Hipotesis Kerja Definisi Operasional

1. Usia adalah lama waktu hidup peserta pelatihan sejak dilahirkan sampai pada saat pelatihan dilaksanakan, diukur dalam tahun. Dikategorikan menjadi : • Muda 18-20 tahun, diberi skor 1 • Dewasa 21-24 tahun, diberi skor 2 2. Status Perkawinan adalah keterangan diri mengenai perkawinan peserta pelatihan saat pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi Belum Menikah 1 dan Menikah 2. 3. Latar belakang pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh responden pada saat pelatihan dilaksanakan. Dikategorikan menjadi: • SLTP sederajat diberi skor 1 • SLTAsederajat diberi skor 2 4. Pengalaman Kerja adalah aktivitas ekonomi yang sedang atau pernah dilakukan responden pada saat sebelum pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi : • Tidak Bekerja diberi skor 1 • Bekerja Non Garmen diberi skor 2 • Bekerja di Garmen diberi skor 3 5. Motivasi adalah kebutuhan yang dirasakan seseorang yang mendorongnya mengikuti Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed. Dikategorikan menjadi : • Menambah Keterampilan diberi skor 1 • Mendapat Pekerjaan diberi skor 2 • Menambah Keterampilan dan Mendapat Pekerjaan diberi skor 3 6. Keragaan Pelatihan adalah komponen-komponen yang terdapat dalam pelatihan instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan. Diukur dengan memberikan pertanyaan mengenai penilaian peserta pelatihan terhadap keragaan pelatihan, mulai dari “sangat setuju” dengan skor 4, “setuju” dengan skor 3, “tidak setuju” dengan skor 2, dan “sangat tidak setuju” dengan skor 1. a. Instruktur atau Pelatih adalah orang yang menyampaikan materi kepada peserta pelatihan, dinilai melalui: penguasaan dan penyampaian materi, kemampuan mengajar, dan kemampuan menjalin komunikasi dengan peserta. Diukur dengan memberikan empat pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi : • Tidak Mampu, apabila skor responden 4-9 • Mampu, apabila skor responden 10-16 b. Fasilitas Pelatihan : tingkat kelayakan pakai, dan kelengkapan alat dan bahan pelatihan. Tingkat ketersediaan fasilitas diukur melalui skor penilaian peserta pelatihan tentang kelengkapan dan kondisi alat dan bahan pelatihan, dan suasana ruang. Diukur dengan memberikan tiga pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 12 dan skor minimum adalah 3. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi : • Tidak Lengkap dan Tidak Layak, apabila skor responden 3-7 • Lengkap dan Layak, apabila skor responden 8-12 • Materi Pelatihan : menyangkut relevansi materi yang dilihat berdasarkan pernyataan peserta pelatihan terhadap kesesuaian materi yang diberikan dalam pelatihan dengan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai. Diukur dengan memberikan empat pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi : • Tidak Relevan, apabila skor responden 4-10 • Relevan, apabila skor responden 11-16 • Metode Pelatihan: relevansi dan pelaksanaan cara atau teknik yang digunakan dalam penyampaian materi pelatihan. Diukur dengan memberikan skor penilaian peserta terhadap kesesuaian materi serta pelaksanaan metode pelatihan. Diberikan dua pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1- 4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 8 dan skor minimum adalah 2. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi : • Tidak Relevan, apabila skor responden 2-5 • Relevan, apabila skor responden 6-8 7. Perubahan Perilaku adalah perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik recall kepada lulusan pelatihan, dengan hanya mengukur perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan. Perubahan perilaku sesudah pelatihan merupakan output pelatihan. Perubahan perilaku setelah bekerja merupakan outcome pelatihan. Perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan, dinilai dengan memberikan 10 soal perbandingan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan. Skor maksimum 30 dan skor minimum 0. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi: • Rendah, apabila skor responden 0-14 • Tinggi, apabila skor responden 15-28 Perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan, dinilai dengan memberikan 11 pertanyaan. Skor maksimum 33 dan skor minimum 0. Dengan mengunakan jarak interval sehingga dikategorikan menjadi : • Rendah, apabila skor responden 0-16 • Tinggi, apabila skor responden 17-33 8. Perubahan perilaku setelah bekerja merupakan perubahan dari sejak lulus dari pelatihan dan kemudian bekerja, menurut persepsi lulusan pelatihan. Perubahan tingkat pengetahuan setelah bekerja menurut persepsi lulusan pelatihan, diinilai dengan memberikan 10 soal perbandingan antara pengetahuan sesudah pelatihan dan setelah bekerja. Skor maksimum 30 dan skor minimum -30. Adanya tanda minus menunjukkan penurunan tingkat pengetahuan. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi: • Rendah , apabila skor responden -30-0 • Tinggi, apabila skor responden 1-30 Perubahan tingkat keterampilan setelah bekerja menurut persepsi lulusan pelatihan diinilai dengan memberikan 11 soal perbandingan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan. Skor maksimum 33 dan skor minimum -33. Adanya tanda minus menunjukkan penurunan tingkat keterampilan. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi: • Rendah , apabila skor responden -33-0 • Tinggi, apabila skor responden 1-33 9. Kepuasan Kerja adalah cerminan perasaan pegawai yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaanya yang nampak dalam sikap kepositifan dan kenegatifan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Diukur dengan memberikan pertanyaan mengenai penilaian lulusan pelatihan yang telah bekerja terhadap pekerjaanya, mulai dari “sangat setujusangat puas” dengan skor 4, “setujupuas” dengan skor 3, “tidak setujutidak puas” dengan skor 2, dan “sangat tidak setujusangat tidak puas” dengan skor 1. Diukur dengan memberikan 15 pertanyaan, yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden. Kepuasan kerja tersebut meliputi Pekerjaan, Kompensasi, Kondisi Kerja, dan Hubungan Antar Pribadi. 10. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian, waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan berat ringannya pekerjaan. Diberikan tiga pertanyaan, dengan skor maksimum 12 dan skor minimum 3. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi: • Tidak Puas , apabila skor responden 3-7 • Puas, apabila skor responden 8-12 11. Kompensasi, menyangkut balas jasa yang adil dan layak. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap gaji, tunjangan, asuransi, kesempatan untuk promosi jabatan ataupun penghargaan atas suatu prestasi. Diberikan empat pertanyaan, dengan skor maksimum 16 dan skor minimum 4. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi : • Tidak Puas, apabila skor responden 4-10 • Puas, apabila skor responden 11-16 12. Kondisi kerja adalah suasana dalam lingkungan kerja. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan atau fasilitas kerja dan suasana atau lingkungan kerja. Diberikan dua pertanyaan, dengan skor maksimum 8 dan skor minimum 2. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi : • Tidak Puas , apabila skor responden 2-5 • Puas, apabila skor responden 6-8 13. Hubungan antar pribadi adalah interaksi yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan. Pengukuran dilakukan berdasarkan hubungan antar sesama rekan, menyangkut kedekatan, pemberian semangat dan dorongan sesama rekan kerja. Hubungan dengan atasan atau pimpinan, menyangkut kedekatan, kesempatan untuk memberikan usulidesaran kepada atasan dan apresiasi terhadap usulidesaran yang diberikan. Diberikan lima pertanyaan, dengan skor maksimum 20 dan skor minimum 5. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi : • Tidak Puas, apabila skor responden 5-12 • Puas, apabila skor responden 13-20 14. Produktivitas kerja adalah tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Diukur dengan penilaian supervisor lulusan pelatihan dengan memberikan satu pertanyaan mengenai produktivitas kerja lulusan dibandingkan dengan karyawan lain yang berasal bukan dari pelatihan mulai dari “luar biasa” dengan skor 5, “diatas rata-rata” dengan skor 4, “rata-rata” dengan skor 3, “dibawah rata-rata” dengan skor 2, dan “tidak memuaskan” dengan skor 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif serta didukung oleh data kualitatif. Evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dilakukan pada tahap output, outcome dan effect melalui metode kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. Tujuannya adalah untuk mengamati setiap variabel dan melihat hubungan antar variabel. Kuesioner yang diberikan merupakan kuesioner tertutup dan semi terbuka. Pemberian kuesioner tersebut dilakukan pada tahap input dan pada tahap effect. Pada tahap output dan outcome, digunakan teknik recall, dengan menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner melalui wawancara terbimbing guided interview dilakukan pada tahap effect untuk mengukur produktivitas kerja lulusan pelatihan yang dinilai oleh supervisor . Perbedaan pendekatan penelitian saat mengevaluasi output, outcome dan effect terjadi karena pelatihan berlangsung pada tahun 2006 hingga Mei 2008, sementara pemberian kuesioner berlangsung pada bulan Mei dan Juni 2008, sehingga diperlukan teknik recall. Selain itu, LPK ASA Group sebagai pelaksanan pelatihan, tidak melakukan pre-test maupun post-test kepada peserta pelatihan. Penilaian akhir melalui simulasi tes masuk garmen juga tidak dilakukan berdasarkan standar penilaian yang baku dan tidak tercatat, sehingga recall dilakukan berdasarkan persepsi responden. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan bersifat melengkapi data kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Persero, Cabang Semarang, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebelum menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan media cetak, internet, televisi dan penjajagan awal untuk mendapat informasi-informasi dari narasumber tertentu mengenai perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Lokasi tersebut dipilih karena PT Jamsostek merupakan salah satu BUMN yang melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. PT Jamsostek juga merupakan penerima penghargaan Annual Report Award 2006 , yang salah satu kriteria penilaian Good Corporate Governance adalah dengan mewujudkan tanggung jawab sosial kepada para stakeholders . Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan bulan Juni 2008, rincian kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara mendalam kepada responden dan informan, memberikan kuesioner kepada responden serta dengan melakukan observasi lapang. Observasi lapang dilakukan dengan melakukan pengamatan saat pendaftaran di Disnakertrans Kota Semarang, ketika pelatihan