Formulasi permasalahan Pendekatan Sistem

5 Konsumen ƒ Mutu produk sesuai selera konsumen dengan harga terendah. ƒ Diversifikasi produk. 6 Lembaga Pembiayaan usaha ƒ Manajemen dan proposal agroindustri hasil laut yang layak. ƒ Resiko penyaluran kredit kecil dan pengembalian kredit yang terjamin. ƒ Bunga kredit atau bagi hasil usaha menguntungkan dan jumlah nasabah meningkat. 7 Instansi Pemerintah ƒ Bertambahnya lapangan kerja dan kesempatan berusaha. ƒ Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan pengusaha perikanan. ƒ Tidak terjadinya pencemaran lingkungan. ƒ Meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan bagi PAD. 8 Investor ƒ Keuntungan tinggi. ƒ Jenis komoditas yang ekonomis tinggi. ƒ Tersedianya modal yang memadai untuk kegiatan perikanan tangkap. ƒ Tersedianya modal yang cukup untuk kegiatan budidaya. 9 Lembaga Pendidikan ƒ Tingkat suku bunga yang representatif dan pembiayaan yang menguntungkan. ƒ Peningkatan jumlah nasabah. ƒ Pengembalian kredit lancar. ƒ Resiko penyaluran kredit kecil.

3.5.2 Formulasi permasalahan

Permasalahan merupakan kesenjangan antara tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan analisis kebutuhan dengan kemampuan pemenuhan akibat adanya keterbatasan sumberdaya. Untuk melakukan pemecahan masalah maka berbagai kesenjangan yang ada perlu diformulasikan sehingga mencapai taraf defenitif. Keberhasilan dalam integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya memerlukan perencanaan yang baik, pengalaman, pengetahuan serta intuisi yang tepat dari pengambil keputusan. Sinergi kepentingan antar pelaku dalam sistem diharapkan akan mengoptimalkan pencapaian tujuan dari integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya, yaitu pemanfaatan secara optimal sumber daya untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pelaku, seperti peningkatan daya saing, keuntungan usaha, pendapatan daerah, lapangan kerja, dan konsumsi ikan. Permasalahan yang paling mendasar dalam integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya adalah menjaga kontinuitas bahan baku, dalam hal ini jenis, volume, dan mutu ikan hasil tangkapan dan hasil budidaya. Volume hasil tangkapan berfluktuatif dengan mutu yang juga tidak konsisten, sementara budidaya selalu menginginkan kapasitas produksinya konstan dengan mutu yang prima, sehingga diperoleh harga jual yang tinggi. Kurangnya kemampuan SDM dalam mengadopsi teknologi budidaya ikan menyebabkan produk mempunyai nilai tambah relatif kecil dengan pangsa pasar yang relatif terbatas di pasar domestik. Sementara itu, kemampuan penanganan produk sesuai dengan standar mutu internasional juga masih rendah. Hal ini sering memperlemah daya saing produk di pasar internasional. Keterbatasan mutu SDM juga memperlemah proses manajerial untuk mengelola usaha secara profesional, sehingga memperlemah kemampuan untuk mengakses modal untuk pengembangan usaha. Hal lain yan terkait adalah lemahnya kemampuan mempresentasikan potensi bisnis perikanan budidaya di hadapan investor atau pemodal untuk menghilangkan persepsi bahwa bisnis perikanan budidaya beresiko tinggi. Kurangnya dukungan yang memadai dalam penyediaan infrastruktur untuk integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya, salah satu penyebabnya adalah kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku, sehingga akan memperlemah struktur perikanan budidaya.

3.5.3 Identifikasi sistem