Kota New York, Amerika

antara keindahan dan kemanusiaan didalam efisiensiefektif ke ekonomian, secara signifikan berhasil meningkatkan suatu masyarakat sejahtera. Dalam hal ini, konsep tepian air yang merupakan proyek kependudukan yang luas telah berhasil mengembangkan daerah kumuh, seperti pusat-pusat sejarah, zona-zona industri dan militer, tidak tersedianya jaringan kereta api dan bandara udara, dan sistem penanganan perumahan yang buruk, telah di transformasikan menjadi daerah pemukiman yang gemerlap yang berhasil membangkitkan perolehan pajak, memperluas bidang kerja, dan banyak manfaat untuk sosial masyarakat dalam meningkatkan kualitas kehidupannya. Pengembangan kota tepian air membangkitkan kesempatan yang luar biasa besar untuk menyatukan pusat kota bersejarah dengan jalanlalu lintas airnya dan berhasil memfasilitasi pergerakan pertumbuhan keluar kota. Negeri Belanda Netherlands mempunyai perencanaan dan pengembangan nasional yang kuat. Keterbatasan ruang telah membangkitkan komitmen kebijakan untuk memelihara penghijauan ruang pertanian antar kota, menejemen air dan ruang terbuka pada level lokal dan nasional Amsterdam mempunyai kebijakan pertanahan strategis untuk menunjang redevelopment tepian air. Pada tahun 1896 Kota secara demokratis memutuskan untuk menggunakan sistem sewa tanah untuk penggunaan masa depan dengan bersubsidi, dimana korporasi pertanahan kota menyewakannya ke pengembang swasta untuk perioda 49 atau 99 tahun. Penyewa membayar sewa secara bulanan dengan penyesuaian berdasar penggunaan lahan, lokasi, luas pengembangan, tipe penggunaan perkantoran, retail, ruang terbuka, dsb.. Sistem pengaturan subsidi dan penghapusannya telah berhasil memotivasi swasta untuk berkembang dan berswasembada dalam sistem pendanaan masyarakat sehingga mampu berkembang secara berkelanjutan.

4. Kota New York, Amerika

Kota New York mempunyai tepian air yang paling utama di dunia. Divisi sumberdaya pantai mempunyai hubungan kerja sama yang panjang dengan Kota, ke lima Biro, dan berbagai organisasi kemasyarakatan, bekerja bersama untuk meningkatkan ases publik ke tepian air, revitalisasi ikatan bertetangga dan peningkatan lingkungan. The Federal Coastal Zone Management CZM Act didirikan pada tahun 1972 bertujuan untuk mendukung dan melindungi sifat-sifat khusus tepian air, dan mengeluarkan kebijakan standar dalam mereview proposal projek pengembangan sepanjang garis pantai yang telah di ajukan. Program ini sebagai tanggapan atas keinginan dari: City, state dan federal untuk dapat mengelola daerah garis pantai kota yang dalam keadaan kritis. Pada tahun 1982 New York State mengadopsi Coastal Management Program ini, yang dirancang untuk membuat seimbang kemajuan ekonomi dengan preservasi di daerah pesisir dengan cara mendorong revitalisasi tepian air dan pemanfaatan ketergantungan akan air sambil melindungi ikan dan margasatwa, ruang terbuka dan daerah permai, ases publik ke garis pantai dan tanah pertanian, dan meminimalisasi perubahan sistem ekologi yang merugikan seperti erosi dan bahaya banjir. Program ini juga mendorong koordinasi diantara semua tingkat pemerintahan untuk mempromosikan gema perencanaan tepian air dan dalam mempertimbangkan keputusan penggunaan lahan pada arahan tujuan program program’s goal. The New York State Department of State NYSDOS menjalankan administrasinya pada tingkatan state, sedangkan The New York City Department of City Planning DCP menjalankan administrasinya pada tingkat kota. Disebabkan proyek yang telah diajukan terletak dalam City’s Coastal Zone, maka menjadi wewenang dari New York City Waterfront Revitalization Program WRP. Didalam WRP tercantum kebijakan-kebijakan kota dalam pengembangan dan penggunaan tepian air, dengan suatu kerangka kerja framework untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah di ajukan didalam Coastal Zone. Terdapat 10 kebijakan gabungan yang dikeluarkan WRP Kota yang telah dianut oleh dewan kota Oktober 1999, dimana setiap kebijakan merupakan gabungan dari sub kebijakan-kebijakan Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kebijakan gabungan yang dikeluarkan WRP Kota New York Kebijakan 01 Mendukung dan memfasilitasi pengembangan komersial dan pengembangan hunian di daerah yang sesuai dengan pengembangan tersebut Kebijakan 02 Mendukung ketergantungan dengan air dan penggunaan air untuk industri di New York City coastal area yang memadai untuk beroperasi secara kontinyu Kebijakan 03 Mempromosikan penggunan lalu-lintas air untuk komersial, perahukapal rekreasi dan pusat transportasi air Kebijakan 04 Melindungi dan memperbaiki mutu dan fungsi sistem ekologi di dalam area pesisir kota New York. Kebijakan 05 Melindungi dan meningkatkan mutu air di pesisir New York Kebijakan 06 Minimalkan hilangnya kehidupan struktur dan sumberdaya alam yang disebabkan oleh banjir dan erosi Kebijakan 07 Meminimalkan degradasi lingkungan dari limbah padat dan substansi yang berbahaya. Kebijakan 08 : Menyediakan ases publik ke sepanjang perairan kota New York Kebijakan 08 Menyediakan ases publik ke sepanjang perairan kota New York Kebijakan 09 Melindungi sumberdaya yang indah permai yang menyumbang kan kwalitas visual area pantai Kota New York. Kebijakan 10 Melindungi, menjaga dan mengembangkan sumber - sumber signifikan terhadap riwayat, kepurbakalaan, dan harta pusaka kebudayaan daerah pesisir pantai Kota New York Dari uraian mengenai tipikal kota tepian air di Indonesia dan di luar negeri untuk kemudian diadakan studi banding dengan keadaan kota Semarang tepian air, dengan mengevaluasi visi dan misi Kota Semarang tepian pantai, diperoleh kesimpulan State of the arts sebagai berikut: Pengelolaan Kota Semarang tepian pantai :  Aspek sosial dan budaya pada Kota Semarang tepian pantai lebih menonjol dibandingkan dengan pengelolaan kota tepian air di luar negeri yang lebih berorientasi ke-ekonomian dengan kemampuan pendanaan yang besar, dan kultur budaya yang telah siap dan menunjang.  Keterbatasan dana Pemda Kota Semarang. Belum ada tanda-tanda pelaku ekonomi, maupun pemerintah untuk mengantisipasi kondisi pengrusakan lingkungan Kota Semarang masa sekarang dan kemudian. Atas hal tersebut, maka dapat di usulkan kebijakan pengelolaan Kota Semarang tepian pantai adalah sebagai berikut: 1. Visi Kota Semarang tepian pantai lebih mengarah: menjadi Kota Tepian Air yang manusiawi dan meningkatkan kesejahteran masyarakat, dengan misi: - menjaga siklus kehidupan masyarakat dengan tetap menyediakan aksesibilitas publik untuk dapat menikmati keindahan alam pantai Semarang, penyediaan ruang-ruang publik untuk interaksi sosial dan aktifitas para nelayan tradisional, mencegah kerusakan ekosistem perairan dengan pengolahan limbah cair dan kotor yang masuk kelaut. 2. Jenis waterfront: Dengan adanya keterbatasan pendanaan, maka jenis waterfront untuk Kota Semarang dapat dilakukan secara bertahap, dimulai dengan rencana jangka pendek berupa konservasi penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat, yang di lanjutkan secara bertahap pada rencana jangka panjang berupa redevelopment upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada, dan rencana jangka panjang berupa program revitalisasi setelah keadaan memungkinkan. 3. Kota Kuching, Serawak Malaysia mempunyai iklim, kondisi fisik, kultur dan budaya sangat mirip dengan Indonesia sehingga secara parsial konsep tepian air nya bisa dipakai sebagai contoh acuan. Dalam penataan kawasan, Kota San Antonio dapat dipakai sebagai contoh acuan dalam mempertahankankonservasi bangunan bersejarah, sarana transportasiwisata air dan dapat menonjolkan nuansa kesenian dan budaya setempat. Berhubung belum adanya kebijakan yang pasti dalam pengelolaan Kota Semarang tepian air dari Pemda Kota Semarang, maka bisa dilakukan adopsi 10 kebijakan gabungan yang dikeluarkan oleh WRP Kota New York dengan penyesuaian sesuai keperluan.

2.8. Response yang diperlukan terhadap konsekwensi kenaikan

permukaan air laut. Berdasar sumber dari The Coastal Zone Management Subgroup yang telah mempelajari baik strategi fisik maupun institusi untuk beradaptasi terhadap konskwensi yang potensial dengan adanya kenaikan permukaan air laut, dimana respons yang dibutuhkan untuk melindungi kehidupan manusia dibagi dalam 3 tiga kategori alternative : 1 Retreat, tanpa usaha melindungi daratan pesisir pantai dan meninggalkantidak lagi menggunakan untuk pemukiman. 2 Akomodasiadaptasi: masyarakat pantai seterusnya menggunakan daratan pantai tersebut dengan segala resikonya tanpa adanya usaha pencegahan banjir dengan hidup secara harmonis dengan air. Sebagai contoh: Konsep Kota Tepian Pantai Waterfront City 3 Proteksi, dimana melibatkan penggunaan struktur berat dan keras menggunakan bangunan-bangunan offshore dam, water breaker, groyne dll. , termasuk juga penyelesaian secara lunak dengan rehabilitasi mangrove.

2.9. Teknik Dasar Yang Mendukung

2.9.1 Analisis Keberlanjutan Sumberdaya Pesisir

Menurut Pitcher dan Preikshot 2001, Multidimensional Scalling MDS dapat menganalisis secara lengkap tentang gambaran keadaan sumberdaya pesisir dan laut. Metode ini pada dasarnya adalah metode multivariate yang dapat menangani data non-metric dan juga dikenal sebagai salah satu ordinasi dalam ruang dimensi yang diperkecil ordination in reduced space.Ordinasi sendiri merupakan proses yang berupa ”plotting” titik objek posisi disepanjang sumbu-sumbu disusun menurut hubungan tertentu ordered relationship. Kelebihan lainnya dalam metode ini dapat dirangkum data yang multidisipliner