Daya Dukung Lingkungan, Eksternalitas dan Kesesuaian Lahan

 Pemerataan dan keadilan sosial Social Equity, keikut sertaan keterlibatanperan serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.

2.5 Daya Dukung Lingkungan, Eksternalitas dan Kesesuaian Lahan

2.5.1 Daya Dukung Lingkungan Menurut Rais et al. dalam Bohari R. 2009, permasalahan yang

berhubungan dengan pengelolaan pembangunan wilayah pesisir seperti pencemaran, kelebihan tangkap, erosi, sedimentasi, kepunahan jenis dan konflik penggunaan ruang merupakan akibat dari terlampauinya tekanan lingkungan yang ditimbulkan oleh penduduk serta segenap aktifitas pembangunan terhadap lingkungannya dimana memiliki kemampuan terbatas. Daya dukung lingkungan pesisir diartikan sebagai kemampuan suatu ekosistem untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan Krom, 1998. Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang dapat dibuang ke dalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi UNEP, 1993 Menurut Odum, Daya dukung lingkungan adalah jumlah populasi organisme yang kehidupannya dapat didukung oleh suatu kawasanekosistem Menurut Scones 1993 didalam Bohari R. 2009. Daya dukung lingkungan dibagi dalam 2 hal, yaitu: 1 daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum hewan-hewan pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. 2 daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi skala usaha yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Menurut Poernomo 1997 daya dukung untuk lingkungan perairan adalah suatu yang berhubungan erat dengan produktifitas lestari perairan tersebut. Artinya daya dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen kimia, fisika dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh variabel-variabel populasi, lahanarea dan waktu yang dapat dirumuskan sebagai: dNdt = k.L.A L – N dimana N = banyaknya populasi, L = kapasitas maksimum lingkungan yang dapat mendukung pertumbuhan, k = koefisien pertumbuhan, t = waktu, A = area Menurut Inglis et.al, jenis daya dukung: daya dukung fisik ukuran, jumlah, area, daya dukung produksi kelimpahan stock, daya dukung ekologi pengaruh kelimpahan stock terhadap ekosistem, dan daya dukung sosial. Menurut Widigdo 2004, penentu daya dukung suatu wilayah adalah: 1 kondisi biofisik wilayah, 2 permintaan manusia akan sumberdaya alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan paradigma ini, metode penghitungan daya dukung kawasan pesisir dilakukan dengan menganalisis: 1 Kondisi variabel biogeofisik iklim, Geologi dan tanah, Geomorfologi, Physiography, Hidrologi Oceanografi, Flora dan Fauna yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksimenyediakan SDA dan JASLING. 2 Variabel Sosekbud yang menentukan demandkebutuhan kependudukan, standard hidup, pembangunan: target pertumbuhan ekonomi, social equity Variabel Biofisik wilayah pesisir akan menentukan kemampuan wilayah pesisir dalam menyediakan SDA Jasling ruang, SDA pulih dan tak pulih, asimilasi limbah, amenities and life support system . Variabel Biofisik bisa dimanipulasi atau diperbaiki oleh sentuhan teknologi, manajemen, ekspor-import. Variabel Sosekbud yang menentukan demand, akan menentukan permintaan manusia terhadap SDA Jasling bahan pangan, bahan sandang, ruang dan bahan pemukiman, bahan dan jasa kesehatan, bahan dan jasa pendidikan, kebutuhan sekunder, tersier, dsb. Pembangunanpengelolaan akan berkelanjutan bila: Permintaan manusia terhadap SDA Jasling lebih kecil dari kemampuan wilayah dalam menyediakan SDA Jasling. Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi biogeofisik wilayah dan kebutuhan manusia akan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan goods and services di wilayah tersebut. Oleh karena itu daya dukung suatu wilayah dapat ditentukan atau diperkirakan secara: Kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksimenyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir Rais, 2000. Dengan demikian, tahapan untuk menetapkan atau menentukan daya dukung wilayah pesisir untuk mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan adalah: 1. Menetapkan batas-batas vertikal, horisontal terhadap garis pantai, wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan. 2. Menghitung luasan wilayah pesisir yang di kelola 3. Mengalokasikan zonasi wilayah pesisir tersebut menjadi tiga 3 zona utama yaitu: zona preservasi, zona konservasi dan zona pemanfaatan.. 4. Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona pemanfaatan. Selain tahapan tersebut diatas juga dilakukan penghitungan tentang potensi dan distribusi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tersedia, misalnya stock assessment sumberdaya perikanan, potensi hutan mangrove, pengkajian ketersediaan air tawar , pengkajian tentang kapasitas asimilasi dan pengkajian tentang permintaan internal terhadap sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Analisis tentang konsep daya dukung untuk pembangunan wilayah pesisir yang lestari harus memperhatikan keseimbangan kawasan. Untuk kegiatan yang bernilai ekonomi, Rais 2000 membagi menjadi 3 kawasan yaitu: a Kawasan preservasi yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi seperti tempat berbagai hewan untuk melakukan kegiatan reproduksinya, dan sifat-sifat alami yang dimiliki seperti green belt, kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan ini adalah untuk yang bersifat penelitian dan pendidikan, rekreasi alam yang tidak merusak, kawasan ini paling tidak meliputi 20 dari total area. b Kawasan konservasi yaitu kawasan yang dapat dikembangkan namun tetap dikontrol, seperti perumahan, perikanan rakyat, dan kawasan ini meliputi tidak kurang dari 30 dari total area. c Kawasan pengembangan intensif termasuk didalamnya kegiatan budidaya secara intensif. Limbah yang dibuang dari kegiatan ini tidak boleh melewati batas kapasitas asimilasi kawasan perairan. Zona ini mencakup 50 dari total area.

2.5.2 Eksternalitas

Dalam ilmu ekonomi, konsep eksternalitas telah lama dikenal. Istilah ini mengandung pengertian bahwa suatu proses produksi dapat menimbulkan adanya manfaat atau biaya yang masih belum termasuk dalam perhitungan biaya proses produksi. Dalam pengertian ekonomi, diketahui bahwa pemilikan atau pemanfaatan atau produksi suatu barang oleh seseorang akan menimbulkan manfaat menghasilkan produk yang bernilai guna pada pemiliknya atau pada orang lain. Hal sebaliknya bisa juga terjadi, yaitu menghasilkan dampak atau barang yang merugikan. Keadaan seperti ini, yaitu adanya output suatu proses yang menimbulkan manfaat maupun dampak negatif pada orang lain disebut eksternalitas. Bila manfaat yang dirasakan oleh orang lain, maka disebut eksternalitas positif dan bila kerugian disebut eksternalitas negatif karena mekanisme pasar sistem perekonomian yang berlangsung saat ini pada umumnya tidak memasukkan biaya eksternalitas dalam biaya produksi WWF, 2004. Dampak lingkungan atau eksternal negatif timbul ketika satu variabel yang dikontrol oleh suatu agen ekonomi tertentu mengganggu fungsi utilitas kegunaan agen ekonomi yang lain. Dalam pengertian lain, efek samping atau eksternalitas terjadi ketika kegiatan konsumsi atau produksi dari suatu individu atau kelompok atau perusahaan mempunyai dampak yang tidak diinginkan terhadap utilitas atau fungsi produksi individu, kelompok atau perusahaan lain Fauzi, 2004.

2.5.3 Kesesuaian Lahan

Menurut Sugiarti et al..2000. Sjafi’i et al. 2001. di dalam Rofiko 2005, parameter kesesuaian penggunaan lahan adalah sebagai berikut: a. Kriteria kawasan pariwisata pesisir:  Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan.  Tingkat rawan bencana : sangat rendah sampai ringan  Drainase: tidak tergenang  Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran,reklamasi  Tipe tanah: pasir, pasir berlempung  Sempadan pantai dan sungai b Kriteria kawasan perikanan:  Kekeruhan 2-30 NTU  Salinitas 27-33  Oksigen terlarut mimimal 3 ppm  Suhu 27-32 o C  Arus perairan 5-15 cmdetik  Kecerahan 3 meter  Kadar padatan tersuspensi 5-25 ppm  Derajat keasaman 6,5 – 9,0 c Kriteria kawasan industri  Ketinggian: pedataran sampai perbukitan sedang  Kemiringan lereng: 0 – 8  Ketersediaan air tawar terletak pada air permukan dan daerah resapan  Rawan bencana: sangat rendah sampai ringan  Drainase: tidak tergenang  Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran,reklamas d Kriteria kawasan pelabuhan  Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan  Rawan bencana: sangat rendah sampai ringan  Drainase: tidak tergenang  Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran, reklamasi.  Ketinggian: pedataran sampai perbukitan sedang  Kedalaman: 13 meter  Pasang surut: 2 meter  Gelombang laut: 0,2 meter  Arus laut: 0,5 knot  Angin: 8,5 knot

2.6 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu