Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

internal dan eksternal, yang memperhatikan aspek sosial masyarakat serta pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh stakeholders perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan meningkatkan kualitas kehidupan melalui hubungan kemitraan.

2.1.2 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Corporate Social Responsibiliy CSR meliputi strategi dan program pengembangan masyarakat. CSR tidak hanya dipahami sebagai filantropi perusahaan, namun juga sebagai bagian dari rekayasa sosial dan strategi perusahaan yang rasional, terencana, dan berorientasi pada pencapaian keuntungan sosial jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat Suharto, 2007. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, CSR tidak hanya bersifat eksternal, namun juga internal. Hal tersebut dinyatakan dengan CSR berusaha untuk mengakomodasi kepentingan internal dan eksternal perusahaan serta perlunya pengintegrasian keseluruhan stakeholders. Stakeholders didefinisikan sebagai seseorang atau organisasi yang mempunyai bagian dari kepentingan pada korporat ataupun memiliki hubungan saling mempengaruhi aktivitas korporat. Pihak-pihak tersebut bisa saja bagian internal maupun eksternal perusahaan yang biasanya diasumsikan oleh komunitas lokal Zainal, 2006. Stakeholders yang dimaksud adalah stakeholders internal dan stakeholders eksternal perusahaan. Green Paper dari Komisi Masyarakat Eropa 2001 sebagaimana dikutip Wibisono 2007 mengemukakan dua dimensi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu internal dan eksternal. Dalam dimensi-dimensi tersebut terdapat beberapa aspek yang masing-masing memiliki stakeholders. Lebih lanjut, Zainal 2006 dan Wibisono 2007 menjelaskan ruang lingkup tanggung jawab sosial suatu perusahaan dalam beberapa aspek. Aspek-aspek yang menjadi fokus adalah manajemen perusahaan, tempat kerja, pasar, lingkungan, dan komunitas lokal. Manajemen perusahaaan yang merupakan bagian dari stakeholders internal hanya terdiri dari karyawan beserta keluarganya. Hal ini dikarenakan, karyawan beserta keluarganya juga merupakan bagian dari entitas sosial masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan, bahkan yang paling dekat, dan mendapat pengaruh secara langsung atas operasi perusahaan. Pemegang saham, direksi dan manajemen profesional dari aspek manajemen perusahaan serta para investor, penyalur, pemasok dan pesaing dari aspek pasar, bukan merupakan bagian dari ruang lingkup CSR, karena mereka lebih pada sisi ekonomi atau fokus pada pencapaian laba semata, bukan aspek sosial. Aspek-aspek tersebut terlingkupi dalam konsep CSR. Stakeholders yang terkait dengan aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. Tiga aktivitas yang digolongkan sebagai kegiatan CSR adalah, 1 di tempat kerja, meliputi keselamatan kerja, bantuan bagi karyawan yang terkena musibah, fasilitas kesehatan, dana pensiun, softloan, pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham, 2 aktivitas sosial, yaitu dengan memberikan beasiswa dan memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan, 3 aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Perusahaan harus ikut menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan produksi yang ramah lingkungan Impresario, 2006. Gambar 2.1. Ruang Lingkup CSR CSR juga dapat disebut sebagai model investasi sosial perusahaan. Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Nigam 1998 melihat melalui perspektif pengembangan masyarakat dalam melakukan praktik bisnis yang mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan sosial. Nigam 1998 memberikan contoh yaitu dengan mengembangkan jaringan bisnis perusahaan melalui program pengembangan masyarakat. Strategi yang dilakukan adalah dengan merekrut masyarakat lokal untuk mengisi pekerjaan dengan tingkat keahlian yang rendah, mengembangkan usaha mikro pendukung aktivitas perusahaan, dan membangun Ruang Lingkup CSR Karyawan dan Keluarganya Tempat Kerja Pasar Lingkungan Komunitas Lokal Internal Eksternal Konsumen Pemerintah, pers, lingkungan hidup Komunitas termasuk masyarakat luas infrastruktur masyarakat. Kesemuanya menguntungkan perusahaan dan masyarakat lokal sekitar perusahaan Nigam, 1998. Strategi tersebut disebut Linking Core Business Activities with Community Development , yang menghubungkan pengembangan masyarakat dengan aktivitas utama bisnis, dapat mengurangi biaya sehingga menjadi sangat efektif. Merekrut masyarakat lokal, membuat penyesuaian dalam perencanaan atau pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mengembangkan penyedia barang dan jasa lokal akan meningkatkan dampak positif pengembangan masyarakat tanpa menaikkan biaya marjinal dalam melaksanakan bisnis. Pandangan perusahaan mengenai CSR sebagai modal investasi perusahaan didukung oleh Wibisono 2007 yang menyatakan bahwa dunia usaha di masa mendatang dapat memandang CSR bukan lagi sebagai sentra biaya cost center melainkan sebagai sentra laba profit center. Menurut Archie B. Caroll dalam Suharto 2007, Tanggung jawab Sosial Perusahaan secara konseptual dipahami sebagai bentuk kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines. Triple Bottom Lines dicetuskan oleh John Elkington yang menekankan economic prosperity, enviromental quality, dan social justice. Perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga harus terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan Impresario, 2006. Triple Bottom Lines tersebut dikenal dengan 3P, yaitu: a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia, khususnya bagi warga sekitar perusahaan. c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.

2.1.3 Paradigma Tanggung Jawab Sosial Perusahaan