6 Analisis kelayakan usaha; 7 Analisis kelembagaan
8 Identifikasi elemen sistem integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya; serta
9 Perancangan software Cap-Aquadev.
Gambar 9. Bagan alir proses penelitian Identifikasi elemen sistem pengembangan dimaksudkan untuk
mendapatkan elemen-elemen penting sistem yang digunakan untuk perancangan model integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Permodelan sistem digunakan untuk merumuskan hubungan antara masukan dan keluaran dan memprediksi hasil yang dimungkinkan. Pengumpulan
data digunakan untuk melakukan verifikasi model, yaitu di Lampung Selatan. Perancangan sistem pengambilan keputusan berbasis komputer dimaksudkan
untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang rasional dalam integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya secara cepat dan
efektif.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian, data dikumpulkan melalui studi pustaka dan survei lapang untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Data sekunder
diperoleh dari beberapa literatur dan instansi terkait, baik di daerah maupun di tingkat pusat. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara
mendalam in-depth interview atau dengan bantuan kuesioner terhadap pihak
terkait, seperti nelayan, pelaku usaha budidaya, tenaga kerja yang bergerak pada usaha budidaya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Teknik
pengambilan contoh expert survey dilakukan dengan teknik pengambilan
contoh purposif purposive sampling dengan kriteria mewakili setiap bidang
keahlian sesuai bidang kajian.
3.4. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dengan menggunakan berbagai metode yang tercakup dalam
Model CAP-AQUADEV. Konfigurasi Model CAP-AQUADEV terdiri dari Sub Model Potensi SDI, Sub Model Kesesuaian Lahan Pengembangan Perikanan
Budidaya, Sub Model Pemilihan Teknologi Penangkapan Ikan yang Layak dikembangkan, Sub Model Pemilihan Komoditas Unggulan, Sub Model
Kelayakan Usaha, Sub Model Strategi integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya, Sub Model Kelembagaan pengembangan
perikanan tangkap berbasis budidaya. Tabel 1. Matriks pengambilan dan analisa data penelitian
Tujuan Penelitian Metode
Pengambilan Data Metode Pengolahan dan
Analisa Data 1. Kajian potensi SDI di Lampung Selatan
Survei lapang CPUE dan MSY
2. Kajian kesesuaian lahan pada wilayah pengembangan perikanan tangkap dan
perikanan budidaya di Lampung Selatan. Survei dan
wawancara Pembobotan
3. Kajian teknologi penangkapan ikan yang ideal dikembangkan di Lampung Selatan.
Suvei dan wawancara
OWA 4. Mengidentifikasi dan merumuskan cara
pemilihan komoditas potensial ataupun unggulan perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Suvei dan
wawancara OWA
5. Kelayakan usaha Survei
dan wawancara
NPV, IRR, BC 6. Menyusun tahapan ataupun prioritas kegiatan
pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Questioner AHP 7. Menyusun strategi pengembangan cara
pemberdayaan kelembagaan perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Suvei dan wawancara
FGDM ISM
Kajian Potensi SDI. Metode penelitian yang digunakan adalah survei
deskriptif. Penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan fakta-fakta dan mencari keterangan-keterangan tentang potensi sumber daya perikanan tangkap,
mengidentifiksi permasalahan serta mencari keterkaitan dan hubungan- hubungan, membuat prediksi, mendapatkan pembenaran dan implikasi dari
permasalahan pengelolaan sumberdaya perikanan. Data-data tersebut sebagai landasan untuk menyusun konsep pengelolaan perikanan. Pengelolaan
perikanan pada dasarnya dimaksudkan sebagai upaya untuk: 1
Memperoleh produksi maksimum yang berkelanjutan, dalam arti bahwa keberlanjutan stok alami dapat dipertahankan.
2 Memperoleh keuntungan ekonomi yang maksimum berkesinambungan bagi para pihak pengguna sumberdaya perikanan.
3 Secara sosial mampu meningkatkan kesejahteraan para pihak yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan, terutama nelayan.
Konsep dasar yang mendasari upaya pengelolaan adalah bahwa pemanfaatan sumberdaya harus didasarkan pada sistem dan kapasitas daya
dukung carrying capacity alamiahnya. Besar kecilnya hasil tangkapan
tergantung pada jumlah stok alami yang tersedia di perairan dan kemampuan alamiah dari habitat untuk menghasilkan biomass ikan. Oleh karena itu, upaya
pengelolaan diawali dengan pengkajian stok, agar potensi stok alaminya dapat diketahui. Bahwa analisis akan diawali dengan pengkajian stok sumberdaya yang
hendak dikelola. Pada saat yang sama juga dilakukan pemantauan terhadap upaya penangkapan, terutama untuk memantau apakah sudah terjadi eksploitasi
yang berlebih, dengan melihat hasil tangkapan per upaya CPUE dan ukuran yang tertangkap.
Kajian atau pendugaan potensi sumberdaya ikan menggunakan metode surplus produksi dari Schaefer 1988
dalam FAO 1999, yang mendasarkan pada asumsi bahwa
Catch per Unit Effort CPUE meruipakan fungsi dari f yang bersifat linier dengan rumus :
Sehingga;
Sedangkan:
Keterangan: CPUE :
cacth per unit effort C
: hasil tangkapan f :
effort upaya penangkapan Ci
: jumlah tangkapan periode ke-i MSY :
potensi lestari
Perhitungan nilai CPUE dihitung setelah melakukan standarisasi alat tangkap. Alat tangkap yang dijadikan standar mempunyai nilai faktor daya
tangkap atau Fishing Power Indexs FPI sama dengan 1 satu.
Berdasarkan hasil kajian stok dan pemantauan tersebut, dengan memperhatikan aspek resiko yang mungkin timbul dan aspek lingkungan
ekologi, sosial ekonomi dan budaya, maka akan dapat dibuat suatu peraturan perikanan, terutama terkait dengan pengaturan upaya penangkapan jenis alat,
jumlah alat, waktu dan lokasi dan pengaturan hasil tangkapan ukuran yang boleh ditangkap dan jumlah atau kuota.
Kajian Potensi Budidaya Laut. Analisis pengembangan Budidaya Laut di
Lampung Selatan diawali dengan studi keadaan umum dan potensi perikanan khususnya di seluruh wilayah Lampung Selatan, dan selanjutnya dirinci, terutama
yang berhubungan dengan potensi lahan pengembangan dari komoditi perikanan laut dan kesinambungan usaha perikanan budidaya laut, gambaran tentang
usaha perikanan budidaya laut yang telah ada dan berkembang, serta teknologi pembudidayaan yang digunakan.
Perumusan Cara Pemilihan teknologi penangkapan ikan yang layak dikembangkan dan prioritas komoditas potensial dan produk unggulan.
Penentuan teknologi penangkapan ikan dan prioritas komoditas potensial merupakan proses yang sangat penting mengingat keberadaan teknologi
penangkapan ikan dan komoditas dalam integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya dapat menjadi penentu keberlangsungan
integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Di dalam penentuan jenis teknologi penangkapan ikan dan komoditas
potensial untuk integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya di wilayah Lampung Selatan didasarkan pada beberapa kriteria.
Menurut Monintja 2000 kriteria untuk teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan adalah sebagai berikut: 1 selektivitas tinggi, 2 tidak destruktif
terhadap habitat, 3 tidak membahayakan nelayan operator, 4 menghasilkan ikan bermutu baik, 5 produk tidak membahayakan konsumen, 6 minimum hasil
tangkapan yang terbuang, 7 dampak minimum terhadap keanekaragaman sumberdaya hayati, 8 tidak menangkap spesies yang di lindungi atau terancam
punah. Sedangkan kriteria yang diperlukan dalam pemilihan komoditi potensial yang akan dikembangkan, diantaranya berupa nilai ekonomis komoditas,
peluang diversifikasi komoditas serta kelayakan budidaya kesesuaian lahan. Pembobotan untuk masing-masing kriteria menggunakan metode OWA
Operator. Pemilihan prioritas alternatif ditentukan dengan metode Evaluasi Pilihan Bebas
Independent Preference Evaluation atau IPE dengan kaidah Fuzzy Group Decision Making FGDM. Sebagai alternatif, akan dipilih beberapa
jenis ikan berdasarkan rataan volume produksi selama sepuluh tahun terakhir. Responden menilai setiap kriteria atau alternatif dengan skala Paling Rendah
PR, Sangat Rendah SR, Rendah R, Sedang S, Tinggi T, Sangat Tinggi ST, dan P Paling Tinggi atau
Perfect. Pemilihan produk budidaya laut berpedoman pada pilihan parameter-
parameter dari setiap kriteria penentuan produk unggulan, di antaranya berdasarkan kelayakan komoditas, ketersediaan dan tingkat kemudahan
teknologi, nilai ekonomis, peluang pasar, penyerapan tenaga kerja, dampak ganda terhadap sektor lain, dampak terhadap lingkungan, dan kondisi budidaya
laut saat sekarang. Pembobotan untuk masing-masing kriteria menggunakan metode OWA
Operator. Pemilihan prioritas alternatif digunakan metode Evaluasi Pilihan Bebas atau IPE dengan kaidah FGDM. Responden menilai setiap kriteria atau alternatif
dengan skala Paling Rendah PR, Sangat Rendah SR, Rendah R, Sedang S, Tinggi T, Sangat Tinggi ST, dan P Paling Tinggi atau
Perfect.
Perumusan Kelayakan Investasi. Dengan melihat manfaat finansial dan
ekonomi dari integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan
budidaya di Kabupaten Lampung Selatan, maka dilakukan studi kelayakan atas investasi yang ditanamkan. Dalam rangka mencari usuran menyeluruh tentang
manfaat investasi digunakan berbagai macam kriteria investasi yang dinyatakan dengan indeks. Indeks-indeks tersebut disebut sebagai “kriteria investasi”, di
mana setiap indeks menggunakan nilai kini present value yang telah didiskonto
dari arus manfaat dan biaya selama umur suatu usaha atau investasi. Penilaian atas suatu investasi dilakukan dengan membandingkan semua
penerimaan yang diperoleh akibat investasi tersebut dengan semua pengeluaran yang harus dikorbankan selama proses investasi dilaksanakan. Baik penerimaan
maupun pengeluaran dinyatakan dalam bentuk uang agar dapat dibandingkan dan harus dihitung pada waktu yang sama. Dalam analisis ini akan dikembalikan
pada nilai kini present value. Karena baik penerimaan maupun pengeluaran
berjalan bertahap, maka terjadi arus pengeluaran dan penerimaan yang dinyatakan dalam bentuk arus tunai
cash flow. Kriteria yang akan digunakan dalam studi kelayakan pada penelitian ini
didasarkan pada analisis biaya manfaat baik secara finansial maupun ekonomi. Kriteria-kriteria yang digunakan adalah:
1 Net Present Value NPV
Kriteria ini digunakan untuk menilai manfaat investasi yang merupakan jumlah nilai kini dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam rupiah. Rumus untuk
menghitung NPV adalah:
Atau
Keterangan: NB :
Net Benefit Benefit – Cost. B : Benefit yang telah di-
discount. C :
Cost yang di-discount. i :
Discount factor. n : Waktu tahun.
Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan NPV adalah:
• Jika NPV 0, berarti investasi dinyatakan menguntungkan atau layak untuk dilakukan.
• Jika NPV 0, berarti investasi dinyatakan tidak menguntungkan atau tidak layak untuk dilaksanakan.
• Jika NPV = 0, maka investasi pada proyek tersebut hanya mengembalikan manfaat yang persis sama dengan tingkat
social opportunity cost of capital SOCC.
2 Internal Rate of Return IRR
IRR atau internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang
menghasilkan net present value sama dengan nol. IRR merupakan suku bunga
maksimal untuk sampai kepada NPV bernilai sama dengan nol, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Oleh karena itu juga dianggap sebagai tingkat
keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Asal setiap manfaat yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan
mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Rumus untuk menghitung IRR adalah:
Keterangan: i
1
: tingkat discount rate yang dihasilkan NPV
1
. i
2
: tingkat discount rate yang dihasilkan NPV
2
. Proyek atau investasi dikatakan layak bila IRR dari tingkat bunga berlaku.
Sehingga bila IRR ternyata sama dengan tingkat bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol. Jika IRR dari tingkat bunga
yang berlaku, maka berarti nilai NPV 0, berarti proyek tidak layak.
3 Benefit Cost Ratio BC Rasio
Benefit Cost Ratio BC Rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan kotor dan total biaya produksi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Net BC adalah:
Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan perbandingan antara pendapatan kotor dan biaya produksi adalah:
1 jika BC Ratio 1, layak diterima; 2 jika BC Ratio 1, tidak layak diterima.
Perumusan Analisis Strategi Integrasi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya. Strategi integrasi pengembangan perikanan
tangkap dan perikanan budidaya dirumuskan dengan teknik pengambilan keputusan
Analytical Hierarchy Process. Penyusunan strategi pada penelitian dapat dilakukan di tahap awal. Penyusunan strategi pada penelitian dapat
dilakukan di tahap awal fase identifikasi atau di akhir fase setelah kelayakan dalam integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Dengan kata lain penyusunan strategi dapat bersifat kualitatif maupun deskriptif analitik.
Fokus hirarki ini adalah Strategi Integrasi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya. Hirarki berikutnya merupakan faktor yang
berpengaruh dalam pengembangan, yaitu 1 SDI, 2 potensi lahan budidaya laut, 3 SDM, 4 teknologi; 5 permodalan, 6 pasar, 7 kebijakan pemerintah,
8 sarana dan prasarana, 9 informasi, dan 10 kelembagaan. Struktur dibawahnya adalah tujuan pengembangan, yaitu 1 peningkatan produksi ikan,
2 perluasan lapangan kerja, 3 perluasan kesempatan berusaha, 4 peningkatan pendapatan daerah, 5 peningkatan pertumbuhan ekonomi, 6
peningkatan konsumsi ikan. Alternatif strategi yang ditawarkan dalam pengembangan budidaya laut adalah 1 optimalisasi perikanan budidaya, 2
optimalisasi perikanan tangkap, 3 pengelolaan perikanan tangkap berbasis perikanan budidaya.
Proses penentuan alternatif kebijakan integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Lampung Selatan menggunakan aplikasi
pendekatan proses hierarki analitik analytical hierarchy process-AHP. Kriteria
untuk alternatif pengelolaan budidaya laut di Lampung Selatan adalah sebagai berikut:
1 Aspek hukum; yaitu ditinjau dari aspek hukum, kebijakan yang di ambil tidak bertentangan dengan hukum.
2 Aspek ekonomi; dari aspek ekonomi kebijakan yang di ambil bersifat menguntungkan.
3 Aspek ekologis lingkungan; dari aspek ekologis kebijakan yang di ambil tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya.
4 Aspek teknis; dari aspek teknis kebijakan yang di ambil bersifat secara teknis efektif digunakan.
5 Aspek sosial; dari aspek sosial kebijakan yang di ambil dapat diterima masyarakat nelayan.
Proses hierarki analitik analytical hierarchy process-AHP dirancang
untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu, melalui suatu prosedur yang di desain untuk
sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. Analisis ini merupakan suatu pendekatan analisis yang bertujuan untuk membuat suatu
model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, dan biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur, maupun masalah-masalah
yang memerlukan pendapat judgement maupun pada situasi yang kompleks
atau tidak berkerangka, pada situasi di mana data dan informasi statistik sangat minim atau tidak sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh
persepsi, pengalaman atau intuisi. AHP juga banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumber
daya, dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik Saaty, 1993 dan Marimin, 2004.
AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, di mana pengambil keputusan berusaha memahami
suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan Saaty, 1993.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta
menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel di beri nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara
relatif dibandingkan dengan variabel dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel
yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut Marimin, 2004. AHP dan analisa kelayakan usaha sangat baik
digunakan dalam pengambilan keputusan termasuk dalam menentukan jenis
perlakuan terhadap lingkungan budidaya Jadwiga, 2008. Selain itu model atau software sudah lazim digunakan dalam penentuan prioritas untuk
memaksimalkan keuntungan atau efisiensi dari dua kegiatan perikanan atau lebih yang berlangsung pada waktu atau lokasi yang sama Morten et al, 2009.
Seperti penelitian Pascoe and Mardle 2001, yang menyatakan bahwa untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi dan menjagakestabilan pekerja dilakukan
analisis menggunakan bioekonomi model. Menurut Saaty 1993, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan
dengan analisis logis eksplisit, yaitu:
1 Prinsip menyusun hirarki
Pada bagian ini mencakup pertimbangan-pertimbangan ataupun langkah- langkah menuju suatu keputusan yang akan diambil. Sasaran utama yang
merupakan suatu tujuan, disusun ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya lagi, dan
seterusnya secara hierarki. Sehingga persoalan yang sangat kompleks dipecah menjadi bagian-bagiannya sehingga memudahkan pengambilan keputusan.
2 Prinsip menetapkan prioritas
Untuk menetapkan prioritas perlu dilakukan perbandingan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya, sehingga dapat ditentukan peringkat elemen-
elemen menurut relatif pentingnya.
3 Prinsip konsistensi logis
Pada prinsip ini harus konsisten terhadap pilihan yang telah diputuskan, dan elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten
dengan kriteria yang logis. Langkah-langkah dalam metode AHP menurut Saaty 1993 adalah:
1 Mendefinisikan permasalahan dan pemecahan masalah yang diinginkan. 2
Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh. Pada tingkat puncak dari suatu hierarki disebut fokus yang
terdiri atas hanya satu elemen. Fokus merupakan sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Pada tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat
memiliki beberapa elemen. Elemen-elemen dalam tingkat harus dari derajat besaran yang sama. Tingkat terendah terdiri atas berbagai tindakan akhir
atau rencana-rencana alternatif, yang bisa memberikan kontribusi secara positif ataupun negatif bagi pencapaian sasaran utama melalui
pengaruhnya pada berbagai kriteria yang ada diantara kedua tingkat tersebut.
3 Menyusun matriks banding berpasangan. Dari matriks banding
berpasangan dapat diketahui pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh terhadap fokus. Perbandingan
berpasangan yang pertama dilakukan pada fokus dan elemen satu tingkat dibawahnya.
4 Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah 3.
5 Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang
diagonal utama. Angka pada skala banding berpasangan digunakan bila baris lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus dibanding kolom,
maka digunakan angka kebalikannya. Bila membandingkan suatu elemen dalam matriks dengan elemen itu sendiri, perbandingan itu harus memberi
bilangan 1, maka diagonal matriks diisi dengan bilangan-bilangan 1. Melaksanakan langkah 3,4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hierarki. 6
Sintesis berbagai pertimbangan untuk memperoleh suatu taksiran menyeluruh dari prioritas relatis. Nilai-nilai dalam setiap kolom dijumlahkan
lalu membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi, yang
memungkinkan pembandingan antar elemen yang bermakna. Kemudian merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai dalam
setiap baris dari matriks yang dinormalisasi dan membaginya dengan banyaknya entri dari setiap matriks untuk mendapat Vektor Prioritas VP.
Saaty 1993 mengatakan bahwa proses pada AHP adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai intreraksi-interaksi suatu sistem
sebagai suatu keseluruhan. Dalam penilaian AHP dan pengisian matriks banding berpasangan menggunakan nilai skala banding berpasangan Tabel 2.
Pengisian matriks hanya dapat dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
Tabel 2. Nilai skala banding berpasangan Intensitas
pentingnya Definisi
Penjelasan 1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu lebih
sedikit penting dari elemen yang lain
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas
elemen yang lain
5 Elemen yang satu sangat
penting dari elemen yang lain
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen yang lain
7 Satu elemen jelas lebih
penting dari elemen yang lain
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam
praktek
9 Satu elemen mutlak lebih
penting dari elemen yang lain
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas elemen yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua
pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty 1993 Prinsip penilaian pada AHP bila terdapat m kriteria yang dibandingkan,
maka harus dihasilkan m matriks, setiap sel c
ij
mempunyai karakteristik sedemikian sehingga ;
Atau Jika C1, C2, …,Cn adalah elemen yang akan dibandingkan, dan n adalah jumlah
elemen yang akan dibandingkan Tabel 3. Tabel 3. Matriks elemen
C1 C2
….. Cn
C1 1
a12 ….
A1n C2
1a12 1
….. A2n
….. …..
…. 1
…. Cn
1a1n 1a2n
….. 1
Analisis selanjutnya adalah menghitung nilai-nilai yang telah dihitung dari setiap matriks untuk mendapatkan vektor prioritas VP. Selain itu juga dilakukan
sintesis berbagai pertimbangan dan mendapatkan nilai konsistensi. Tabel 4. Menjumlahkan nilai dalam setiap kolom, matriks normalisasi dan vektor
prioritas C1
C2 …
Cn Matriks Normalisasi
VP C1
1 A12
… A1n
1J1 A12J2
… A1nJn
P1 C2
1a12 1
… A2n
A21J1 1J2
… A2nJn
P2 …
… …
1 ….
… …
… ….
… Cn
1a1n 1a2n
… 1
An1J1 An2J2
… 1Jn
pn Σ
J1 J2
… Jn
ΣVP Penghitungan nilai eigen Maks
λ maks dengan rumus :
Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus :
Perhitungan Rasio Konsistensi CR adalah :
Keterangan: RI : Indeks acak random Indeks dari matriks berordo 1 sampai 15 Tabel
Nilai Indeks Acak. CR dikatakan mempunyai tingkat konsistensi yang tinggi dan dapat
dipertanggungjawabkan bila bernilai lebih kecil atau sama dengan 0,1. Hal ini dikarenakan merupakan tolok ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil
perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat Saaty ,1993.
Tabel 5 Nilai indeks acak RI matriks berordo 1 sd 15 N
RI N
RI N
RI 1
0,00 6
1,24 11
1,51 2
0,00 7
1.32 12
1,48 3
0,59 8
1,41 13
1,56 4
0,90 9
1,45 14
1,57 5
1,12 10
1,49 15
1,59 Sumber : Saaty 1993
Saaty 1993 menyatakan bahwa AHP memberi suatu sarana yang berguna untuk menstruktur hierarki, baik untuk perencanaan yang diproyeksikan
deskriptif maupun perencaan ideal normative
.
Perhitungan dengan AHP ini menggunakan bantuan
software expert choice 2000.
Analisis Kelembagaan Integrasi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya. Untuk mengkaji keterkaitanhubungan konsteksual
antar elemen dan sub elemen dalam integrasi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya digunakan metode
Interpretative Structural Modelling ISM. Elemen sistem pengembangan mencakup pelakulembaga yang berperan
dalam pengembangan, kebutuhan untuk pelaksanaan program, kendala program, tolak ukur untuk menilai setiap tujuan, dan aktivitas yang dibutuhkan
guna perencanaan tindakan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan teknik ISM adalah
sebagai berikut Marimin, 2004: 1 Identifikasi elemen: Elemen sistem diidentifikasi dan didaftar. Hal ini dapat
diperoleh melalui penelitian, brainstroming, dan lain-lain.
2 Hubungan konstektual: Sebuah hubungan konstektual antar elemen dibangun, tergantung pada tujuan dari permodelan.
3 Pembuatan matriks interaksi tunggal terstruktur structural self interaction
matrixSSIM. Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. Empat simbol yang digunakan untuk
mewakili tipe hubungan yang ada antara dua elemen dari sistem yang dipertimbangkan adalah:
V : hubungan dari elemen E
i
terhadap E
j
, tidak sebaliknya. A : hubungan dari elemen E
j
terhadap E
i
, tidak sebaliknya. X : hubungan interrelasi antara E
i
dan E
j
dapat sebaliknya. O : menunjukkan bahwa E
i
dan E
j
tidak berkaitan.
4 Pembuatan matriks reachability reachability matrixRM: Sebuah RM yang dipersiapkan kemudian mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah
matriks biner. Aturan-aturan konversi berikut menerapkan: • Jika hubungan E
i
terhadap E
j
= V dalam SSIM, maka elemen E
ij
= 1 dan E
ji
= 0 dalam RM; • Jika hubungan E
i
terhadap E
j
= A dalam SSIM, maka elemen E
ij
= 0 dan E
ji
= 1 dalam RM; • Jika hubungan E
i
terhadapa E
j
= O dalam SSIM, maka elemen E
ij
= 0 dan E
ji
= 0 dalam RM; RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan seluruh
direct dan indirect reachability, yaitu jika E
ij
= 1 dan E
jk
= 1, maka E
ik
= 1. 5 Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasi elemen-elemen dalam
level-level yang berbeda dari struktur ISM. Untuk tujuan ini, dua perangkat diasosiasikan dengan tiap elemen Ei dari sistem:
reachability set Ri, adalah sebuah set dari seluruh elemen yang dapat dicapai dari elemen Ei,
dan antecedent set Ai, adalah sebuah set dari seluruh elemen dimana
elemen Ei dapat dicapai. Pada iterasi pertama seluruh elemen, dimana Ri = Ri
∩ Ai, adalah elemen-elemen level 1. Pada iterasi-iterasi berikutnya elemen-elemen diidentifikasi seperti elemen-elemen level dalam iterasi-
iterasi sebelumnya dihilangkan, dan elemen-elemen baru diseleksi untuk level-level berikutnya dengan menggunakan aturan yang sama.
Selanjutnya, seluruh elemen sistem dikelompokkan ke dalam level-level yang berbeda.
6 Pembuatan matriks canonical: Pengelompokan elemen-lemen dalam level
yang sama mengembangkan matriks ini. Matriks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen triangular yang lebih tinggi adalah 0 dan
terendah 1. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph.
7 Pembuatan Digraph: adalah konsep yang berasal dari directional graph sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan langsung, dan
level hierarki. Digraph awal dipersiapkan dalam basis matriks canonical. digraph awal tersebut selanjutnya dipotong dengan memindahkan semua
komponen yang transitif untuk membentuk digraph akhir. 8 Pembangkitan
Interpretative structural modelling: ISM dibangkitkan dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual. Oleh
sebab itu, ISM memberikan gambaran yang sangat jelas dari elemen- elemen sistem dan alur hubungannya.
3.5 Pendekatan Sistem