Dent dan Blackie 1979, menyebutkan bahwa penelitian sistem mencakup dua hal, yaitu analisis komponen dan hubungannya serta proses sintesa yang
mungkin membentuk sistem baru atau mengefisienkan sistem aslinya. Hal yang penting dalam mempelajari sistem adalah menentukan batas sistem agar dapat
membantu mengerti fungsi sistem tersebut. Eriyatno 1998 berpendapat bahwa pendekatan sistem memberikan metode yang logis untuk penanganan masalah
dan merupakan alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan, menganalisis, menstimulasi serta mendesain sistem keseluruhan.
Eriyatno 1998 menyatakan bahwa metode untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap
proses. Tahap-tahap tersebut meliputi: evaluasi kelayakan, penyusunan model abstrak, implementasi rancangan, implementasi dan operasi sistem. Menurut
Cooper 1969, ada dua tahap dalam penyusunan model yaitu mengidentifikasikan komponen-komponen yang penting dari sistem dan
menentukan hubungan-hubungan fungsi kuantitatif dari semua komponen.
Pendekatan sistem diperlukan untuk menyelesaikan persoalan dengan melalui tahapan-tahapan dimana untuk menentukan tujuan dan permasalahan
diawali dengan penentuan kebutuhan-kebutuhan dari setiap pelaku yang terlibat. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang
menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis dengan metode yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan untuk
mengidentifikasikan, menganalisis, menstimulasi serta mendesain sistem keseluruhan Marimin, 2004; Eriyatno dan Fadjar, 2007. Menurut Eriyatno dan
Fadjar 2007, dalam pendekatan sistem terdapat enam tahapan analisis sebelum sampai kepada sintesa rekayasa, yaitu: 1 analisis Kebutuhan; 2
identifikasi sistem; 3 formulasi masalah; 4 pemodelan sistem; 5 verifikasi dan validasi model, dan 6 implementasi. Langkah ke 1 sampai dengan ke 6
umumnya dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan Analisa Sistem.
2.4.2 Sistem manajemen ahli
Sistem manajemen ahli merupakan integrasi dari sistem penunjang keputusan dan sistem pakar. Integrasi tersebut dapat berupa memasukan
sistem pakar ke dalam komponen-komponen sistem penunjang keputusan atau dengan membuat sistem pakar sebagai komponen yang terpisah dari sistem
penunjang keputusan. Integrasi sistem pakar pada sistem penunjang keputusan dapat dilakukan pada basis data, basis model, sistem dialog, maupun pada
rekayasa sistem dan pengguna. penggunaan sistem pakar di luar komponen sistem penunjang keputusan dilakukan dengan menggunakan keluaran dari
sistem pakar sebagai masukan pada sistem penunjang keputusan atau sebaliknya. disamping itu, sistem pakar juga dapat digunakan untuk melengkapi
proses pengambilan keputusan pada sistem penunjang keputusan Turban, 1988.
Sistem manajemen ahli lahir dari perpaduan dua bentuk sistem yaitu sistem penunjang keputusan dan sistem pakar knowledge-based systems. sistem
manajemen ahli merupakan sistem yang menerapkan konsep framework untuk melakukan analisis struktur terhadap proses pengambilan keputusan. hasil
analisa tersebut selanjutnya akan diproses di dalam suatu sistem pakar untuk membantu pengguna dalam memecahkan masalah. teknik-teknik yang
mendukung sistem manajemen ahli dapat dilihat pada Gambar 5.
Eriyatno 1998 berpendapat bahwa sistem manajemen ahli dapat didefinisikan sebagai gabungan interaktif dari tiga basis sumberdaya informasi,
yaitu sistem manajemen basis data Data Base Management System, sistem manajemen basis model Model Base Management System, dan sistem
manajemen basis pengetahuan Knowledge Base Management System. Ketiga
Basis Pengetahuan • Heuristik
• Tatacara inferensi
Ilmu Manajemen • Manajemen Penelitian
Pengembangan Model Optimasi
• Program Matematika • ProgramSasaran
Ganda Perangkat Lunak
• User Friendly • Integrated
Analisa Keputusan • Model
preferensi manusia
• Model keputusan
normatif • Analisa utilitas atribut
ganda
SISTEM MANAJEMEN AHLI
Gambar 5. Teknik-teknik pendukung sistem manajemen ahli Eriyatno 1998.
basis informasi tersebut diolah dalam unit pemrosesan terpusat yang menerima sinyal dari sistem manajemen dialog Dialogue Management System yang
bersifat interaktif dengan pengguna. Struktur dari sistem manajemen Ahli dapat dilihat pada Gambar 6.
2.4.3.Sistem penunjang keputusan
Menurut Eriyatno 1998, sistem penunjang keputusan SPK adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan
para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemen-elemen sistem sehingga
dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan. Karakterisasi pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu:
1 Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan
2 Adanya dukungan menyeluruh holistik dari keputusan bertahap berganda 3 Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain
ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen, dan intelegensia buatan
4 Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan
kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Eriyatno 1998 melanjutkan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan
selanjutnya mampu mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem. Penggunaan sistem penunjang keputusan seyogyanya ditunjang oleh
Gambar 6 Struktur sistem manajemen ahli.
Pengguna Sistem Manajemen
Dialog Struktur Komunikasi
Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Manajemen Basis Model
Model-model kuantitatif dalam
pengambilan keputusan
Sistem Manajemen Basis Pengetahuan
- “Query Generation”
- Transformasi Jawaban
- Aturan yang berlaku
Pengguna Pengguna
berbagai studi lapangan dan penelitian kasus guna menelusuri validitas input dan parameter-parameternya.
Landasan utama dalam pengembangan sistem penunjang keputusan untuk model manajemen adalah konsepsi model. Konsepsi model ini diperlukan untuk
menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu: 1 pengambil keputusan atau pengguna, 2 model, dan 3 data.
Hubungan antar komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
Menurut Minch dan Burns 1983, sistem manajemen dialog adalah subsistem dari sistem penunjang keputusan yang berkomunikasi langsung
dengan pengguna, yakni menerima masukan dan memberikan keluaran. sistem manajemen basis data harus bersifat interaktif dan luwes dalam arti mudah
dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data. sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk
mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan sistem penunjang keputusan.
Sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi sistem penunjang keputusan secara menyeluruh. sistem ini menerima
masukan dari ketiga sub sistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran ke sub sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Fungsi
utamanya adalah sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya keterkaitan antar sub sistem Eriyatno,1998.
Data Model
Pengguna Sistem Manajemen Basis Data
DBMS Sistem Pengolahan Problematik
Sistem Manajemen Dialog Sistem Manajemen Basis Model
MBMS
Gambar 7. Struktur dasar sistem penunjang keputusan Eriyatno 1998.
Keen dan Morton 1978 dalam Marimin 2004, menyatakan bahwa aplikasi Sistem Penunjang Keputusan akan bermanfaat bila terdapat kondisi
sebagai berikut: 1 Data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya.
2 Waktu untuk menentukan hasil akhir atau mencapai keputusan terbatas. 3 Diperlukan manipulasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan.
4 Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan
solusi berdasarkan akal sehat.
2.4.4. Sistem pakar