Kondisi Perikanan Tangkap Strategi Integrasi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya (Studi Kasus di Teluk Lampung )

5 PEMBAHASAN Integrasi pengembangan perikanan budidaya dan perikanan tangkap di Kabupaten Teluk Lampung terdiri atas 3 tiga alternatif program kegiatan yaitu program optimalisasi panangkapan ikan, program optimalisasi pembudidayaan ikan dan pengembangan perikanan tangkap berbasis perikanan budidaya. Berikut akan dijelaskan hasil analisis seperti telah diuraikan pada Bab 4.

5.1 Kondisi Perikanan Tangkap

Dengan potensi supply capacity yang besar dan permintaan terhadap produk dan jasa kelautan dan perikanan yang terus meningkat, maka sektor kelautan dan perikanan berpeluang tinggi untuk menjadi salah satu soko guru prime mover perekonomian nasional. Kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan dari segi produksi ikan selama tahun 2002-2006 cenderung mengalami peningkatan Gambar 14. Perkembangan jumlah perahu atau kapal penangkap ikan masih didominasi oleh perahu tanpa motor Gambar 14, hal ini menunjukkan bahwa perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Lampung Selatan merupakan perikanan skala kecil, dengan alat tangkap dominan pada tahun 2006 adalah pancing dan bubu Tabel 32. Alat tangkap ini menjadi populer di kalangan nelayan karena mudah dioperasikan dan murah biayanya. Dilihat dari aspek peralatan tangkap sebagian besar nelayan masih mempergunakan jenis peralatan yang sederhana dengan daerah penangkapan masih di sekitar perairan pantai dan dekat dengan tempat tinggal nelayan. Berbagai kendala penyebab kondisi sederhananya armada dan alat tangkap yang keseluruhannya berpangkal dari ketidakmampuan nelayan dalam memperoleh modal kerja dan masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia dari masyarakat nelayan, sehingga orientasi kegiatan kenelayanan masih bersifat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumberdaya perikanan tangkap yang terdapat diperairan Kabupaten Lampung Selatan hampir sama dengan perairan di wilayah pengelolaan perikanan WPP 572 lainnya, yaitu jenis ikan pelagis kecil yang bersifat neritik yaitu kelompok ikan yang menggerombol dan bergerak relatif tidak jauh dari pantai, ikan demersal dan udang serta ikan pelagis besar yang memiliki sifat highly migratory. Memperhatikan komposisi alat tangkap yang beroperasi di perairan Kabupaten Lampung Selatan maka dapat dikatakan bahwa sumberdaya ikan pelagis kecil, ikan demersal dan udang pada kedalaman 100 m sudah termanfaatkan bahkan mendekati over eksploitasi, sedangkan potensi sumberdaya ikan pelagis kecil oseanik hampir belum termanfaatkan. Hal ini mengingat kemampuan dan daya jelajah armada yang dioperasikan belum mampu menjangkau ke perairan samudera yang lebih jauh ke tengah. Pengembangan perikanan tangkap di Lampung Selatan dapat dilakukan dengan melakukan modernisasi alat tangkap yang dominan dipergunakan oleh nelayan, yaitu bubu. Modernisasi bubu dapat dilakukan dengan pembuatan kontruksi bubu dari besi dengan penambahan umpan. Dengan peningkatan teknologi bubu ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas nelayan. Sesuai dengan penelitian Tomas 2004 bahwa penangkapan menggunakan bubu besi dengan umpan menghasilkan tangkapan yang lebih banyak daripada bubu dari bambu tanpa umpan. Peningkatan teknologi alat tangkap bubu ini sesuai dengan kondisi sumberdaya krustasea yang baru termanfaatkan sebesar 27,99 pada tahun 2007 Tabel 27. Pengembangan perikanan tangkap juga dapat dilakukan dengan pengembangan alat tangkap bagan sebagai alat tangkap yang mempunyai target ikan lainnya seperti teri. Bagan yang perlu dikembangkan adalah bagan perahu, hal ini terkait target penangkapan yang merupakan jenis ikan yang bergerombol dan berpindah-pindah sesuai perubahan pasang surut dan arus air laut. Hal ini sesuai dengan potensi ikan lainnya di Teluk Lampung yang sampai tahun 2007 masih termanfaatkan 45,8 Tabel 30. Sedangkan untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan pesisir diperlukan upaya penambahan stok melalui kegiatan penebaran dan pembatasan aktivitas penangkapan seperti: pembatasan musim penangkapan, alat tangkap, lokasi dan atau penetapan kuota. Penurunan sumberdaya perikanan terjadi secara global, saat ini 80 dari stok perikanan dunia sudah mengalami eksploitasi penuh fully exploited, eksploitasi lebih over exploited bahkan sudah ada yang menunjukkan kepunahan collaps Mora et al, 2009. Kondisi ini juga terjadi pada perairan Teluk Lampung, yang diindikasikan dengan penurunan ā€¯catch per unit effort CPUE,sesuai pendapat Atmaja dan Nugroho 2006 yang menyatakan bahwa penurunan CPUE mengindikasikan penurunan biomassa seperti yang terjadi pada perikanan cantrang di Tegal Ernawati dan Sumiyono,2009 perikanan pukat cincin di Kalimantan Barat Hariati et al.,2009 dan ikan pelagis di Selat Sunda Atmaja dan Nugroho, 2005; Amri, 2008. Penurunan potensi sumberdaya dapat diketahui dengan beberapa indikasi yang muncul seperti jumlah tangkapan yang semakin menurun, ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil- kecil dan hilangnya beberapa jenis ikan endemik Hartoto, 2000; Worm,2006; Mateus and Estupinan, 2002 . McPhie dan Campana 2009, menyatakan umur maksimum dan umur saat matang gonad dapat untuk menduga rata- rata pertumbuhan populasi sementara ukuran tubuh ikan sebagai indikasi status suatu sumberdaya. Untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan sumberdaya ikan di Teluk Lampung diperlukan suatu strategi pengelolaan yang tepat dan komprehensip serta terintegrasi.

5.2 Perikanan Budidaya