Pelatihan dan Evaluasi Pelatihan

3. Evaluasi Outcome Segala sesuatu yang mencerminkan keluaran output dari kegiatan- kegiatan dalam satu program disebut dengan outcome. Outcome biasanya diukur setelah beberapa saat tertentu, tergantung kepada jenis kegiatan yang dijalankan. Evaluasi outcome adalah penilaian terhadap hasil yang mencerminkan output program.

2.3 Pelatihan dan Evaluasi Pelatihan

Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok selalu dituntut untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan, yaitu didapatnya kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara lain melalui kegiatan pelatihan. Pelatihan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu training. Kata “latihan” yang selama ini sering digunakan sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu exercise. Exercise atau “latihan” merupakan salah satu metode pengajaran, sehingga latihan sebenarnya tidak sama dengan pelatihan, karena pelatihan bermakna lebih dari sekedar latihan. Metode latihan bisa merupakan salah satu metode yang dipakai dalam suatu pelatihan. Menurut Inpres Nomor 15 tahun 1974 tentang Pelaksanaan Keppres Nomor 34 tahun 1972: Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktik daripada teori. Hickerson dan Middleton 1975 secara sederhana mendefinisikan Pelatihan sebagai proses belajar yang dirancang untuk merubah penampilan atau keragaan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, Pelatihan adalah suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dari sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat bekerja. Tracey 1977 mengemukakan beberapa komponen yang perlu dievaluasi dalam pelatihan. Konponen-komponen tersebut adalah: 1 Peserta Pelatihan; 2 Instruktur atau Pelatih; 3 Isi; 4 Urutan dan Alokasi Waktu; 5 Strategi, dan6 Materi, Alat, dan Fasilitas Pelatihan. Leagans 1961 sebagaimana dikutip Purba 2006, mengemukakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Fasilitas Pelatihan Hamalik 2001 sebagaimana dikutip Wahyudi 2006 menyatakan bahwa fasilitas pelatihan merupakan bagian dari program pelatihan yang perlu disiapkan oleh tenaga yang berwenang dengan bantuan tenaga ahli di bidangnya. Komponen-komponen yang berasal dari fasilitas fisik yang mempengaruhi efisiensi belajar seperti yang dinyatakan oleh Padmowihardjo 1994 sebagaimana dikutip Komalasari 2003 yaitu alat bantu pelatihan, alat peraga, ruangan dan perlengkapan, dan sarana mobilitas. b. Pelatih Salah satu unsur program pelatihan yang menentukan efektivitas pelatihan adalah pelatih instruktur. Pelatih memegang peranan yang penting karena pelatih yang akan membantu peserta pelatihan untuk menambah pengetahuan, merubah perilaku menjadi produktif dan meningkatkan kecakapan serta keterampilan mereka melalui kegiatan pelatihan. Pelatih harus dapat membuat peserta dapat saling berinteraksi dengan baik atau membuat terjadinya proses komunikasi banyak arah, bukan satu arah Purba, 2006. c. Materi pelatihan Komponen-komponen yang berasal dari materi pelatihan yang mempengaruhi efisiensi belajar dalam pelatihan adalah : banyaknya materi pelatihan; besarnya materi pelatihan; urutan mata ajaran; kualitas materi pelatihan, kegunaan materi pelatihan, dan pengorganisasian materi pelatihan Padmowihardjo, 1994 sebagaimana dikutip Komalasari, 2003. d. Metode Metode adalah cara-cara atau prosedur yang digunakan fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan seluruh sistem untuk mencapai suatu tujuan. Karakteristik peserta pelatihan seperti jenjang pendidikan, pekerjaan, pengalaman bekerja, motivasi dan minat pribadi mempengaruhi aspek moral, intelektual tingkat berpikir dan pengetahuan. Padmowihardjo 1994 sebagaimana dikutip Komalasari 2003 menjelaskan mengenai berbagai sifat peserta yang menentukan efektifitas belajar dalam pelatihan. Sifat-sifat tersebut antara lain : bakat; kematangan mental; kematangan fisik; sikap mental; kesehatan; umur dan kelamin. Berdasarkan uraian tersebut, karakteristik lulusan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed yang diduga berpengaruh terhadap dampak pelatihan adalah umur, pendidikan, pekerjaan atau pengalaman bekerja yang dilihat sebagai latar belakang pekerjaan, motivasi, dan ditambahkan juga status pernikahan. Lebih lanjut Tracey 1977 menjelaskan tentang Following Up Graduates yang digunakan untuk melihat apakah peserta pelatihan dari suatu sistem pelatihan menunjukkan kewajiban dan tugas pekerjaan mereka dengan profisiensi yang dapat diterima. Follow Up sangat penting bagi peserta pelatihan, instruktur atau pelatih, perancang sistem, manager pelatihan, dan manajemen lini. Untuk mengumpulkan data Follow Up dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara pertama adalah dengan On-site Follow Up yang dilakukan mengobservasi dan mewawancarai lulusan pelatihan, supervisor dan pihak manajemen. Cara kedua adalah dengan meminta laporan dari supervisor operasional. Cara ketiga dilakukan dengan survei melalui kuesioner.

2.4 Perubahan Perilaku