Kesesuaian lahan untuk budidaya karamba jaring apung KJA

tahun 2007 mengindikasikan terjadinya penurunan sumberdaya ikan lainnya di perairan Teluk Lampung. Hal ini berarti walaupun dalam perhitungan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan lainnya hanya 45,8, tetapi effort yang dilakukan tidak dapat serta merta ditingkatkan karena indikasi lainnya CPUE menunjukkan tren yang menurun. Bisa juga tingkat pemanfaatn ikan lainnya tahun 2007 tersebut merupakan kondisi terkini sumberdaya ikan lainnya di Teluk Lampung hanya tinggal 45,8 saja. Tabel 30. Tingkat pemanfaatan perikanan lainnya di Teluk Lampung Tahun Produksi MSY Tk.manfaat 2001 2,691.70 5348.723 50.32 2002 3,262.90 5348.723 61.00 2003 2,188.50 5348.723 40.92 2004 4,162.20 5348.723 77.82 2005 5,822.50 5348.723 108.86 2006 6,400.10 5348.723 119.66 2007 2,449.90 5348.723 45.80

4.4.2 Kesesuaian lahan untuk budidaya karamba jaring apung KJA

Sub model kesesuaian lahan untuk pengembangan perikanan budidaya dilakukan dengan penilaian kelayakan terhadap kriteria kesesuaian. Potensi lahan untuk pengembangan budidaya laut dengan KJA di perairan Kabupaten Lampung Selatan tersebar dari pesisir pantai Kecamatan Kalianda sampai ke Kecamatan Padang Cermin. Beberapa kawasanlokasi tersebut sudah terdapat kegiatan pembudidayaan ikan dengan KJA, seperti: Tarahan, Teluk Hurun dan Tanjung Putus. Tanjung Putus adalah lokasi dengan kegiatan pembudidayaan ikan dengan KJA terpadat. Kendala dan potensi permasalahan di lokasi-lokasi tersebut berbeda satu sama lain, untuk itu perlu disusun kriteria yang dapat dijadikan indikator untuk menilai secara total aspek-aspek terkait pengembangan usaha KJA sehingga dapat ditentukan kelayakannya. G a ya m P ala s Ja b u ng A sa h a n T a ra h a n P an ja n g K eta p a ng K alia n da B ak a u h en i B atu B a la k P ad a n g C e rn an B an d a r L am p u n g S im p a n g K a lia nd a 6 °00 6° 00 5 °50 5° 50 5 °40 5° 40 5 °30 5° 30 1 0 5 °0 0 1 0 5 °0 0 1 0 5 °1 0 1 0 5 °1 0 1 0 5 °2 0 1 0 5 °2 0 1 0 5 °3 0 1 0 5 °3 0 1 05 °4 0 1 05 °4 0 1 0 5 °5 0 1 0 5 °5 0 4 4 8 Kilo m e te r N P E TA L O K A S I P E N E L IT I A N T E L U K L A M P U N G 2 1 7 3 4 5 6 Keterangan gambar : ; lokasi alternatif pengembangan budidaya laut Gambar 25. Peta sebaran alternatif lokasi pengembangan perikanan budidaya di Teluk Lampung Hasil penilaian kelayakan terhadap 3 tiga kategori kriteria kesesuaian seperti tampilkan pada Tabel 31 dan secara rinci matrik penilaian kelayakan ditampilkan pada Lampiran 9. Tabel 31. Hasil penilaian kelayakan kesesuaian lahan No. Alternatif Lokasi Nilai per Kategori Nilai Total Keterangan I II III 1. Kalianda 92 48 67 67 Kurang Layak 2. Tarahan 86 54 69 69 Kurang Layak 3. Teluk Hurun 70 66 67 67 Kurang Layak 4. Ringgung 86 60 71 71 Kurang Layak 5. Pulau Puhawang 82 90 81 81 Layak 6. Tanjung Putus 94 90 83 83 Layak 7. Pulau Sebesi 120 66 80 80 Layak Nilai per kategori untuk setiap alternatif lokasi dihitung dengan mengalikan bobot dengan skor. Dari hasil penilaian kelayakan terhadap kriteria kesesuaian lahan untuk pengembangan perikanan budidaya di KJA sebagai salah satu kegiatan perikanan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan terlihat bahwa lokasi yang layak adalah Pulau Puhawang, Tanjung Putus dan Pulau Sebesi sedangkan 4 empat lokasi lainnya kurang layak, yaitu: Kalianda, Tarahan, Teluk Hurun dan Ringgung. Perairan Pulau Sebesi dengan nilai 120 adalah lokasi dengan nilai tertinggi untuk kriteria I terdiri atas: aspek biofisik dan aseanografi perairan. Sedangkan Teluk Hurun memiliki nilai terendah untuk kriteria I. Untuk kriteria II yang terdiri atas: kedalaman, keterlindungan dan substrat lokasi yang memiliki nilai tertinggi adalah Pulau Puhawang dan Tanjung Putus, sedangkan terendah adalah Kalianda. Sedangkan untuk kriteria III yang terdiri atas: aspek sosial ekonomi dan budaya lokasi yang memiliki nilai tertinggi adalah Pulau Puhawang dan yang terendah adalah Kalianda dan Teluk Hurun. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hasil pemantauan BBPBL Lampung kualitas air di 6 lokasi yang tersebar di Teluk Lampung seperti ditampilkan pada Gambar 26 dan Gambar 27. DO ppm, Suhu 0C, pH, Sal ppt TOM ppm 10 20 30 40 50 60 70 T. Pu tus Puha wang Ri ng gun g Hur un Tar ahan Kal iand a Lokasi N ila i DO Suhu pH Sal TOM Gambar 26. Grafik parameter DO, suhu, pH, salinitas dan TOM di beberapa lokasi budidaya di Teluk Lampung. Terlihat bahwa 4 empat parameter yaitu DO, pH, salinitas dan suhu dari 5 lima parameter di atas memiliki nilai yang relatif sama antar lokasi pengamatan. Hanya nilai total organic metter TOM yang berbeda antar lokasi pengamanatan yaitu Ringgung memiliki nilai TOM terendah yaitu 15 ppm dan Hurun memiliki TOM tertinggi yaitu 65 ppm. DIN dan Orto-PO4 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 T. Pu tus Puh aw an g Ri ng gu ng Hu ru n Ta ra ha n Kal ian da Lokasi K o n se n tr asi p p m DIN PO4 Gambar 27. Grafik parameter kelarutan senyawa nitrogen DIN dan total bahan organik TOM di beberapa lokasi budidaya di Teluk Lampung. Dari 3 lokasi yang layak untuk pengembangan budiadya laut dengan KJA di Kabupaten Lampung Selatan, hanya direkomendasikan 2 dua lokasi diantaranya yang dapat ditetapkan sebagai lokasi budidaya KJA, karena Pulau Sebesi telah ditetapkan sebagai Marine Protected Area MPA sehingga kegiatan yang diperbolehkan dikawasan tersebut sangat terbatas. Disarankan perairan Pulau Sebesi dapat dijadikan sebagai lokasi pengembangan kegiatan pengembangan perikanan tangkap berbasis perikanan budidaya yang dapat dikemas ramah lingkungan dan tidak mengganggu fungsi lokasi sebagai MPA.

4.4.3 Pemilihan teknologi penangkapan ikan