Berdasarkan Tabel 7.8, diketahui bahwa output pelatihan tidak berhubungan nyata dengan outcome pelatihan. Hal tersebut disebabkan lulusan pelatihan yang telah
bekerja, hanya ditempatkan pada satu bagian khusus dengan satu jenis tugas tertentu. Lulusan pelatihan tidak menggunakan keterampilan yang dimiliki
sepenuhnya sesudah pelatihan, karena mereka hanya menggunakan satu jenis keterampilan untuk satu tugas tertentu. Misalnya, lulusan pelatihan yang bekerja
sebagai operator mesin jahit dan bertugas menjahit bagian lengan saja, tidak akan menggunakan keterampilan yang dimilikinya dalam mengobras atau memasang
kancing. Selain itu, terdapat beberapa perusahaan garmen yang melakukan pelatihan ulang terhadap buruh garmen baru, dan menurut responden, mereka
lebih mudah belajar melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan daripada pelatihan yang dilaksanakan di LPK ASA Group.
“ Diajari maneh mbek Miss Lim kae, wonge apikan banget..ning ra iso ngomong indonesia lancar ngono lho mbak..biasane dikancani mbek mbak Dian.......Nek ngajari tenanan, seko
ASA kae mung ngono-ngono tok, mesinne wae jek sing kuno kae lho mbak...gek mudeng tenan aku bar diajari Miss Lim kae....”ME, 24 tahun
[ Diajari lagi dengan Miss Lim itu, orangnya baik sekali..tapi, tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar gitu lho mbak..biasanya ditemani mbak Dian..Kalau mengajar serius, dari ASA
itu cuma gitu-gitu aja, mesinnya saja masih yang kuno itu lho mbak..aku baru paham sekali setelah diajari Miss Lim itu....”ME, 24 tahun]
“.. Saya itu sampai membuat metode yang berbeda lho mbak...Pelatihan yang pertama dulu, tiap pagi sebelum pelatihan dimulai ya tho..saya kumpulin anak-anak di depan, trus saya
suruh teriak ‘Saya Bisa’ berulang kali mpe 20 menit ada kok. Hasilnya tu beda sama yang ga saya suruh kumpulin di depan...’ lebih OK yang saya kumpulin gitu mbak...”Bapak RZ
7.5 Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya 7.5.1
Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed
Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dalam penelitian ini adalah
kepuasan kerja dan produktivitas kerja lulusan pelatihan yang telah bekerja di suatu perusahaan garmen. Kepuasan kerja adalah cerminan perasaan pegawai
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaannya yang nampak dalam sikap kepositifan dan kenegatifan pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan. Kepuasan kerja dalam penelitian ini dilihat berdasarkan kategori pekerjaan, kompensasi, kondisi kerja dan hubungan antar pribadi. Jumlah dan
persentase kepuasan kerja responden dapat dilihat pada Tabel 7.9
Tabel 7.9 Jumlah dan Persentase Kepuasan Kerja Responden, 2008
Kepuasan Kerja Jumlah orang
Persentase
Pekerjaan Puas 23
76,67 Tinggi
7 23,33
Kompensasi Puas 17
56,67 Tidak Puas
13 43,33
Kondisi Kerja Puas
21 70,00
Tidak Puas 9
30,00 Hubungan Antar
Pribadi Puas
26 86,67
Tidak Puas 4
13,33
Berdasarkan Tabel 7.9, hanya tujuh orang atau sebesar 23,33 persen yang menyatakan ketidakpuasan terhadap pekerjaan mereka. Sebanyak 23 orang
lainnya atau sebesar 76,67 persen menyatakan puas terhadap pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan pelatihan cenderung puas bekerja sesuai dengan
keahlian dan berat ringannya pekerjaan. Lulusan pelatihan juga cenderung puas dengan waktu yang disediakan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kepuasan ini dikarenakan mereka mendapat pekerjaan dan memperoleh penghasilan, mengingat mendapatkan pekerjaan sangat sulit bagi mereka.
Ketidakpuasan lebih diakibatkan karena terkadang mereka diharuskan untuk lembur hingga malam hari untuk mengejar target produksi, khususnya bagi yang
sudah berkeluarga cenderung keberatan dengan adanya lembur.
“....aku nduwe anak cilik ki...., so’ dong nek kon lembur tekan mbengi, nnggo ngoyak target, opo meneh nek seko Maissy iso suwi, ngantek nritik ngono lho..., saake anakku, aku teko wes
turu...kan yo butuh kasih sayang ngono lho mbak...”ME, 24 tahun. [“...aku mempunyai anak kecil ini..., kadang kalau disuruh lembur sampai malam, untuk
mengejar target, apa lagi kalau dari Maissy bisa lama, sampai teliti dan rumit banget begitu lho...kasihan anakku, aku datang sudah tidur..kan ya butuh kasih sayang gitu lho mbak...”ME,
24 tahun]
Berdasarkan penilaian lulusan pelatihan terhadap kompensasi pada Tabel 7.9, sebanyak 17 orang atau sebesar 56,67 persen menyatakan puas. Terdapat 13 orang
atau sebesar 43,33 persen menyatakan tidak puas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lulusan pelatihan cenderung puas dengan kompensasi yang
mereka dapat. Kepuasan tersebut dikarenakan mereka mendapat pekerjaan dan mendapat
penghasilan bila bekerja di perusahaan garmen. Rata-rata gaji mereka tidak jauh berbeda denga UMR setempat. Selain itu, terdapat tunjangan atau asuransi
Jamsostek yang diperoleh dari perusahaan. Berdasarkan penilaian lulusan pelatihan terhadap kondisi kerja hanya ada
sembilan orang atau sebesar 30 persen yang tidak puas terhadap kondisi kerja. Sebanyak 21 orang atau sebesar 70 persen menyatakan bahwa mereka puas
terhadap kondisi kerja mereka saat ini. Artinya, lingkungan kerja tergolong nyaman, aman dan bersih.