Kondisi RTH Kota Saat Ini Isu Pemanfaatan
RTH Skenario Strategi Green
Budgeting RTH Kota Analisis
Kebutuhan Formulasi
Permasalahan Identifikasi
Sistem
Validasi Analisis
Kebijakan Implementasi
Penataan RTH Kota
Pengembangan Modeling
Simulasi pesimis,
moderat, optimis
Verifikasi
79
Permasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan sistem seyogyanya memenuhi kriteria: 1 kompleks, dalam arti interaksi antar elemen cukup rumit; 2
dinamis, dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; 3 probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang
dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno, 1999.
3.4.4.1.1 Analisis Kebutuhan Need Analysis
Tahap awal yang harus dilakukan dalam pengkajian menggunakan pendekatan sistem adalah analisis kebutuhan. Analisis ini dinyatakan dalam
kebutuhan-kebutuhan stakeholders yang berpengaruh terhadap sistem yang dikaji. Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling.
Stakeholders yang terlibat dalam arahan strategi penganggaran daerah berbasis lingkungan terhadap RTH adalah :
1. Pemerintah Daerah, yaitu badan dan dinas-dinas pada pemerintahan daerah Kota Bekasi yang terkait dengan upaya penganggaran dan pengendalian
pemanfaatan RTH; 2. Masyarakat, yaitu orang-orang yang tinggal dikawasan padat pemukiman
dan kurang tersedianya lahan ruang terbuka hijau; 3. Pengusaha, yaitu orang-orang yang berkontribusi dalam program-program
pembangunan di Kota Bekasi dalam hal ini yang masuk dalam keanggotaan Kadin Kota Bekasi;
4. Lembaga Swadaya Masyarakat, yaitu lembaga dibentuk oleh masyarakat yang perduli dengan masalah tata ruang kota;
5. Perguruan tinggi, yaitu perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang peduli dan meneliti masalah perencanaan dan pembangunan kota .
Analisis kebutuhan stakeholders terhadap upaya pengelolaan manajemen RTH kota dari pendekatan penganggaran daerah adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah: Arahan dan strategi pengalokasian RTH berdasarkan penganggaran daerah berbasis lingkungan dengan melibatkan partisipasi
stakeholders. 2. Masyarakat: Pengelolaan pemanfaatan RTH kota yang berkeadilan, melalui
penyediaan ruang terbuka hijau secara proporsional bagi aktivitas sosial, kegiatan rekreatif dan resapan air dan paru-paru kota;
80
3. Pengusaha: Berkontribusi dalam pembiayaan RTH kota yang tepat sasaran dan berkelanjutan;
4. Lembaga Swadaya Masyarakat: Pengendalian pemanfaatan RTH kota yang melibatkan partisipasi masyarakat secara transparan dan akuntabel;
5. Perguruan tinggi: Pengelolaan RTH kota yang efektif dan efisien sesuai peruntukkan lahan berdasarkan perspektif akademis.
3.4.4.1.2 Formulasi Permasalahan
Dalam tahap ini, situasi atau isu yang ada digambarkan dan dibatasi oleh studi identifikasi. Ini adalah langkah pertama yang biasa dilakukan pada
sebagian besar pendekatan untuk menyelesaikan masalah. Strukturisasi masalah dari tahap ini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut Maani dan
Cavana, 2000: 1. Mengidentifikasi isu kebijakan yang menjadi fokus penelitian yaitu
marginalisasi RTH dan pengelolaannya. Tahap ini memerlukan kepastian dalam menentukan sasaran hasil, mempertimbangkan sudut pandang
stakeholders. 2. Mengumpulkan informasi awal dan data termasuk laporan evaluasi kinerja
RTH kota, sejarah dinamika lahan, catatan statistik, dokumen kebijakan, studi sebelumnya, dan wawancara stakeholders.
Formulasi masalah ditentukan atas dasar penentuan informasi melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap Eriyatno, 1999. Berdasarkan
analisis kebutuhan dan adanya perbedaan kepentingan antar stakeholders dalam sistem manajemen pengelolaan RTH kota di Kota Bekasi, maka dapat
diformulasikan masalah sebagai berikut : belum adanya perencanaan dan strategi manajemen penataan RTH kota yang efektif dalam perspektif green
budgeting RTH.
3.4.4.1.3 Identifikasi
Tahap kedua adalah mengetahui dan mendefinisikan permasalahan RTH Kota, sebagai bahan rujukan untuk kebijakan dalam menyelesaikan masalah.
Beberapa hal yang perlu diungkapkan, yaitu pertama pola historis atau pola
81
hipotetis yang menggambarkan perilaku persoalan penting terkait RTH multi waktu. Dengan pola tersebut akan dihasilkan inti masalah untuk suatu kajian
sistem dinamik. Kedua mengenai batas model ditentukan terlebih dahulu dengan jelas sebelum suatu model dibentuk. Batas model ini memisahkan
proses-proses yang menyebabkan adanya kecenderungan internal dan pengaruh-pengaruh eksogen dari luar sistem, sehingga menggambarkan
cakupan analisis kausalitas dengan isu RTH Kota tersebut.
3.4.4.1.4 Konseptualisasi Sistem
Konseptualisasi sistem menggambarkan kejadian hubungan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop. Dalam melakukan identifikasi dan
deskripsi tentang apa yang ada di dalam boundary sistem, dilakukan dengan bantuan sign diagraph berupa penghubung dalam causal loop dan
melambangkan arah feedback. Sign diagraph ini menyatakan bagaimana suatu elemen mempengaruhi dan berinteraksi dengan elemen lainnya Maani dan
Cavana, 2000. Lingkar sebab-akibat inilah yang menimbulkan tingkah laku dinamis dalam sistem. Pada Gambar 12 diperlihatkan rancangan integratif dari
diagram sebab akibat sistem perubahan penggunaan lahan RTH serta kaitannya dengan pertumbuhan penduduk.
Kebutuhan Lahan untuk
Pemukiman
Bangunan Pertambahan
Penduduk Jumlah
Penduduk
- -
+ +
- +
Kenyamanan Suhu-THI
+
Kepadatan
+
RTH
-
Green Budgeting
RTH
+
Gambar 12 Rancangan integratif dari diagram sebab-akibat sistem green budgeting RTH
82
Gambar 12 menunjukkan pertumbuhan penduduk akan meningkatkan jumlah penduduk yang kemudian berdampak pada kenaikan kebutuhan lahan
dan semakin meningkatnya lahan terbangun. Tingginya konversi lahan pertanian karena meningkatnya permintaan lahan terbangun untuk permukiman, lahan jasa
dan perdagangan, lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Tingginya tingkat kebutuhan lahan terbangun mengakibatkan semakin berkurangnya RTH Kota.
Elemen lain yang berpengaruh terhadap ketersediaan RTH adalah aktivitas belanja program RTH atau penganggaran daerah berbasis lingkungan green
budgeting. Semakin termarjinalisasi penganggaran RTH dalam APBD maka akan mengakibatkan ketersediaan RTH yang ada menjadi semakin berkurang.
Menurunnya kuantitas RTH kota dapat menyebabkan suhu perkotaan Urban Heat Island menjadi meningkat. Pengaruh selanjutnya akan mengurangi tingkat
kenyamanan lingkungan kota. Diagram alir fungsi dinamik antara Penduduk, Lahan RTH dan green budgeting RTH di Kota Bekasi disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Flow diagram sub model penduduk, green budgeting RTH dan lahan RTH
SUB MODEL GREEN BUDGETING RTH
LAHAN PEMUKIMAN TERBANGUN SUB MODEL PENDUDUK
SUB MODEL RTH
ALKS_LHN_PMKMN ALKSI_LHN_PMKMN_YG_DKHNDKI
PNMBHN_LHN_PMKMN FR_RATA2_UMUR_HHP
PENGRNGAN_PDDK NET_PERTAMBAHAN_ALAMI
FR_KEMATIAN LJ_KEMATIAN
LJ_PNMBHN_RTH F_EMIGRASI
LJ_KPDTN_PDDK FR_LS_WIL
LJ_IMIGRASI LJ_EMIGRASI
PERTMBHN_PNDDK
LJ_PNRN_SUHU
FR_PNBHN_RTH LAHAN_YG_DIPRLH
GREEN_BUDGETING_RTH LAHAN_PMKMN_TRBNGN
MNFTN_LHN_PMKMN_YG_DKHNDKI PRTMBHN_ALKS_LHN_PMKMN_YG_DKHNDKI
THN_LHN_PEMUKIMAN RATA2_RASIO_PMNFAYN
FR_IMIGRASI
FR_FERTILITAS
LJ_NAIK_PNDPTN FR_PERSEN_NAIK_PDPTN
APBD FR_STD_LHN_PMKMN
WKT_PENY_PERT_LHN_PMKMN
ALKS_LHN_PMKMN WKT_RATA2_PMNFTN_PMKMN_THD_ALKSI
WKT_PMBNGN_PMKMN PERTMBHAN_PDDK
LJ_KELAHIRAN TAMBAH_RH
PENDUDUK KURANG_RH
RTH FR_NJOP_PER_HA
LJ_PNRN_RTH RASIO_RTH_THDP_ALKSI
RH RH_AWL
NET_RH RH_THDP_RTH
FR_PNRN_RTH FR_PERSEN_BLNJA_RTH
FR_PNRN_SUHU THI
FR_TURUN_RH FR_TAMBAH_RH
SUHU FR_PRTMBHN_SUHU
FR_SUHU_AWAL SUHU_THDP_RTH
FR_ALKSI_RTH_THDP_LHN NET_SUHU
LJ_PRTMBHN_SUHU
83
Persoalan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah kebutuhan fasilitas umum dan RTH utilitas kota, tidak bisa diserahkan pada mekanisme pasar
secara bebas. Persoalan eksternalitas atas dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi pasar, baik oleh konsumen maupun produsen menjadi
tanggung jawab pemerintah dan peran aktif masyarakat untuk mengontrolnya. Pemerintah wajib menyiapkan mekanisme penganggaran daerah berbasis
lingkungan untuk menyediakan luasan RTH. Model analisis sistem di atas menggunakan software Powersim Constructor 2.5d.
Dari struktur model dinamik pada Gambar 13 tersebut dapat diturunkan fungsi-fungsi model matematik dengan asumsi 1 dalam penulisan model
matematik ditulis dalam bentuk linear, 2 dalam pengolahan penggunaan powersim seluruh variabel akan saling berinteraksi secara holistik, 3 seluruh
variabel juga dipengaruhi oleh waktu, 4 dalam pengolahan sistem, model yang linear akan berubah menjadi model sigmoid berbentuk kurva S untuk model
pertumbuhan biologi Djojomartono, 2000. Keterangan simbol pada diagram alir dalam bahasa powersim dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Level Level merupakan hasil akumulasi dari aliran-aliran dalam diagram alir dan
menyatakan kondisi sistem setiap saat. Dalam konsep sistem, level dikenal sebagai state variable. Level dapat dibayangkan sebagai suatu tangki air
yang mengakumulasikan perbedaan air masuk dengan air keluar. Dalam diagram alir system dynamics, level dilukiskan dengan simbol persegi
panjang Hartisari, 2007. Persamaan powersim untuk aliran level adalah :
Init LEV = Kondisi awal Flow LEV =-dtRK + dtRM
Keterangan : LEV
= level unit RM
= rate laju masukan RK
= rate laju keluaran dt
= interval waktu simulasi suatu waktu Init
= initial = nilai awal Flow
= Flow aliran untuk variabel level 2. Rate
Rate merupakan suatu aliran yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya suatu level. Oleh sebab itu rate terdiri dari dua jenis, yaitu rate
masuk dan rate keluar. Rate masuk akan menambah akumulasi di dalam suatu level dan dilambangkan dengan simbol katup dan panah yang menuju
84
level. Sedangkan rate keluar ditunjukkan dengan katup yang dihubungkan dengan panah yang menunjuk pada sink.
3. Source dan Sink Simbol awam menunjukkan source dan sink suatu material yang mengalir ke
dalam dan ke luar suatu level. 4. Information Link
Aliran informasi dalam powersim dengan tanda panah yang tegas. Aliran ini merupakan penghubung antar sejumlah variabel di dalam suatu sistem, jika
suatu aliran informasi keluar dari level, aliran tersebut tidak akan mengurangi akumulasi yang terdapat di dalam level.
5. Variable Auxiliary Variable auxiliary adalah suatu penambahan informasi yang dibutuhkan
dalam merumuskan persamaan atau variabel rate. Atau dapat pula dikatakan bahwa variable auxiliary adalah suatu variabel yang membantu untuk
memformulasikan variabel rate. Variable auxiliary digambarkan dengan suatu lingkaran penuh.
6. Parameter konstanta Konstanta adalah suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi.
Konstanta dalam powersim digambarkan dengan simbol belah ketupat. 7. Delay
Dalam menggambarkan delay dibutuhkan penghubung panah bergaris yang menunjukkan delay dan panah sebagai aliran informasi, jika nilai awal delay
sama dengan variabel input. Jika nilai awalnya ditetapkan terlepas dari variabel input maka hanya dibutuhkan satu panah delay sebagai
penghubung. Secara garis besar ada enam kelompok variabel yang mempengaruhi
kinerja sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram input-output Manetch dan Park,1977. Diagram input-output atau dikenal dengan sebutan diagram I-O
tersebut meliputi : 1 variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan, 2 variabel output yang tidak dikehendaki,
3 variabel input yang terkontrol, 4 variabel input yang tak terkontrol, 5 variabel input lingkungan, dan 6 variabel umpan balik sistem. Masukkan dari berbagai
variable tersebut dapat dijadikan analisis diagram sebab akibat causal-loop yang merupakan gambaran dari stuktur model sistem pengelolaan RTH Kota
dengan pendekatan penganggaran daerah berbasis lingkungan.
85
Diagram input output I-O menggambarkan hubungan antara output tujuan kajian sistem yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis
kebutuhan dan formulasi permasalahan. Tujuan kajian sistem menghasilkan output yang diinginkan dan yang tidak diinginkan atau tidak dapat dihindari
sebagai pengaruh negatif bagi kinerja sistem. Oleh karena itu output yang tidak diinginkan perlu ditindak lanjuti melalui umpan balik dan menjadi input sistem.
Input merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sistem secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai tujuan. Data input diklasifikasi
ke dalam input langsung dan tidak langsung. Input langsung terdiri dari input terkendali atau bersifat dapat dikendalikan dalam mempengaruhi kinerja sistem
serta input tidak terkendali . Input tidak langsung merupakan elemen-elemen yang mempengaruhi sistem secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan
sistem yang dikaji seperti pada Gambar 14.
Gambar 14 Diagram input-output strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting
Diagram black box atau input-output dalam prosesnya sangat dipengaruhi oleh intervensi input lingkungan. Beberapa ketentuan tersebut yang mengatur
Optimalisasi RTH kota, Optimalisasi kualitas
lingkungan yg nyaman sehat dan bersih
Pertumbuhan ekonomi daerah dan investasi
yang berkelanjutan
OUTPUT DIINGINKAN
Alih fungsi lahan yang cepat dan tidak
terkontrol, Dedgradasi
lingkungan, Menurunnya pendapatan dan Labilnya
Iklim usaha
OUTPUT TIDAK DIINGINKAN
STRATEGI PENGALOKASIAN RTH BERBASIS GREEN
BUDGETING
UMPAN BALIK
UU No. 322004, UU No 262007, UU No. 322009 dan
UU No. 412009, RPJPRPJM
INPUT LINGKUNGAN
Alokasi lahan RTH kota, Penyusunan Perda RTH,
Penganggaran Daerah -pro RTH APBD HIJAU
INPUT TERKONTROL
Peran stakeholders Harga lahan
Tingkat permintaan lahan Pertumbuhan penduduk.
INPUT TIDAK TERKONTROL
86
strategi pengalokasian RTH mengamanatkan pentingnya konsistensi pembangunan berwawasan lingkungan.
3.4.4.1.5 Perumusan Model
Membangun model dilakukan bertujuan melihat perilaku sistem dalam membantu perencanaan strategi pengalokasian RTH kota dalam persfektif
anggaran daerah. Model bersandar pada hasil pendekatan kotak gelap dan kondisi faktual hasil studi yang dikombinasikan dengan konsep teoritis dari
berbagai kepustakaan. Model dinamik yang dikembangkan meliputi : 1 Sub model pertumbuhan penduduk.
2 Sub model green budgeting RTH. 3 Sub model RTH
Model pertumbuhan penduduk akan menggambarkan hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan kebutuhan lahan terbangun dan penurunan
RTH, di sini akan dapat diprediksi laju penurunan RTH. Kinerja RTH dipengaruhi oleh peran politik penganggaran melalui APBD hijau terkait RTH green
budgeting RTH dan selanjutnya berdampak terhadap kenyamanankualitas lingkungan yang diukur dari nilai THI. Nilai THI diperoleh dari suhu dan
kelembaban udara. Ketiga sub model akan dianalisis melalui simulasi dan dengan merumuskan berbagai skenario strategi model yang paling optimal.
3.4.4.1.6 Analisis Perilaku Model
Analisis perilaku model adalah aktivitas untuk memahami perilaku sistem yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dalam model, sehingga dapat menjadi
dasar untuk menyempurnakan model. Usaha pemahaman model dengan variabel multi temporal ini dibantu dengan simulasi komputer, sehingga
menghasilkan gambaran bagaimana perilaku sistem terhadap waktu.
3.4.4.1.7 Pengujian Model
Setelah model diformulasikan, langkah selanjutnya dilakukan pengujian model untuk mendapatkan keyakinan atas kesahihan model dan prediksi
terhadap tendensi-tendensi internal sistem. Hal ini diperlukan dalam upaya
87
memodifikasi dan memperbaiki struktur model. Model dapat dikatakan baik jika mudah dikomunikasikan, dapat memberikan pemahaman terhadap perilaku
model, dan masih terbuka untuk perbaikan sistem. Adapun rumus untuk menghitung nilai AME dan AVE Barlas, 1996 seperti di bawah ini.