Sub model kesesuaian lahan

pelagik kecil yang sudah mulai berkurang pembatasan alat tangkap dilakukan pada alat tangkap yang tujuan penangkapannya pada ikan-ikan pelagik kecil. Hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam pembatasan alat tangkap yang boleh dioperasikan di laut Jawa. 8 Sistem quota penangkapan Cara lainnya untuk mengendalikan atau melakukan pengelolaan stok sumberdaya perikanan tangkap adalah dengan memberlakukan sistem quota dalam penangkapan ikan. Sistem quota ini untuk membatasi jumlah penangkapan yang diperbolehkan untuk suatu jenis ikan atau dalam suatu wilayah perairan tertentu. Jumlah quota dapat ditentukan dengan analisis pendugaan stok dalam wilayah tersebut untuk setiap jenis ikan. Sehingga jumlah dan jenis hasil tangkapan yang diperbolehkan dapat dihitung berdasarkan pendugaan stok yang ada. Pembatasan jumlah hasil tangkapan ini akan sulit dilakukan tanpa dilandasai kesadaran yang kuat oleh para nelayan yang ada disekitar perairan tersebut, mengingat tidak adanya pengawasan yang dilakukan secara terus menerus. Disamping itu, pembatasan jumlah penangkapan ini akan berdampak pada jumlah alat tangkap yang dipergunakan di wilayah tertentu dan jumlah nelayan yang akan melakukan operasi penangkapan. Dengan sistem ini dapat menjamin tidak terjadi over fishing sumber daya perikanan di suatu wilayah perairan tersebut, juga proses rekruitmen dan regenerasi dapat tetap berlangsung secara alamiah dan berkesinambungan.

5.4.2 Sub model kesesuaian lahan

Berdasarkan kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan, maka pengembangan sistem perikanan tangkap berbasis budidaya laut membutuhkan kajian kesesuaian lahan, yaitu yang sesuai untuk fungsi dan peruntukkan budidaya laut yang akan dikembangkan. Potensi sumber daya lahan pengembangan kawasan perikanan budidaya dihitung berdasarkan pada ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha budidaya. Pemahaman terhadap potensi lahan pengembangan budidaya penting untuk dilakukan dalam rangka proses penentuan perencanaan dan pengembangan budidaya, yang meliputi: perencanaan desain, tata letak, teknologi yang akan dikembangkan, komoditas yang diusahakan, target produksi, dan kebutuhan sarana dan prasarana yang akan dibangun. Salah satu tahapan dari pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya adalah pemilihan lokasi site selection. Pemilihan lokasi ini mencakup informasi tentang kondisi biofisik, sosial ekonomi masyarakat dan status sumber daya ikan endemik. Analisis kesesuaian lahan merupakan tahapan penting dalam pemilihan lokasi pengembangan agar sesuai dengan kebutuhan jenis ikan yang akan dikembangkan sehingga meningkatkan keberhasilan proses budidaya dan pengkayaan stok ikan di lokasi tersebut. Sesuai dengan tahapan dari pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya culture based fisheseries antara lain pemilihan lokasi site selection, pemilihan jenis species selection dan penentuan ukuran ikan stocking size; De Silva et al 2006. Kajian kesesuaian lahan atau upaya perencanaan penggunaan lahan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui optimasi daya dukung dan manfaat lahan berdasarkan kondisi lahan, potensi, dan sumber daya yang berinteraksi dengan penduduk setempat atau dengan yang lainnya yang menghendaki agar daerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ruang kegiatan di masa yang akan datang. Keadaan ini menunjukkan suatu proses analisis yang menghasilkan optimasi pemanfaatan lahan dan dapat dijadikan masukan untuk proses penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang. Menurut Sitorus 2004, manfaat yang mendasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi nilai ekonominya. Prinsip memprediksi untuk menghasilkan nilai ekonomi wilayah di masa yang akan datang adalah prinsip perencanaan tata ruang. Ketersediaan sumber daya lahan sebagai ruang dimanapun selalu terbatas. Bila pemanfaatan sumber daya lahan tidak distur dan direncanakan dengan baik, maka kemungkinan besar akan terjadi pemborosan manfaat sumber daya lahan, dan lebih jauh lagi akan terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup. Nilai ekonomis yang diharapkan bagi pengembangan wilayah tidak akan tercapai dan yang akan terjadi malah kerusakan lingkungan baik renewable maupun non- renewable yang justru akan menjadi cost yang never ending. Sebaliknya bila ada pengaturan dalam bentuk rencana tata ruang melalui optimasi kegiatan pemanfaatan SDA dan buatan yang ada dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung wilayah, dan memprediksi pemanfaatannya untuk kebutuhan masa yang akan datang akan tercapai sinergi antar berbagai jenis kegiatan pengelolaan SDA, dengan fungsi lokasi, kualitas lingkungan, dan estetika wilayah. Menurut Djakapermana dan Djumantri 2002, pemanfaatan ruang wilayah yang berbasis mengoptimasikan pemanfaatan SDA, buatan dan lingkungan mempunyai tujuan agar terjadi pengembangan wilayah yang terus berlanjut secara berkesinambungan. Sumber daya lahan perikanan budidaya yang masih sangat luas dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, sudah seharusnya dapat dijadikan modal dasar, di samping perlu perumusan strategi yang jitu terhadap setiap aspek yang mempengaruhi usaha perikanan budidaya, untuk terus dibangun dan dikembangkan, utamanya guna membangun daya saing dalam menghadapi era pasar global dan industrialisasi, serta tuntutan pengelolaan sumberdaya perikanan yang lebih bertanggung jawab. Untuk itu, pengembangan perikanan budidaya ke depan harus mampu mendayagunakan besarnya potensi sumberdaya lahan budidaya untuk dapat mendorong dan menghidupkan kegiatan produksi yang berkelanjutan dan berbasis ekonomi rakyat, mendorong dan meningkatkan perolehan devisa negara dari aktivitas ekspor hasil perikanan budidaya, serta mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat di pedesaan. Terkait dengan proses desentralisasi ekonomi, perlu mempersiapkan dan melaksanakan strategi pembangunan perikanan budidaya yang mampu menggerakkan masyarakat pembudidaya ikan di seluruh daerah, agar secara serempak mampu menjadikan potensi sumber daya lahan yang ada menjadi kegiatan ekonomi yang bertumbuh dan didukung dengan upaya penumbuhan prakarsa dan jiwa wirausaha, serta peningkatan kemampuan berusaha di kalangan masyarakat pembudidaya ikan di daerah.

5.4.3 Sub model pemilihan