3.6.2 Sistem manajemen basis data
Dalam suatu analisis, data merupakan komponen yang mutlak ada. Oleh karena itu, data harus dikelola dan dikendalikan dalam suatu sistem manajemen
basis data. Pemeliharaan data ini dilakukan melalui fasilitas menu data, menampilkan, menghapus dan mengganti data. Dalam konfigurasi paket
program yang akan dikembangkan dalam sistem diantaranya adalah data komoditas, data alat tangkap, data struktur pembiayaan, data strategi dan data
kelembagaan.
3.6.3 Sistem manajemen basis model
Sistem manajemen basis model terdiri dari tujuh sub model utama, yaitu sub model potensi, sub model kesesuaian lahan, sub model pemilihan alat
tangkap, sub model komoditas, sub model kelayakan, sub model strategi, dan sub model kelembagaan. Masing-masing sub model tersebut sebagai sub-sub
sistem yang pada akhirnya membentuk sistem integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Sistem manajemen basis model
umumnya menggunakan teknik-teknik pada Ilmu Manajemen Management Science yang definisinya adalah aplikasi dari pendekatan ilmiah untuk
mendapatkan solusi pada persoalan manajemen dalam rangka membantu para manajer untuk merumuskan keputusan yang lebih baik Tailor dalam Eriyatno
dan Fadjar, 2007
3.6.4 Sistem pengelolaan terpusat
Sistem pengelolaan terpusat adalah koordinasi dan pengendalian dari operasi perangkat linak dan sistem pengambilan keputusan secara menyeluruh.
Sistem ini menerima masukan dari ketiga sub-sistem lainnya dalam bentuk baku serta mengarahkan keluaran sub-sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku
pula.
3.7. Model CAP-AQUADEV
Integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Teluk Lampung direkayasa melalui model CAP-AQUADEV ditujukan untuk
membantu para pengambil keputusan baik di lingkungan pemerintah daerah kabupaten atau kota maupun para praktisi usaha yang bergerak dalam perikanan
tangkap dan perikanan budidaya serta stakeholder lainnya. Penggunaan model CAP-AQUADEV didisain secara fleksibel, artinya model CAP-AQUADEV tidak
hanya dapat digunakan oleh Pemda Kabupaten atau Propinsi Lampung, tetapi dapat juga digunakan di daerah lain sesuai dengan permasalahan yang ingin
dipecahkan. Hasil verifikasi model CAP-AQUADEV di Kabupaten Lampung Selatan
disajikan berurutan, yaitu: 1 sub model potensi SDI, 2 sub model kesesuaian lahan, 3 sub model pemilihan teknologi penangkapan ikan, 4 sub model
pemilihan komoditas potensial, 5 sub model kelayakan, 6 sub model strategi, dan 7 sub model kelembagaan.
4 HASIL
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak geografis dan topografis
Secara geografis Kabupaten Lampung Selatan terletak pada posisi antara 105
– 105 45’ Bujur Timur dan 5
15’ – 6 Lintang Selatan. Batas-batas wilayah
Kabupaten Lampung Selatan adalah:2
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur.
Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus. Wilayah laut dan pesisir Kabupaten Lampung Selatan meliputi sebagian
besar dari Teluk Lampung 3.865 km
2
dengan panjang garis pantai 140 km di Teluk Lampung dan 45 km di Pesisir Timur sampai muara Way Sekampung
sebagai batas wilayah dengan Kabupaten Lampung Timur. Tidak kurang dari 51 pulau kecil terdapat di Kabupaten Lampung Selatan, baik berpenghuni maupun
tidak, berukuran kecil maupun besar yakni mulai dari 1 ha hingga 6.000 ha Wiryawan et al, 2002
Pesisir Kabupaten Lampung Selatan membentang dari muara Way Sekampung di Kecamatan Sragi hingga Desa Bawang di Kecamatan Punduh
Pidada. Pesisir Kabupaten Lampung Selatan terletak di bagian utara dari Teluk Lampung, sehingga ekosistem di daerah ini dipengaruhi oleh laut dan gunung.
Keuntungan yang didapat dengan lokasi seperti ini adalah di daerah pantai terdapat sumber-sumber air tanah atau akuifer produktivitas tinggi sehingga
keberadaannya harus dijaga agar tetap dapat memberikan suplai yang cukup untuk aktivitas masyarakat dan industri di daerah tersebut.
Pesisir dan laut Kabupaten Lampung Selatan termasuk pulau-pulau kecil yang menyebar mempunyai potensi yang sangat beraneka ragam mulai dari
pasir besi, ikan laut, tambak udang, mineral, ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, flora fauna lainnya serta pariwisata. Dengan batimetrinya
yang relatif dangkal, daerah ini mempunyai karakteristik yang sangat berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya, kemudian antara satu sel dengan sel
lainnya. Dengan mengetahui potensi sumberdaya yang menonjol di daerah ini
dan selanjutnya isu-isu yang timbul maka dapat ditentukan arahan-arahan
pengembangan yang bisa dilakukan dan ditentukan sebagai acuan pegembangannya ke depan.
Pantai Kabupaten Lampung Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Teluk Lampung. Pantai Timur yang hampir berorientasi utara-selatan
mempunyai tipologi pantai berupa alluvium dengan endapan marin dan dengan relief yang datar dimana lerengnya bervariasi antara 0-3 dan elevasi 1 – 10 m.
Pantai yang datar ini hanya terdapat pada zona kurang dari 3 km. Pantai yang terletak di Teluk Lampung terdiri dari dua bagian, yakni antara Tanjung Tua
ujung paling selatan ke arah barat laut sampai dengan Bandar Lampung. Pantai yang satu lagi adalah dari Bandar Lampung ke Selat Legundi.
Menurut Wiryawan et al 2002, bahwa tipologi pantai antara Tanjung Tua dan Kalianda umumnya berupa volkanik dengan lereng bawah volkan cukup
tertoreh, tuf dan lava intermedier. Reliefnya berupa pegunungan volkan dan bergunung dengan lereng 8-15. Antara Kalianda dan Bandar Lampung,
sebagian besar tipologi pantai berupa alluvium dengan endapan marin dimana reliefnya datar dengan lereng 0-3 dan elevasi 1-10 m. Pada pantai antara
Bandar Lampung dengan Selat Legundi, pantainya terjal dan berlekak-lekuk dengan tipologi pantai perbukitan sangat tertoreh, tuf dan lava intermedier,
lereng curam sampai sangat curam antara 30-75. Diantara pantai yang terjal ini, terdapat areal-areal yang sempit berupa alluvium dengan endapan marin
yang datar dengan lereng 0-3.
Dasar perairan pesisir Kabupaten Lampung Selatan yang terletak di Pantai Timur Lampung yang mempunyai lereng yang landai dan dangkal. Pantai yang
terletak di Teluk Lampung mempunyai lereng dasar perairan yang relatif curam, kecuali disekitar pantai Bandar Lampung dimana lereng dasar perairannya lebih
landai. Garis kedalaman 20 m terdapat pada jarak antara 100-500 m dari garis
pantai. Tipe pasang surut di perairan Teluk Lampung Selatan adalah tipe pasut
campuran dominasi pasut tunggal Wyrtki, 1961. Berdasarkan peramalan pasut yang dibuat oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL tahun 2000, indek F di
Panjang adalah 1,7. Hal ini berarti tipe pasutnya adalah campuran dominasi pasut tunggal. Kisaran pasutnya bervariasi antara 0,4 m saat pasang perbani
sampai dengan 1,40 meter saat pasang purnama. Hasil pengukuran di Pasut selama 3 hari di Kuala Sekampung memperlihatkan kisaran Pasut rata-rata
adalah 1,47 m. Di pantai Bandar Agung dan Berundung kisaran pasut rata-rata
145 cm, sedangkan di Pantai Pematang Pasir kisaran pasut 140 cm. Dengan demikian kisaran pasut rata-rata adalah 144,25 cm.
Kekuatan arus di perairan laut bervariasi antara 4,5 - 9,7 cmdetik atau rata- rata 6,05 cmdetik. Arah arus merambat ke selatan atau barat daya dan
menyusur pantai. Ketinggian gelombang perairan di sepanjang pantai timur hingga Tulang Bawang relatif kecil, yaitu 10-20 cm dengan gelombang rata-rata
1 gelombangdetik.
Suhu perairan di pantai berkisar antara 28 -29,3
C atau rata-rata 28,6 C.
Sedangkan salinitas perairan berkisar antara 33-33,5‰ atau rata-rata 33,12‰. Wilayah Lampung Selatan yang pesisirnya merupakan habitat alami terumbu
karang meliputi perairan Teluk Lampung dan Selat Sunda. Berdasarkan Wiryawan et al 2002 diketahui bahwa kondisi terumbu karang telah mengalami
gangguan akibat penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak dan bahan kimia. Hal ini terlihat dari proporsi karang mati di perairan Rangai telah
mencapai 30.4 di kedalaman 10 meter. Namun demikian proporsi karang hidup masih di atas 50 dan kondisi ini hampir sama untuk wilayah Padang Cermin,
Kalianda, Way Muli dan Bakauheni.
Terumbu karang di Teluk Lampung umumnya dari jenis karang tepi dengan bentangan berkisar 20 m sampai 120 m dari bibir pantai sampai kedalaman 17-
20 m. Kebanyakan terumbu karang di perairan laut Lampung Selatan adalah jenis fringing reefs, dengan luasan relatif 20-60 m. Pertumbuhan karang berhenti
pada kedalaman 10-17 m. Sejumlah terumbu karang tipe petch reefs tumbuh dengan baik di sisi barat Teluk Lampung. Pendataan oleh CRMP 1998,
terdapat sekitar 213 jenis karang keras yang berada di Selat Sunda Kepulauan Krakatau, Teluk Lampung, Kalianda, sekalipun keanekaragaman jenis rata-rata
per lokasi agak rendah.
Ekosistem mangrove dibentuk oleh komunitas hutan bakau, terdapat di pesisir dekat muara sungai dan banyak dipengaruhi oleh pasang surut, air sungai
dan pantai. Tumbuhan mangrove di Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar didominasi oleh Api-api Avicenia alba dan Excoecaria agallocha. Selain
terdapat mangrove sejati juga terdapat mangrove semu yaitu dari jenis Avicenia
marina dan Nypa fruticans. Konsesi Avicenia marina tingkat semai banyak terdapat di habitat kurang mantap seperti pantai timur yang telah banyak
dikonversi menjadi tambak udang. Di lokasi Way Sekampung-Bakauheni areal hutan mangrove 840 ha, yang bervegetasi 140 ha. Sebagian areal merupakan
hutan pendidikan berdasarkan Nota Kesepahaman antara Kepala Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Lampung dengan Rektor
Universitas Lampung. Di Desa Durian Kecamatan Padang Cermin, komunitas mangrove terdiri dari beberapa spesies multispesies yang didominasi oleh
spesies Rhizophora mucronata. INP berkisar antara 236 hingga 249 dengan kerapatan berkisar antara 188 indha hingga 530 indha. Tingkat pertumbuhan
pohon di kawasan ini adalah sapihan, tihang dan pohon. Potensi tihang dan pohon masing-masing bernilai 212 dan 278 m
3
ha. Ketebalan mangrove antara 1 dan 1,5 km. Di Desa Sidodadi, Kecamatan Padang Cermin tipe vegetasi konsesi
dengan jenis Rhizhophora mucronata sebagai jenis yang dominan dan memiliki INP sebesar 300. Kerapatan individu di daerah ini sebesar 900 indha, dan
dengan potensi tihang sebesar 754,7 m
3
ha. Komunitas mangrove memiliki ketebalan sekitar 4 km. Pada umumnya hamparan tambak berbatasan langsung
dengan laut, dan hanya di beberapa lokasi kecil 100x50 m ditemui semaian mangrove jenis bakau Rhizhophora mucronata. Mangrove jenis Api-api
Avicenia marina yang tumbuh secara alami pada lahan hasil sedimentasi.
Wilayah laut Lampung Selatan yang memiliki persyaratan cukup baik bagi pertumbuhan vegetasi lamun adalah di wilayah Padang Cermin, dimana kondisi
perairannya yang relatif bersih, dasar berpasir dan dangkal sehingga memiliki penetrasi cahaya matahari yang baik sepanjang tahun. Jenis padang lamun yang
terbentuk adalah komunitas tunggal yang ditempati oleh jenis Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis dan Cymodocea serrulata. Ekosistem padang lamun di Padang Cermin merupakan wilayah penghasil udang
rebon dan secara alami telah berperan penting untuk perkembangbiakan berbagai biota laut. Penyebaran ekosistem padang lamun di Padang Cermin
merupakan asosiasi dari formasi ekosistem mangrove, dengan terumbu karang.
Indikasi ini telah membentuk rangkaian sistem ekologi yang telah mendukung keberadaan dan kelangsungan berbagai produk perikanan, terutama perikanan
tangkap.
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2005 adalah 1.142.435 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 558.012 jiwa dan perempuan
557.423 jiwa Lampung Selatan dalam angka, 2006. Pertumbuhan penduduk sejak tahun 2000 sampai tahun 2005 menunjukkan peningkatan sebesar 43.641
jiwa dengan rata-rata pertumbuhan pertahun 0,99. Proyeksi penduduk Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan angka pertumbuhan rata-rata
tersebut, pada tahun 2007 diperkirakan sebanyak 1.188.352 jiwa atau 373,6 jiwakm
2
. Kecamatan Natar merupakan kecamatan dengan penduduk paling padat
dengan kepadatan 750,54 jiwakm2. Sedangkan Kecamatan Punduh Pidada merupakan kecamatan dengan kepadatan yang paling rendah yaitu 107,70
jiwakm2 Tabel 6. Tabel 6. Kondisi kependudukan Kabupaten Lampung Selatan
No. Kecamatan
Jumlah penduduk jiwa Kepadatan
jiwakm
2
Laki-laki Perempuan Total
1. Padang Cermin
37.703 34.797
72.500 228,25
2. Punduh Pidada
12.644 11.501
24.145 107,70
3. Kedondong
26.286 25.069
51.355 391,69
4. Way Lima
13.815 13.287
27.102 271,48
5. Gedung Tataan
36.875 35.972
72.847 750,54
6. Negeri Katon
27.689 28.496
54.185 354,87
7. Tegineneng
23.229 22.152
45.381 300,02
8. Natar
70.557 68.836
139.393 652,07
9. Jati Agung
42.450 39.119
81.569 495,95
10. Tanjung bintang
47.682 42.898
90.580 388,69
11. Katibung
36.234 34.373
70.607 317,61
12. Merbau mataram
21.439 20.455
41.894 367,68
13. Sodomulyo
34.114 33.645
67.759 420,92
14. Candipuro
23.224 22.095
45.319 535,12
15. Kalianda
34.081 32.899
66.980 414,99
16. Rajabasa
10.716 10.013
20.729 206,48
17. Palas
24.234 23.220
47.454 276,88
18. Seragi
14.646 13.877
28.523 348,8
19. Penengahan
26.854 26.505
53.359 280,67
20. Ketapang
20.540 20.214
40.754 375,27
Jumlah 585.012
557.423 1.142.435
359,17 Sumber : Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka, 2007
Jumlah penduduk dirinci menurut kelompok umur di kecamatan Pesisir, dianalisa berdasarkan pendekatan perhitungan dengan membandingkan
prosentase kelompok umur penduduk wilayah kabupaten, terhadap masing- masing jumlah penduduk kecamatan pesisir, ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Banyaknya penduduk usia sekolah di Kecamatan Pesisir Kab. Lampung Selatan tahun 2007
No. Kegiatan
Umur Th 0-4
5-9 10-14
15-19 1
Penengahan 6.018
5.970 6.435
6.130 2.
Rajabasa 2.338
2.319 2.449
2.381 3.
Kalianda 7.555
7.495 8.077
7.696 4.
Padang Cermin 8.178
8.112 8.743
8.330 5.
Punduh pidada 2.723
2.701 2.911
2.774 Sumber : Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka, 2007
4.1.3 Kondisi perikanan
Kabupaten Lampung Selatan mempunyai SDI yang cukup besar sehingga dapat menjadi modal dasar usaha untuk meningkatkan produksi perikanan.
Sumberdaya ikan tersebut terdapat di Perairan Timur Lampung Selatan, Teluk Lampung, perairan payau dan tawar yang menyebar hampir di semua kecamatan
yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan evaluasi data pada Dinas Perikanan dan Kelautan, diperkirakan Potensi Perikanan Tangkap yang
dapat dieksploitasi hingga batas potensi lestari sebesar 96.000 ton. Bila dibandingkan dengan tingkat pemanfaatannya, maka data tersebut di atas masih
menunjukkan bahwa potensi SDI masih memberikan peluang besar untuk diusahakan.
Selain potensi sumberdaya alam, Kabupaten Lampung Selatan didukung pula oleh beberapa lembaga yang konsern di bidang kelautan maupun perikanan
antara lain lembaga pendidikan dan pengembangan seperti BBL, UNILA, dan SMK. Disamping itu juga memiliki 1 unit PPI Pusat Pendaratan Ikan, 6 unit
Tempat Pelelangan Ikan TPI, 1 unit BBI Hias Balai Benih Ikan Hias Natar dan 1 unit BBI Palas, serta juga didukung oleh adanya UPR.
Kegiatan perikanan di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari kegiatan penangkapan di laut, penangkapan di perairan umum, budidaya laut, budidaya
tambak atau air payau, budidaya kolam dan budidaya sawah dengan volume produksi pada tahun 2007 adalah 27.025,05 ton. Kegiatan penangkapan ikan di
laut memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 23.202,50 ton atau 85,85 dari keseluruhan produksi perikanan. Kemudian diikuti oleh kegiatan budidaya air
payautambak dan budidaya kolam masing-masing sebesar 2.788 ton dan 805,20 ton Tabel 8. Hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Lampung Selatan
terdiri dari berbagai jenis ikan konsumsi, udang, cumi-cumi, kerang-kerangan, ikan hias dan hewan lunak lainnya. Ikan konsumsi yang dominan tertangkap
yaitu teri, layang, tongkol, kembung, selar, peperek, cakalang, kue dan belanak. Selain itu, jenis ikan konsumsi dalam persentase kecil yaitu manyung, kakap,
cucut, kuro, senangin, tenggiri, tuna, udang windu, udang putih, ubur-ubur dan rajungan.
Tabel 8. Gambaran potensi, pemanfaatan dan produksi perikanan dari berbagai kegiatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007
No Kegiatan
Potensi ha Pemanfaatan
ha Produksi
Ton 1
Penangkapan di Laut MSY=97.485 Ton
24.856,25 Ton 23.202,50
2 Penangkapan di
Perairan Umum 3.460
0,43 74,00
3 Budidaya Laut
4.750 370,00
144,00 4
Budidaya Air TambakPayau
4.625 4.050,00
2.788,00 5
Budidaya Kolam 1.550
1.008,00 805,20
6 Budidaya Sawah
24.000 175,00
11,35 Jumlah
27.025,05 Sumber: Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka ,2007
Sedangkan perkembangan dari pemanfaatan potensi perikanan di Kabupaten Lampung Selatan, dapat di lihat pada Tabel 9, dan perkembangan
produksi perikanan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 9. Perkembangan pemanfaatan potensi perikanan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2006-2007
No. Kegiatan perikanan
Pemanfaatan Ton NaikTurun
2006 2007
Selisih 1
Perikanan tangkap 2.
Budidaya laut 379
370 -9
2,37 3.
Tambak 2.781
4.050 1.269
45,63 4.
Perairan umum 50
- -
- 5.
Budidaya air tawar kolam
991 1008
17 70
6. Mina padi
991 175
-816 82,34
Sumber: Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka, 2007 Tabel 10. Perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2006-2007 No.
Kegiatan perikanan Produksi Ton
NaikTurun 2006
2007 Selisih
1 Perikanan tangkap
22.499,92 23.202,50
702,58 3,12
2. Budidaya laut
28,00 144,00
116,00 414,28
3. Tambak
2.884,00 2.788,00
-96,00 3,33
4. Perairan umum
72,40 74,00
1,60 2,21
5. Budidaya air tawar
kolam 752,42
602,20 -147.22
19,56 6.
Mina padi 11,35
752,42 741,07
6500,29 Sumber : Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka, 2007
Perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Selatan didominasi oleh budidaya air payau atau tambak udang. Tambak udang yang tersebar di
Kecamatan Padang Cermin, Punduh Pidada, Kalianda, Rajabasa, Penengahan, Palas dan Sidomulyo, berupa Tambak Inti Rakyat dan Pertambakan Rakyat.
Sedangkan benih udang untuk kegiatan tambak hampir seluruhnya diperoleh dari pembenihan udang di Kalianda dan Rajabasa yang berjumlah ± 100 unit
pembenihan hatchery. Pada tahun 1999, produksi backyard hatchery adalah sebesar 720.500.000 ekor, meningkat 4,27 dari tahun 1998. produksi benur
tersebut belum termasuk produksi hasil PT. Central Pertiwi Bahari dan PT. Biru
Laut Khatulistiwa yang menghasilkan benur rata-rata tahunan sebesar 3.200.000.000 ekor Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Selatan, 1999.
Banyaknya lahan hutan mangrove yang dikonversi dan sistem pembuangan tambak yang tidak optimal, merupakan permasalahan lingkungan utama dalam
usaha pertambakan di Lampung Selatan. Selain usaha budidaya tambak, terdapat juga usaha budidaya mutiara di Teluk Lampung lebih dari 5.000 ha
yang diusahakan oleh dua perusahaan besar, yaitu PT. Kyoko Shinju dengan produksi kerang mutiara masing-masing 140.000 dan 400.000 buah per tahun.
Lokasi potensi budidaya laut di Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Lokasi potensi budidaya laut di Lampung Selatan No.
Lokasi Potensi Area ha
Komoditas 1.
Kalianda Teluk Betung, Pulau Sebuku, Pulau Sebesi
739,5 200,0
50,0 50,0
50,0 Mutiara
Rumput laut Kakap
Kerapu Beronang
2. Padang Cermin
P. Legundi, P. Seuncal, Tanjung Putus, Sidodadi, Tembiki,
Bawang, Puhawang, Kelagian. 3.260,5
250,0 50,0
50,0 50,0
Mutiara Rumput laut
Kakap Kerapu
Beronang Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Lampung ,2007
Jumlah Rumah Tangga Perikanan RPT yang berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1999 mencapai 14.557 RTP Tabel 12. Jumlah ini terdiri
dari RTP perikanan tangkap 3.642 RTP, RTP budidaya laut 442 RTP, RTP budidaya air payau atau tambak 3.427 RTP, RTP pembenihan benur 162
RTP, RTP budidaya air tawar atau kolam 2.002 RTP, RTP mina padi 108 RTP, RTP pembenihan air tawar 121 RTP,RTP pengolahan 527 RTP dan
RTP pemanenan 2.018 RTP. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya 1998, jumlah RTP perikanan di Kabupaten Lampung Selatan mengalami peningkatan
pada tiap jenis usaha perikanan.
Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam perikanan tangkap tahun 1999 sebanyak 6.605 tenaga kerja, dan merupakan jumlah tenaga kerja yang terbesar
dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan perikanan lainnya.
Tabel 12.
Perkembangan RTP perikanan dan penyerapan tenaga kerja perikanan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1998 – 1999
No. Kegiatan
RTP Tenaga Kerja
1998 1999
1998 1999
1. Perikanan
Tangkap 3.606
3.642 1,00
6.530 6.605
1,15 2.
Budidaya laut 419
442 5,49
1.260 1.314
4,29 3.
Tambak 3.279
3.427 4,51
3.984 4.031
1,18 4.
Perairan umum 70
74 5,71
1.438 1.498
4,17 5.
Budidaya air tawar 1.907 2.002
4,98 2.430
2.762 13,17
6. Mina padi
96 108
12,50 826
864 4,60
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Selatan, 2000
4.2 Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi yang penting di Kabupaten Lampung Selatan karena kontribusinya yang cukup besar terhadap
PDRB. Di Teluk Lampung pada tahun 1999 produksi perikanan tangkap telah mencapai 24.856,25 ton. Kegiatan perikanan tangkap menghasilkan berbagai
jenis ikan konsumsi, udang, cumi, kerang-kerangan, ikan hias dan hewan lunak lainnya. Ikan-ikan pelagis besar, seperti tongkol Euthynnus spp, madidihang
Thunnus albacore dan cakalang Katsuwonus pelamis terdapat di lapisan atas permukaan agak jauh dari pantai. Sedangkan ikan pelagis kecil, seperti tembang
Sardinella fimbriata dan kembung Rastreflinger spp ditemukan bergerombol di perairan dekat pantai. Ikan-ikan demersal, seperti manyung Tachyurus spp, pari
Trigonidae, gulamah Scaencae, serta berbagai jenis udang Peneaus spp yang banyak tertangkap di dasar laut yang relatif dangkal dan berlumpur. Ikan-
ikan hias dan ikan-ikan karang, seperti kerapu Epinephelus spp lebih sering ditemukan di kawasan terumbu karang. Cumi-cumi Loligo spp dan teri
Stolephorus spp biasa tertangkap oleh nelayan bagan karena senang berkumpul di sekitar cahaya yang dinyalakan pada malam hari. Sedangkan
sumberdaya lain, seperti rumput laut, biasanya dikumpulkan oleh masyarakat dengan tangan langsung di pantai.
4.2.1 Produksi perikanan
Perkembangan produksi ikan di Kabupaten Lampung Selatan selama periode 2002-2006 disajikan pada Gambar 13.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun J
um la
h T
on
Gambar 13 Perkembangan produksi ikan Kabupaten Lampung Selatan selama kurun waktu 2002-2006.
Berdasarkan data produksi ikan dapat diketahui bahwa produksi ikan selama kurun waktu lima tahun tersebut terus mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2006 sebesar 28.382,5 ton dan produksi terendah dicapai pada tahun 2002 sebesar 14.160 ton.
4.2.2 Perkembangan jumlah alat tangkap
Berbagai jenis alat tangkap fishing gears yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Lampung Selatan sesuai dengan kebiasaan, keterampilan yang
dimiliki, kemampuan modal, dan serta musim, serta jenis–jenis ikan yang ditangkap disajikan pada Tabel 13. Nelayan mengoperasikan alat tangkap
menggunakan armada kapal motor dan motor tempel, tetapi sebagian besar nelayan masih menggunakan perahu tanpa motor yang terbuat dari kayu.
Tabel 13. Jenis alat tangkap yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2006.
No Jenis Alat Tangkap
Jumlah Unit 1
Payang 245
2 Pukat Pantai
124 3
Jaring insang hanyut 60
4 Jaring insang tetap
319 5
Bagan perahu 267
6 Bagan tancap
220 7
Rawai hanyut selain rawai tuna 191
8 Rawai tetap
407 9
Pancing lain 2.159
10 Sero
173 11
Bubu 484
12 Perangkap lain
87 Sumber: Laporan Tahunan Propinsi Lampung 2007
4.2.3 Kapal penangkap ikan
Kapal penangkap ikan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari perahu tanpa motor, perahu dengan motor tempel, dan kapal motor.
Perkembangan jumlah perahu atau kapal penangkapan ikan selama tahun 2002- 2006 di Kabupaten Lampung Selatan disajikan pada Gambar 14. Daerah operasi
penangkapan oleh nelayan Kabupaten Lampung Selatan adalah perairan Teluk
Lampung, perairan Pesisir Timur Lampung dan Selat Sunda.
100 200
300 400
500 600
700 800
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun Jum
lah Per a
hu U
ni t
Tanpa Motor Motor Tempel
Kapal Motor
Gambar 14. Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan tahun 2002-2006.
Gambar 15 Daerah penangkapan ikan di Teluk Lampung
4.3 Perikanan Budidaya
Perkembangan produksi perikanan budidaya khususnya budidaya laut selama kurun waktu 2002-2006 di Kabupaten Lampung Selatan cenderung
mengalami peningkatan seperti disajikan pada Tabel 14, demikian juga untuk perkembangan RTP budidaya laut dari tahun 2002 mengalami peningkatan
seperti disajikan pada Tabel 15.
Tabel 14. Perkembangan produksi budidaya laut di Kabupaten Lampung Selatan Tahun
Produksi ton 2002
232,7 2003
302,5 2004
1.399,0 2005
820,5 2006
1.366,2
Tabel 15. Perkembangan RTP budidaya laut di Kabupaten Lampung Selatan Tahun
Jumlah RTP 2002
172 2003
223 2004
232 2005
234 2006
264 Jenis ikan yang dibudidayakan di Kabupaten Lampung Selatan adalah
ikan kerapu dan rumput laut. Perkembangan jumlah benih yang telah ditanam untuk kegiatan budidaya laut disajikan pada Tabel 16, sedangkan untuk
perkembangan produksi dari kerapu dan rumput laut disajikan pada Tabel 17.
Tabel 16. Perkembangan jumlah benih yang ditanam pada budidaya laut di Kabupaten Lampung Selatan
Tahun Jumlah EkorTangkai
Kerapu Bebek Kerapu Macan
Rumput Laut 2002
122.000 198.000
5.300 2003
253.000 259.000
16.900 2004
374.000 171.000
136.700 2005
450.000 271.000
925.000 2006
496.000 739.000
106.200
Tabel 17. Perkembangan produksi kerapu dan rumput laut pada budidaya laut di Kabupaten Lampung Selatan
Tahun Produksi Ton
Kerapu Bebek Kerapu Macan
Rumput Laut 2002
135,8 33,0
63,9 2003
67,0 87,3
148,2 2004
55,0 142,0
1.202,0 2005
123,0 264,5
433,0 2006
82,7 221,7
1.061,8
4.4 Model CAP-AQUADEV