Profil “water front city” secara ekologis Penggunaan lahan water front city

Tepian air untuk kerja adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, galangan kapal, reparasi kapal pesiar, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

4.7.2 Profil “water front city” secara ekologis

Sebagai wilayah peralihan, ekosistem waterfront memiliki struktur komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya wilayah waterfront merupakan wilayah daratan kecamatan pesisir sampai pasang surut terendah kearah laut. Ekosistem alami dari waterfront adalah : hutan mangrove, padanglamun, pantai ber pasir, pantai berbatu, formasi pescapare, formasi barringtonia, estuaria laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang-surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman. Menurut Salm 1984, ekosistem diklasifikasikan sebagai: a. Ekosistem waterfront yang secara permanen atau berkala tergenangi air adalah: 1 hutan mangrove 2 padang lamun 3 estuaria 4 pantai pasir 5 pantai berbatu b. Ekosistem waterfront yang tidak tergenangi air adalah: 1 Formasi Pescarpae: Ekosistem ini umumnya terdapat di belakang pantai berpasir. Formasi pescarpae didominasi oleh vegetasi pionir, khususnya Impomea pescarpae kangkung laut. 2 formasi baringtonia Burbrige dan Maragor 1985 mengusulkan suatu sistem klasifikasi lebih sederhana dan lebih fungsional terdiri dari hanya 10 tipe ekosistem, yaitu: agroekosistem, tambak, rawa air tawar, pantai, estuaria, hutan rawa pasang – surut, hutan mangrove, padang lamun seagrass, terumbu karang, ekosistem demersal, dan ekosistem pelagik. Keterkaitan hubungan fungsional antara 10 ekosistem tersebut digambarkan sebagai berikut.

4.7.3 Penggunaan lahan water front city

Adalah pada kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan terpadu dengan memanfaatkan kondisi pantai sebagai lokasi pengembangan. Potensi dalam hal ini adalah kawasan yang memiliki embrio pengembangan kearah pantai dan berpotensi sebagai kawasan terpadu dengan pengembangan berbagai aktifitas . Dalam rencana penetapan penggunaan kawasan strategis water front city perlu dipertimbangkan: 1. Pembangunan longstorage yang aman menjadi tanggung jawab pengembangan 2. Harus membangun sistem pengaman pantai 3. Desain geometris kawasan harus aman terhadap dampak negatif abrasi, sedimentasi, backwater 4. Ketinggian dan design bangunan mempertimbangkan KKOP dan keselapatan penerbangan. 5. Kawasan terpisah dari bandara 6. Membangun akses tersendiri 7. Pengembangan untuk jasa, rekreasi, permukiman dan fasilitas. Tidak dimungkinkan untuk pengembangan industri. 8. Kawasan sepanjang tepi pantai untuk ruang terbuka dan konservasi 9. Pemenuhan kebutuhan utilitas air bersih, sampah, limbah lainnya harus mandiri 10. Pemanfaatan lahan reklamasi dapat dilaksanakan setelah terbentuk kestabilan lahan. Kriteria umum dari penataan dan pendesainan tepian air adalah Prabudiantoro, 1997 :  Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar laut, danau, sungai, dan sebagainya  Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman atau pariwisata  Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukuman industri, atau pelabuhan  Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan  Pembangunan dilakukan ke arah vertikal-horisontal. Aspek- aspek yang Menjadi Dasar Perancangan Pengembangan Konsep Waterfront Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan Wren, 1983 dan Toree, 1989.

a. Faktor Geografis