Pemilihan teknologi penangkapan ikan

DIN dan Orto-PO4 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 T. Pu tus Puh aw an g Ri ng gu ng Hu ru n Ta ra ha n Kal ian da Lokasi K o n se n tr asi p p m DIN PO4 Gambar 27. Grafik parameter kelarutan senyawa nitrogen DIN dan total bahan organik TOM di beberapa lokasi budidaya di Teluk Lampung. Dari 3 lokasi yang layak untuk pengembangan budiadya laut dengan KJA di Kabupaten Lampung Selatan, hanya direkomendasikan 2 dua lokasi diantaranya yang dapat ditetapkan sebagai lokasi budidaya KJA, karena Pulau Sebesi telah ditetapkan sebagai Marine Protected Area MPA sehingga kegiatan yang diperbolehkan dikawasan tersebut sangat terbatas. Disarankan perairan Pulau Sebesi dapat dijadikan sebagai lokasi pengembangan kegiatan pengembangan perikanan tangkap berbasis perikanan budidaya yang dapat dikemas ramah lingkungan dan tidak mengganggu fungsi lokasi sebagai MPA.

4.4.3 Pemilihan teknologi penangkapan ikan

Sub model pemilihan teknologi penangkapan ikan yang layak dikembangkan menggunakan metode OWA. Berdasarkan data dari Laporan Tahunan Propinsi Lampung 2007 dipilih empat alternatif alat tangkap yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi alat tangkap ideal yang mampu mendukung perkembangan sektor perikanan tangkap berbasis budidaya di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jumlah perkembangan alat tangkap selama kurun waktu 5 tahun. Perkembangan jumlah alat tangkap menurut jenis alat tangkap yang ada di Kabupaten Lampung Selatan selama periode tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Lampung Selatan selama kurun waktu 2002-2006 Tahun Bubu Jaring Insang Pancing Sero 2002 354 743 82 2003 142 420 812 98 2004 131 378 916 90 2005 320 406 2.165 165 2006 484 379 2.159 173 Sumber : Laporan Tahunan Propinsi Lampung 2007 Pemilihan teknologi penangkapan ikan didasarkan pada kriteria yang disusun untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan, yaitu 1 selektivitas tinggi, 2 tidak destruktif terhadap habitat, 3 tidak membahayakan nelayan operator, 4 menghasilkan ikan yang bermutu baik, 5 produk tidak membahayakan konsumen, 6 minimum hasil tangkapan yang terbuang, 7 dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati, dan 8 tidak menangkap spesies yang dilindungi. Pembobotan masing-masing kriteria berdasarkan tingkat kepentingan untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan disajikan pada Tabel 33. Dari hasil analsis diketahui bahwa teknologi penangkapan ikan terpilih untuk dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan adalah alat tangkap bubu Tabel 35 yang mempunyai bobot atau skala tinggi. Tabel 33. Bobot kriteria pemilihan teknologi penangkapan ikan No. Kriteria Agregat 1. Selektivitas tinggi Sangat Tinggi 2. Tidak destruktif terhadap habitat Sangat Tinggi 3. Tidak membahayakan nelayan Tinggi 4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik Tinggi 5. Produk tidak membahayakan konsumen Tinggi 6. Minimum hasil tangkapan yang terbuang Tinggi 7. Dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati Sangat tinggi 8. Tidak menangkap spesies yang dilindungi Tinggi Tabel 34. Skala prioritas alat tangkap ideal terpilih di Kabupaten Lampung Selatan No. Jenis Alat Tangkap Skala 1. Bubu traps Tinggi 2. Jaring insang gillnet Rendah 3. Pancing lines Sedang 4. Sero Sedang Hariyanto et al 2009, menyatakan bahwa alat tangkap bubu yang dimodifikasi merupakan alat yang ramah lingkungan dan cocok bagi perairan Teluk Lampung, alat bubu yang dimodifikasi dengan ditambahkan umpan menghasilkan tangkapan yang lebih banyak dari bubu biasa Thomas et al, 2005

4.4.4 Pemilihan komoditas potensial perikanan tangkap berbasis budidaya