b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia, khususnya bagi warga sekitar perusahaan. c.
Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.
2.1.3 Paradigma Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Saidi 2004, Motivasi perusahaan dalam melakukan kedermawanan sosial dapat dijelaskan dalam tiga tahapan atau paradigma yang
berbeda Tabel 2.1, yaitu: a.
Corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. b.
Corporate philanthropy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya berasal dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan
memperjuangkan pemerataan sosial. c.
Corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.
Hibah sosial adalah bantuan kepada suatu organisasi nirlaba untuk kegiatan sosial, pendidikan, sedekah, atau kegiatan lain yang melayani
kemaslahatan masyarakat dengan hak pengelolaan hibah sepenuhnya pada penerima. Hibah sosial umumnya adalah untuk keperluan sesaat dan konsumtif.
Hibah pembangunan adalah bantuan selektif kepada satu organisasi nirlaba yang menjalankan suatu kegiatan atau agenda yang sejalan dengan organisasi pemberi
bantuan. Dapat pula dikatakan hibah sosial berangkat dari paradigma
kedermawanan sosialsedekah sedangkan hibah pembangunan berangkat dari paradigma pengembangan masyarakat atau community development Saidi, 2004.
Tabel 2.1. Paradigma Kedermawanan Sosial Perusahaan
Tahapan Charity Philanthropy
Corporate Citizenship
Motivasi Agama,
tradisi, adat Norma etika dan
hukum universal: redistribusi kekayaan
Pencerahan diri rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial Misi Mengatasi
masalah sesaat
Mencari dan mengatasi akar
masalah Memberikan
kontribusi kepada masyarakat
Pengelolaan Jangka pendek,
menyelesaikan masalah sesaat
Terencana, terorganisir,
terprogram Terinternalisasi dalam
kebijakan perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan
Yayasan dana
abadi: profesionalisasi
Keterlibatan baik dana maupun sumber daya
lain Penerima Manfaat
Orang miskin Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi Hibah sosial
Hibah pembangunan Hibah sosial maupun
pembangunan dan keterlibatan sosial
Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama
Sumber : Saidi 2004
Perusahaan tidak hanya bertindak sebagai aktor ekonomi belaka, namun juga menempatkan dirinya sebagai aktor sosial yang juga berinteraksi dengan
masyarakat sekitar Zainal, 2006. Archie B. Carrol dalam Saidi 2004, mengembangkan satu konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Piramida ini terdiri atas empat jenjang tanggung jawab perusahaan. a.
Tanggung jawab Ekonomis. Perusahaan haruslah menghasilkan laba. Sebuah perusahaan tentu harus memiliki nilai tambah sebagai prasyarat
untuk berkembang. Laba adalah pondasi yang diperlukan bagi kehidupannya.
b. Tanggung jawab Legal. Dalam mencapai tujuannya mencari laba itu,
sebuah perusahaan harus menaati hukum. c.
Tanggung jawab Etis. Perusahaan menjalankan hal yang baik dan benar, adil, dan fair. Perusahaan harus menghindarkan diri dari praktik yang
bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Norma-norma masyarakat menjadi rujukan bagi langkah-langkah bisnis perusahaan.
d. Tanggung jawab Filantropis. Ini mensyaratkan perusahaan untuk memberi
kontribusi kepada publik. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan semua.
Cara pandang perusahaan dalam menerapkan CSR dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu :
a. Sekadar basa-basi atau keterpaksaan. Artinya CSR hanya dipraktikkan
lebih karena faktor eksternal external driven. Berikutnya adalah Reputation driven,
motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan.
b. Sebagai upaya memenuhi kewajiban compliance. CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Selain itu,
terdapat motivasi untuk meraih penghargaan atau reward. c.
Compliance plus atau beyond compliance. CSR diimplementasikan
karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam. Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya tidak hanya sekadar ekonomi
untuk mengejar profit, namun juga tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Dasar pemikirannya, menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh
secara berkelanjutan. Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan
sustainability usaha.
Perusahaan dapat melaksanakan CSR baik melalui keterlibatan secara langsung, baik dengan perusahaan menyelenggarakan sendiri program CSR,
ataupun melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan juga dapat bermitra dengan pihak lain dan ada juga yang bergabung dengan suatu
konsorsium.
2.2 Evaluasi