168
VII. ARAHAN KEBIJAKAN GREEN BUDGETING RTH
7.1. Prioritas Kebijakan Berdasarkan Pendapat Stakeholders
Strategi pengalokasian RTH Berbasis Green Budgeting merupakan pencerminan stimulus kebijakan penganggaran APBD dalam upaya
pembangunan lingkungan terkait pengelolaan RTH. Aspek penganggaran pada sub model green budgeting RTH menjadi faktor pengungkit berjalannya sistem
secara keseluruhan dan berkelanjutan. Intervensi simulasi model memberi arahan terhadap pentingnya penganggaran hijau untuk rencana penambahan
atau pengalokasian RTH publik secara optimal. Definisi green budgeting sebagaimana sudah dijelaskan pada kerangka
teoritik adalah aktivitas penganggaran daerah yang bersifat pro-lingkungan atau APBD hijau termasuk dalam hal penganggaran RTH. Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan
Daerah. Pendapatan daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening
Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana. Pendapatan daerah meliputi: a Pendapatan Asli Daerah; b Dana Perimbangan, dan c Lain-Lain
Pendapatan. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Pembiayaan daerah adalah transaksi keuangan pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau
untuk memanfaatkan surplus APBD. Penganggaran hijau green budgeting dalam kaitan penelitian ini dibatasi
pada aspek pendapatan dan belanja. Alasan tidak memasukkan unsur pembiayaan daerah karena terkait kebijakan hutang piutang dan aset daerah
169
lainya yang tidak menyentuh tingkat partisipatif kebijakan yang lebih luas. Dengan demikian Green Budgeting RTH merupakan sub-sistem yang berkaitan
dengan aktivitas penganggaran daerah terhadap program belanja RTH dalam APBD disamping aspek pendapatan itu sendiri. Aktivitas pendapatan tersebut
dimaksudkan dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang yang dikenal dengan istilah disinsentif dan insentif pajak.
Pendapatan pajak yang disoroti lebih kepada kebijakan mengurangi atau menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan PBB terkait perubahan penggunaan
lahan RTH. Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang dari aspek pendapatan pajak PBB tersebut dengan cara penetapan harga NJOP PBB khusus lahan
RTH. Komponen pendapatan pada sektor ini searah dalam upaya strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting. Hasil pembahasan analisis
kebijakan green budgeting RTH pada skenario optimis menjadi rujukan penentuan prioritas dengan menggunakan pendekatan AHP.
Hirarki dalam AHP disusun dengan lima level, menggambarkan tahapan proses penetapan prioritas yang dimulai berturut-turut dari level 1-5 adalah
tujuan, aspek, faktor, aktor dan alternatif prioritas kebijakan. Analisis dilakukan pada setiap level dari hirarki strategi pengalokasian RTH berdasarkan
penganggaran daerah berbasis lingkungan green budgeting. Pemberian bobot dan prioritas yang dianalisis berdasarkan hasil kombinasi penilaian stakeholders
pada setiap matriks perbandingan berpasangan. Prinsip kerjanya adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagian yang tertata dalam suatu hirarki. Urutan prioritas setiap elemen hasil AHP dinyatakan dalam
bentuk nilai numerik atau persentase. Hasil penilaian gabungan kriteria dan alternatif tersebut memiliki tingkat konsisten yang baik dengan rasio konsisten
CR berkisar antara 0,00 hingga 0,05. Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi 0,1. Hal ini karena AHP
menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu
diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang Marimin, 2004. Dalam rangka mencapai sasaran yang diinginkan dari strategi
pengalokasian RTH berbasis green budgeting, maka dilakukan penentuan kriteria subsistem yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Pada level
170
tujuan penelitian, terdapat 2 aspek yang juga dibatasi dan perlu diberikan penekanan yaitu pada : 1 Bersifat pengendalian pemanfaatan ruang melalui
pendekatan aspek pendapatan pajak, 2 Bersifat belanja program APBD melalui pendekatan aspek Belanja RTH dengan pendekatan MTEF. Hasil pendapat
responden menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing aspek terhadap tujuan yang ingin dicapai seperti terlihat pada Tabel 51.
Tabel 51 Skala prioritas aspek tujuan
No Aspek
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pendapatan pajak 0,333
33 2
2 Belanja RTH dgn MTEF
0,667 67
1
Hasil analisis menunjukan bahwa aspek belanja RTH merupakan prioritas utama yang dipilih dengan memberikan bobot tertinggi yakni sebesar 0,667
67 menurut persepsi stakeholder. Aspek lain yang menempati prioritas ke dua adalah pendapatan pajak dengan bobot sebesar 0,333 33. Dengan
demikian aspek belanja RTH hendaknya senantiasa menjadi dasar utama dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting disamping aspek
pendapatan pajak. Aspek pendapatan pajak dapat dicapai melalui kriteria yaitu peningkatan
pajak dan pengurangan pajak. Hasil pendapat responden menunjukan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing kriteria yang ingin dicapai dapat
dilihat pada Tabel 52. Tabel 52 Skala prioritas kriteria untuk aspek pendapatan pajak
No Sub-kriteria
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pengurangan pajak 0,469
47 2
2 Peningkatan pajak
0,531 53
1
Hasil analisis menunjukan bahwa kriteria untuk aspek pendapatan pajak yang dipilih menurut persepsi stakeholder adalah peningkatan pajak merupakan
prioritas pertama dengan bobot 0,531 53 dan kedua adalah pengurangan pajak dengan bobot 0,469 47. Dengan demikian, kriteria peningkatan pajak
hendaknya senantiasa menjadi dasar utama dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting disamping kriteria pengurangan pajak.
171
Aspek belanja RTH dengan MTEF dapat dicapai melalui kriteria yaitu program mempertahankan RTH eksisting dan penambahan luas RTH. Hasil
pendapat responden menunjukan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sub kriteria seperti tertera pada Tabel 53.
Tabel 53 Skala prioritas kriteria untuk aspek belanja RTH dengan MTEF
No Sub-kriteria
Bobot Presentase
Prioritas 1
Penambahan luas RTH 0,594
60 1
2 Prog.Mempertahankan RTH ekst
0,406 40
2
Hasil analisis menunjukan bahwa kriteria untuk aspek belanja RTH dengan MTEF yang dipilih menurut persepsi stakeholder adalah penambahan luas RTH
merupakan prioritas pertama dengan bobot 0,594 60 sedangkan prioritas kedua adalah program mempertahankan RTH eksisting dengan bobot 0,406
40. Dengan demikian, kriteria penambahan luas RTH hendaknya senantiasa menjadi dasar utama dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green
budgeting disamping kriteria kedua. Kriteria peningkatan pajak dalam strategi pengalokasian RTH berbasis
green budgeting dapat ditunjang dengan baik apabila didukung oleh peran dari stakeholders. Hasil pendapat gabungan responden menunjukan besarnya
kontribusi peran yang diberikan stakeholders seperti tertera pada Tabel 54. Tabel 54 Skala prioritas stakeholders untuk peningkatan pajak
No Stakeholders
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pemerintah Kota Bekasi 0,400
40 1
2 DPRD Kota Bekasi
0,400 40
1 3
Swasta 0,100
10 2
4 Masyarakat
0,100 10
2
Dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting maka dari kriteria Peningkatan Pajak, stakeholder memilih Pemerintah Kota dan DPRD
Kota Bekasi sebagai stakeholders prioritas pertama dengan memberikan bobot masing-masing sebesar 0,400 dan 0,400 80 , diikuti kemudian oleh
masyarakat dan pihak swasta dengan bobot yang sama sebesar 0,100 dan 0,100 20 .
172
Hasil pendapat gabungan responden menunjukkan besarnya kontribusi peran yang diberikan stakeholders terhadap kriteria pengurangan pajak tertera
pada Tabel 55. Tabel 55 Skala prioritas stakeholders untuk pengurangan pajak
No Stakeholders
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pemerintah Kota Bekasi 0,460
46 1
2 DPRD Kota Bekasi
0,220 22
2 3
Swasta 0,119
12 4
4 Masyarakat
0,201 20
3
Dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting, maka responden memilih Pemerintah Kota Bekasi sebagai stakeholders prioritas
pertama dengan memberikan bobot sebesar 0,460 46, diikuti kemudian masing-masing oleh DPRD Kota Bekasi dengan bobot sebesar 0,220 22,
masyarakat dengan bobot sebesar 0,201 20, serta prioritas terakhir dengan bobot 0,119 12 terhadap swasta.
Kriteria program mempertahankan RTH eksisting dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting dapat ditunjang dengan baik
apabila didukung oleh peran dari masing-masing stakeholders. Hasil pendapat gabungan responden menunjukan besarnya kontribusi peran yang diberikan
stakeholders terhadap tujuan yang dicapai seperti tertera pada Tabel 56. Tabel 56 Skala prioritas stakeholders untuk program mempertahankan RTH
eksisting
No Stakeholders
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pemerintah Kota Bekasi 0,246
25 2
2 DPRD Kota Bekasi
0,246 25
2 3
Swasta 0,210
20 3
4 Masyarakat
0, 298 30
1
Dalam strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting, responden memilih masyarakat sebagai stakeholders prioritas pertama dengan memberikan
bobot sebesar 0,298 30 , diikuti kemudian masing-masing Pemerintah Kota dan DPRD Kota Bekasi dengan bobot sama sebesar 0,246 25 , serta prioritas
terakhir dengan bobot 0,210 20 terhadap swasta. Kriteria penambahan luas RTH dapat ditunjang dengan baik apabila
didukung oleh peran masing-masing stakeholders. Hasil pendapatan gabungan
173
responden menunjukan besarnya kontribusi peran yang diberikan stakeholders terhadap tujuan yang ingin dicapai seperti tertera pada Tabel 57.
Tabel 57 Skala prioritas stakeholders untuk penambahan luas RTH
No Stakeholders
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pemerintah Kota Bekasi 0,412
41 1
2 DPRD Kota Bekasi
0,392 39,2
2 3
Swasta 0,117
12 3
4 Masyarakat
0,078 7,8
4
Dalam rangka kriteria penambahan luas RTH maka responden memilih Pemerintah Kota sebagai stakeholders prioritas pertama dengan memberikan
bobot sebesar 0,412 41, diikuti kemudian masing-masing oleh DPRD Kota Bekasi dengan bobot sebesar 0,392 39,2, swasta dengan bobot sebesar
0,117 12, serta prioritas terakhir dengan bobot 0,078 7,8 terhadap masyarakat.
7.2. Analisis Prioritas Kebijakan Strategi Pengalokasian RTH