Kerangka Pemikiran PENDEKATAN TEORITIS

2.8 Kerangka Pemikiran

Kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia didasari atas UU No.40 tahun 2007, pasal 74. Upaya tanggung jawab sosial tersebut merupakan bagian dari sinergitas antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mewujudkan rumusan MDGs. Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan didasari atas beberapa prinsip yang disebut triple bottom lines. Konsep tersebut meliputi tangung jawab perusahaan untuk mendapatkan laba Profit, tanggung jawab terhadap kesejahteraan manusia People, dan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup Planet. Setiap perusahaan memiliki kebijaksanaan tersendiri dalam memenuhi kewajiban tersebut. Kebijaksanaan ini berkaitan dengan paradigma yang akan dianut perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Terdapat tiga paradigma yang dianut perusahaan, yaitu charity, philantrophy, dan corporate citizenship. Masing-masing memiliki perbedaan dan konsep-konsep yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Kebijaksanaan perusahaan akan menentukan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan. Bentuk-bentuk yang beragam program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, diharapkan tepat sasaran, bermanfaat, efisien, dan efektif baik bagi stakeholders perusahaan, khususnya masyarakat dan perusahaan itu sendiri. PT Jamsostek Persero Cabang Semarang melaksanakan program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Keberlanjutan program ini adalah dengan menyalurkan lulusan pelatihan kepada beberapa perusahaan garmen di sekitar Kota Semarang, untuk dijadikan karyawan atau buruh garmen. Pelaksanaan program pelatihan ini melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang dan LPK ASA Group Semarang. Program ini bertujuan untuk mengurangi pengangguran di wilayah Kota Semarang dengan mempersiapkan tenaga kerja siap pakai, khususnya di bidang garmen. Evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta pelatihan dan melihat seberapa besar kepuasan kerja dan produktivitas lulusan pelatihan di perusahaaan dimana ia bekerja. Perubahan perilaku peserta Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dipengaruhi oleh karakteristik individu peserta pelatihan yang mencakup usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja sebelum mengikuti pelatihan, dan motivasi mengikuti pelatihan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor keragaan pelatihan yang meliputi instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan. Hal-hal tersebut merupakan input dan proses pelatihan yang akan mempengaruhi perubahan perilaku pelatihan. Output pelatihan berupa perubahan perilaku pelatihan sesudah pelatihan, yang menunjukkan kemampuan mereka menggunakan Mesin Jahit High Speed dan memahami materi pelatihan. Outcome pelatihan berupa penempatan kerja yang akan menghasilkan perubahan perilaku setelah bekerja. Selanjutnya akan dilihat effect program pelatihan terhadap produktivitas kerja di perusahaan dan hubungannya dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja diukur dari pekerjaan, kompensasi, kondisi kerja, hubungan antar pribadi. Produktivitas dilihat dari kualitas dan kemampuan kerja dalam menghasilkan barang atau jasa, yang dapat dilihat dengan menilai apakah peserta pelatihan dari suatu sistem pelatihan menunjukkan kewajiban dan tugas pekerjaan mereka dengan profisiensi yang dapat diterima following up graduates di tempat mereka bekerja. Produktivitas kerja dinilai oleh supervisor. Konsep input, output, outcome, dan effect yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan gabungan konsep yang dikemukaan oleh Departemen Pertanian 1990 dan konsep yang dikemukakan oleh Depperindag 2007. Konsep berpikir yang telah diuraikan sebelumnya disajikan dalam gambar kerangka pemikiran sebagai berikut : EFFECT Keterangan : Mempengaruhi Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Jamsostek Persero KARAKTERISTIK INDIVIDU a. Usia b. Status Perkawinan c. Pengalaman Kerja d. Latar Belakang Pendidikan e. Motivasi Mengikuti Pelatihan KERAGAAN PELATIHAN a. Instruktur atau Pelatih b. Fasilitas Pelatihan c. Materi Pelatihan d. Metode Pelatihan OUTPUT Perubahan Perilaku Sesudah Pelatihan OUTCOME: Perubahan Perilaku Setelah Bekerja KEPUASAN KERJA a. Pekerjaan b. Kompensasi c. Kondisi Kerja d. Hubungan antar pribadi PRODUKTIVITAS KERJA KEBIJAKSANAAN DAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK

2.9 Hipotesis Kerja

1. Perubahan perilaku peserta pelatihan sesudah pelatihan output dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan motivasi mengikuti pelatihan dan keragaan pelatihan instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan. 2. Perubahan perilaku peserta pelatihan setelah bekerja outcome dipengaruhi oleh perubahan perilaku peserta pelatihan sesudah pelatihan output. 3. Produktivitas kerja effect dipengaruhi oleh perubahan perilaku peserta pelatihan setelah bekerja outcome, dan dipengaruhi oleh kepuasan kerja.

2.10 Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional dari konsep-konsep yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Karakteristik individu adalah ciri-ciri pribadi individu peserta Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed yang dapat menggambarkan keadaan para peserta pelatihan. Karaketeristik individu dalam penelitian ini mencakup usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan motivasi mengikuti pelatihan. 1. Usia adalah lama waktu hidup peserta pelatihan sejak dilahirkan sampai pada saat pelatihan dilaksanakan, diukur dalam tahun. Dikategorikan menjadi : • Muda 18-20 tahun, diberi skor 1 • Dewasa 21-24 tahun, diberi skor 2 2. Status Perkawinan adalah keterangan diri mengenai perkawinan peserta pelatihan saat pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi Belum Menikah 1 dan Menikah 2. 3. Latar belakang pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh responden pada saat pelatihan dilaksanakan. Dikategorikan menjadi: • SLTP sederajat diberi skor 1 • SLTAsederajat diberi skor 2 4. Pengalaman Kerja adalah aktivitas ekonomi yang sedang atau pernah dilakukan responden pada saat sebelum pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi : • Tidak Bekerja diberi skor 1 • Bekerja Non Garmen diberi skor 2 • Bekerja di Garmen diberi skor 3 5. Motivasi adalah kebutuhan yang dirasakan seseorang yang mendorongnya mengikuti Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed. Dikategorikan menjadi : • Menambah Keterampilan diberi skor 1 • Mendapat Pekerjaan diberi skor 2