diharapkan untuk dapat membangun kerjasama kemitraan antar pembudidaya sejenis guna memperkuat daya saingnya.
Pola UPP dikembangkan dalam rangka membantu masyarakat pembudidaya ikan skala kecil agar memiliki kemampuan teknis dan permodalan,
sehingga dapat meningkatkan daya saingnya. Dalam kaitan itu, maka bagi masyarakat pembudidaya ikan skala kecil diarahkan untuk dapat bergabung
dalam wadah kelompok pembudidaya ikan POKDAKAN. Sebagai wadah pembinaan dan pelayanan pengembangan usaha POKDAKAN, maka pada
setiap kabupaten atau kota agar dibentuk UPP perikanan budidaya.
Pola kemitraan inti plasma diarahkan bagi usaha pembudidayaan ikan skala besar yang mengembangkan kawasan usaha perikanan budidaya dengan
luas hamparan atau volume usahaPola kemitraan inti plasma ini dimaksudkan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui hubungan yang saling
ketergantungan dan saling menguntungkan antara inti dan plasma. Dengan demikian, usaha perikanan budidaya skala besar akan mendapat dukungan dari
usaha perikanan budidaya skala rakyat dalam kemitraan usaha yang saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling menghidupi.
5.4.5 Sub model strategi
Strategi pengembangan merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pemakai stakeholders atau masyarakat di masa depan. Dengan demikian, strategi pengembangan hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Oleh karena itu, di dalam strategi pengembangan, pemerintah harus dapat
memastikan bahwa semua potensi daerah yang ada diarahkan bagi kepentingan mensejahterakan masyarakat. Di samping itu, terjadinya akselerasi pemanfaatan
potensi daerah harus tetap mempertimbangkan perubahan pola msyarakat, dan hal ini memerlukan kompetensi inti core competencies. Pemerintah daerah
nampaknya harus mencari kompetensi inti ini sehingga pemanfaatan potensi daerah dapat tercapai sesuai arah dan strategi pengembangannya, mengingat
tidak mudah untuk mengetahui potensi daerah.
Melalui analisis yang merupakan implementasi dari sub model strategi teridentifikasi faktor-faktor determinatif yang mempengaruhi pengembangan
perikanan tangkap berbasis budidaya, prioritas tujuan yang hendak dicapai dan
alternatif strategi yang harus dijalankan untuk pencapaian tujuan tersebut. Prioritas utama alternatif strategi pengembangan perikanan tangkap berbasis
budidaya adalah optimalisasi dalam pemanfaatan potensi SDI dan budidaya laut, diikuti dengan memperkuat perikanan tangkap dan budidaya yang ada. Prioritas
keputusan ini dapat dipahami bahwa pemanfaatan secara optimal dan lestari potensi SDI dan budidaya laut merupakan upaya mendayagunakan sumber daya
perikanan dengan memperhitungkan potensi dan daya dukung wilayah perairan untuk mendapatkan keuntungan tanpa merusak lingkungan dan kelangsungan
jenis hayati lainnya.
1 Optimalisasi Perikanan Budidaya
Hasil analisis kesesuaian lokasi perikanan budidaya menunjukkan bahwa terdapat dua lokasi pengembangan perikanan budidaya yang dinyatakan layak
yaitu Pulau Puhawang dan Pulau Tanjung Putus. Kedua lokasi tersebut adalah lokasi yang sudah terdapat kegiatan perikanan budidaya dengan Karamba Jaring
Apung, sehingga optimalisasi perikanan budidaya yang perlu dilaksanakan lebih banyak pada penataan dan pengendalian lingkungan budidaya. Pada
perkembanganya pembudidaya di lokasi ini banyak yang mengalami kegagalan usaha akibat adanya kematian dan penurunan pertumbuhan ikan yang dipelihara.
Kematian dan penurunan pertumbuhan ikan yang dipelihara pada suatu lokasi dapat disebabkan oleh serangan hama-penyakit ikan dan penurunan mutu
lingkungan budidaya. Serangan hama-penyakit ikan akan meningkat seiring dengan penurunan mutu lingkungan budidaya. Penurunan mutu lingkungan
budidaya dapat disebabkan oleh aktivitas lain disekitar lokasi budidaya dan dari limbah kegiatan budidaya itu sendiri yaitu dari sisa pakan, sisa metabolisme ikan,
limbah obat ikan dan bahan kimia yang digunakan serta limbah domestik pembudidaya yang tinggal dan menjaga KJA.
Untuk itu optimalisasi pengembangan perikanan budidaya di kedua lokasi yang dinyatakan layak di atas adalah pengaturan tata letak dan jarak antar unit
KJA serta pengendalian lingkungan budidaya. Pengaturan tata letak dan jaraka antar unit KJA sangat ditentukan oleh pola arus dan kedalaman perairan.
Sedangkan pengendalian lingkungan budidaya dapat dilakukan dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pakan, penggunaan obat ikan dan bahan
kimia yang tepat dan benar, serta pengelolaan limbah domestik pembudidaya yang tinggal dan menjaga KJA.
2 Optimalisasi Perikanan Tangkap
Optimalisasi perikanan tangkap di perairan Lampung Selatan lebih diarahkan pada pengendalian kegiatan penangkapan. Hal ini mengingat
sumberdaya perikanan di perairan Lampung Selatan telah menunjukkan indikasi fully exploited sampai dengan over fishing, hanya kelompok pelagis oseanik
kecil dan ikan demersal yang berada pada kedalaman 200 m yang masih mungkin ditingkatkan upaya penangkapannya. Sehingga untuk optimalisasi
perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan lebih bersifat pada pengendalian upaya penangkapan dan peningkatan armada dan alat tangkap
untuk mencapai perairan yang lebih jauh ke arah lautan lepas atau keluar dari perairan Teluk Lampung.
Upaya pengendalian penangkapan yang dapat dilakukan diantaranya melalui pengatuan alat tangkap, lokasi dan waktu penangkapan serta penetapan
kuota. Disamping itu dengan implementasi perikanan tangkap berbasis budidaya maka ketersediaan stok pada lokasi tersebut dapat dikendalikan dan kegiatan
penangkapan sesuai aturan yang disepakati dapat berkelanjutan.
3 Mendorong pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya
Permintaan dan kebutuhan ikan dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai akibat pertambahan penduduk dan perubahan konsumsi masyarakat ke
arah protein hewani yang lebih sehat. Sementara itu pasokan ikan dari hasil penangkapan cenderung semakin berkurang, dengan adanya kecenderungan
semakin meningkatnya gejala kelebihan tangkap dan menurunnya kualitas lingkungan, terutama wilayah perairan tempat ikan memijah, mengasuh dan
membesarkan anak.
Kecenderungan menurunnya peran perikanan tangkap dan tersedianya sumber daya budidaya perikanan yang cukup besar merupakan alasan untuk
lebih mengembangkan perikanan budidaya. Guna mengatasi keadaan ini, maka pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya laut merupakan alternatif
yang cukup memberikan harapan. Kegiatan perikanan tangkap berbasis budidaya berpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di
masa depan, karena peluang produksi perikanan tangkap yang terus menurun.
Di samping itu pula, peran pemerintah untuk memberikan prioritas kepada kegiatan budidaya perikanan laut untuk dikembangkan, serta menjaga kestabilan
dan keberlanjutan produksi ikan dari kegiatan penangkapan. Dengan begitu,
maka produksi budidaya di masa mendatang diproyeksikan akan meningkat dengan harapan agar produksi penangkapan tidak mengalami penurunan.
Pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya penting untuk diperhatikan karena kegiatan budidaya ikan lebih terjamin keberlanjutannya, di
mana penangkapan ikan dapat dikembangkan dengan dukungan utama dari budidaya laut. Sesuai penelitian Baer et al 2007 bahwa penebaran ikan dapat
meningkatkan hasil tangkapan catch per unit effort CPUE, juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang sustainable Hariyanto et al, 2009
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendorong perkembangan perikanan tangkap berbasis budidaya dapat dilakukan melalui: 1 peningkatan
produktivitas, 2 mengurangi atau menghapus sebab-sebab ekonomi biaya tinggi, 3 menentukan batas konsumsi maksimal yang layak, 4 peningkatan
PAD, 5 memperbaiki kualitas SDM, 6 mempertahankan fungsi lingkungan, dan 7 kerjasama antar daerah.
1 Peningkatan produktivitas
Meningkatkan produktivitas bagi kegiatan perikanan tangkap dan budidaya dengan cara menggunakan input tertentu untuk menghasilkan lebih banyak
output. Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa daerah pemerintah bersama seluruh warga masyarakat harus selalu berusaha untuk
meningkatkan jumlah masukan input yang berkualitas yang digunakan dalam setiap kegiatan. Tidak ada artinya kalau input yang digunakan hanya
bertambah tetapi dalam kuantitas saja dan tidak dalam kualitas. 2 Mengurangi sebab-sebab ekonomi biaya tinggi
Ekonomi biaya tinggi, adanya pungutan resmi atau tidak resmi, terjadi dalam setiap kegiatan; tidak hanya dalam bidang produksi dan distribusi perikanan,
tetapi juga dalam bidang konsumsi maupun pelayanan apa saja. Pegawai pemerintah daerah harus terdiri dari orang-orang yang rela berkorban dalam
pelayanan, namun demikian harus pula diimbangi dengan jaminan hidup layak agar tidak melakukan pelanggaran.
3 Menentukan batas konsumsi maksimal yang layak Sifat konsumtif dan materialistis yang dialami setiap masyarakat Indonesia
membuat masyarakat kita tidak pernah mengetahui batas kecukupannya,
sehingga semua orang bekerja keras dan berlomba untuk memenuhi semua kebutuhannya. Padahal kita tahu bahwa macam dan jumlah kebutuhan itu
tidak ada batasnya; sedangkan alat pemuas kebutuhan justru terbatas.
4 Peningakatan PAD
Tidak dapat diingkari bahwa modal dan dana sangat penting bagi ber- hasilnya pengembangan potensi suatu daerah. Namun bukan berarti tanpa
modal kita lalu tidak dapat memanfaatkan potensi daerah sama sekali. Perlu disadari pula bahwa sesungguhnya modal atau dana lebih merupakan faktor
pelengkap dan akibat dari pembangunan serta bukan merupakan sebab dari
pembangunan. Dengan demikian tidak perlu dikhawatirkan bahwa suatu daerah akan menjadi miskin karena PAD nya kecil atau sedikit.
5 Memperbaiki kualitas SDM Yang dimaksud disini adalah SDM yang produktif, efisien dan bermoral.
Harus ada kemauan yang kuat dari manusia di daerah yang bersangkutan untuk membangun, yang akan mendorong masyarakat untuk bekerja keras
dan mau berkorban dan mau melayani.
6 Mempertahankan fungsi lingkungan Lingkungan sebagai sumber bahan mentah yang akan diolah di semua
sektor kegiatan, sebagai sumber kesenangan dan rekreasi, serta sebagai tempat asimilasi limbah secara alami harus terus dipertahankan kualitas
maupun kuantitasnya demi adanya pembangunan yang berkelanjutan sustainable development.
7 Kerjasama antar
daerah Kerjasama antar daerah harus terus digalang demi meningkatkan efisiensi.
Dengan kerjasama daerah diharapkan akan terjadi spesialisasi antar daerah, sehingga efisiensi dapat ditingkatkan bagi semua pihak yang bekerjasama.
Kerjasama ini dapat dalam bentuk perdagangan ataupun tukar-menukar tenaga ahli, atau kerjasama bentuk lainnya.
5.4.6 Sub model kelembagaan