Kondisi Sosial Ekonomi Design of waterfront city management policy in Semarang Coastal Zone

Tengah memperkenalkan teknik terumbu karang buatan dan transplantasi karang kepada masyarakat khususnya para nelayan.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

4.3.1 Indikator Sosial dan Kependudukan

a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Total penduduk perkotaan Kawasan Perkotaan Semarang mencapai 1,453,549 jiwa Semarang Dalam Angka, 2007. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan Kota Semarang dan dilewati oleh jalur Pantura, perkembangan yang disebabkan oleh faktor migrasi cukup signifikan jumlahnya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Kota Semarang sebagai magnet perkembangan dan adanya jalan Pantura sangat mempengaruhi keputusan orang untuk datang dan berdomisili di daerah tersebut. Kota Semarang dan Pantura sebgai koridor nasional masih menjadi tujuan dari wilayah-wilayah sekitarnya. b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Distribusi dan kepadatan penduduk di Kawasan Kota Semarang ditinjau perkecamatan pada tahun 2007 dapat dilihat pada data di lampiran 13 halaman 312 . Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dengan luas wilayah 373,70 km2 Kepadatan penduduk terbesar di Kota Semarang terdapat pada Kecamatan Semarang Selatan yaitu 14.460 jiwakm2. Kepadatan penduduk tinggi cenderung terdapat di Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah pusat kota atau Central Bisnis Distrik CBD, yaitu Kecamatan Semarang Timur, Semarang Tengah, Gayamsari, Candisari dan Semarang Utara dengan kepadatan mencapai lebih dari 10.000 jiwakm2. Untuk kecamatan-kecamatan yang terletak di wilayah pinggiran Kota Semarang cenderung memiliki kepadatan yang lebih rendah, antara 700 sampai 7.000 jiwakm2 Lampiran 6, halaman 267.

4.3.2. Perekonomian Wilayah

a. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di samping dapat berdampak pada peningkatan pendapatan, juga akan berpengaruh pada pendapatan daerah. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang per tahun dapat dilihat dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 Rata-rata pertumbuhan Ekonomi per tahun 2005 – 2009 No Tahun Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Pertahun 1 2005 5,14 2 2006 5,71 3 2007 5,98 4 2008 5,59 5 2009 Sumber: Semarang dalam angka 2008 belum diperoleh data b. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Peningkatan laju pertumbuhan PDRB selama lima tahun mengalami peningkatan rata-rata 4,40 per tahun. Adapun pertumbuhan sektor ekonomi Kota Semarang Tahun 2004 – 2008 menurut Lapangan Usaha adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kota Semarang menurut Lapangan Usaha atas dasar harga konstan 2000. No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 1 Pertanian - 1.91 -28.13 -9.66 3.37 4.25 2 Pertambangan Penggalian 6.11 4.94 8.41 3.72 2.72 3 Industri Pengolahan 2.13 3.10 5.61 4.30 4.16 4 Listrik, Gas Air Minum 3.99 3.88 3.38 10.87 5.97 5 Bangunan 12.90 6.89 6.86 3.27 3.91 6 Perdagangan, Hotel Restoran 3.62 7.15 4.08 4.31 4.56 7 Pengangkutan Komunikasi 1.68 10.37 8.87 3.79 5.75 8 Keuangan, Persewaan Js. Perus. -9.46 7.48 2.75 2.49 4.34 9 Jasa-jasa 12.77 2.27 6.40 3.56 4.00 PDRB Total 3.40 4.97 5.11 4.10 4.43 Sumber: PDRB Kota Semarang Tahun 2008, Bappeda dan BPS Kota Semarang Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh angka PDRB atas dasar harga konstan 2000 merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pada tahun 2007, PDRB Kota Semarang naik menjadi 18.142.639,96 Juta Rupiah dari 17.118.705,28 Juta Rupiah tahun sebelumnya. Ini berarti daerah semakin mampu menggali potensi ekonomi yang ada, sehingga akan semakin besar PDRB dan PAD-nya sehingga mampu meningkatkan keuangan daerah dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah Lampiran 4 halaman 265 dan Lampiran 5 halaman 266. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan seluruh sektor pada tahun 2007 dan 2008 menunjukkan pertumbuhan positif. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami pertumbuhan paling besar. Peningkatan output sektor listrik berkaitan dengan fungsinya sebagai penyedia kebutuhan masyarakat dan perkembangannya searah dengan perkembangan penduduk dan perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 30,83 , dan seterusnya adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 27,33; Sektor Bangunan 14,87; Sektor Jasa-jasa 11,78; Sektor Angkutan dan Komunikasi 9,66; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,86; Sektor Listrik, Gas dan Air bersih 1,31; Sektor Pertanian 1,19; Sektor Pertambangan 0,16. Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang sangat besar didorong oleh adanya pusat pelayanan perekonomian yang berskala regional maupun nasional. Sementara, sektor industri pengolahan, baik industri besar maupun industri sedang yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Kota Semarang dapat dijumpai persebarannya antara lain di Kecamatan Genuk dan Ngaliyan, dan sebagian kecil terletak di Kecamatan Tugu dan Semarang Barat. c. Potensi Pertanian dan Perkebunan Tanah sawah relatif tidak banyak terdapat di Kota Semarang. Dari luas tanah yang ada, tanah sawah hanya mencakup 6,4 dari total luas wilayah. Sumberdaya pertanian di Semarang meliputi tanaman pangan pertanian, tanaman perkebunan dan perikanan. Berdasarkan data Statistik tahun 2008, luas tanah sawah yang ada di wilayah pesisir Semarang, yaitu Kecamatan Genuk, Semarang Timur, Semarang Utara, Semarang Barat dan Tugu adalah 576 ha. Tanah sawah yang ada di Kecamatan Semarang Timur dan Semarang Utara adalah 0 ha, sedangkan luas tanah keringtegalan adalah 920.57 ha. Potensi pertanian padi terbesar di daerah pesisir Semarang adalah Kecamatan Tugu dan Genuk. d. Sumberdaya Perikanan Sumberdaya Perikanan Kota Semarang dipenuhi dari : 1 Sarana dan Produksi Perikanan Tangkap dan 2 Perikanan Budidaya dan Tambak  Sarana dan Produksi Perikanan Tangkap Dalam rangka mendukung kegiatan perikanan tangkap, menggunakan sarana penunjang berupa Pangkalan Pendaratan Ikan PPI dan Tempat Pelelangan Ikan TPI : Tambaklorok dan Boom lama. Tabel 4.7 Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2002 – 2006 Tahun P R O D U K S I Kg PPI Tambaklorok PPI Boom Lama 2002 333.546 90.191 2003 199.445 64.074 2004 76.672 37.306 2005 21.092 10.036 2006 14.996 Produksi perikanan tangkap sebagian besar di daratkan di TPI Tambaklorok, disebabkan selain lokasi TPI Tambaklorok berdekatan dengan pasar ikan Pasar Kobong, aktivitas para tengkulak pembeli hasil tangkapan telah terbentuk dengan baik. Terlihat banyak mengalami penurunan produksi diduga disebabkan oleh penurunan aktivitas penangkapan akibat kenaikan BBM, penurunan sumberdaya perikanan terutama pada jalur 1 one fishing, didominasi oleh alat tangkap tradisionil. Sehingga diwilayah ini terjadi padat kapal dan padat tangkap yang berdampak pada terjadinya over fishing  Potensi Perikanan Budidaya Secara umum luas lahan untuk perikanan budidaya mengalami penurunan terutama budidaya tambak. Penurunan luas areal ini diduga diakibatkan pemanfaatan luas areal untuk non perikanan dilahan pesisir semakin meningkat untuk kawasan pemukiman, industri dan lain-lain. Menurunnya produksi ini diduga disebabkan oleh tidak berproduksinya lahan tambak akibat kegagalan panen, dan berkurangnya areal pertambakan yang digunakan untuk diluar bidang perikanan. Bila dilihat dari data nilai produksi perikanan budidaya, juga terjadi penurunan yaitu sebesar Rp. 7.744.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 10.252.000.000,- pada tahun 2004. Menurunnya nilai produksi ini secara umum diakibatkan oleh menurunnya jumlah produksi tambak . Sumbangan terbesar yang dihasilkan dari penjualan hasil panen budidaya tambak adalah udang, yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp. 5.441.000.000,- kemudian ikan bandeng Rp. 2.079.000.000,- . Sampai saat ini budidaya bandeng dan udang masih di unggulkan dalam budidaya tambak di Kota Semarang. e. Potensi Pariwisata Lokasi wisata di daerah pesisir Kota Semarang yang termasuk kategori lokasi rekreasi pantai adalah Komplek Pantai Marina dan Kawasan Wisata Tanjung Mas. Kedua lokasi tersebut terletak bersebelahan dan letaknya strategis karena berdekatan dengan Jalan Lingkar Utara Kota Semarang. Di Komplek Wisata Marina kondisi alamnya telah dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat bermain perahu, berenang atau sekedar menyaksikan laut terbuka. Sedangkan di Tanjung Mas yang semula didesain “lagoon buatan”, sekarang tanggulnya telah terabrasi sehingga kolamnya menyatu dengan laut terbuka. Jalan yang dibuat mengelilingi kolam telah rusak dan mengganggu kenyamanan pengunjung. Potensi pengembangan pariwisata terdiri dari wisata bahari kerakyatan, wisata pantai modern, wisata budayabelanjakuliner, wisata perairan darat atau kombinasi. Pada kawasan wisata baharipantai disyaratkan untuk menerapkan konsep ekowisata. Ekowisata dapat dikatakan bukan hanya sebagai salah satu corak kegiatan pariwisata khusus, melainkan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata bahari di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: 1 Ekowisata bergantung pada kualitas sumberdaya alam, peninggalan sejarah dan budaya. 2 Melibatkan masyarakat 3 Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya 4 Tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional 5 Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Adapun jenis kegiatan wisata bahari yang dapatsudah dikembangkan di Kota Semarang terdiri atas: a Wisata pantai kerakyatan di kawasan muara sungai Plumbon b Wisata pantai modern diarahkan pada optimalisasi pantai Marina c Kegiatan wisata perairan darat dikembangkan di kawasan folder Tawang. Adanya kendala kualitas air yang menimbulkan aroma tidak sedap dapat diatasi melalui pendekatan biologis dengan mengisi jenis ikan tertentu yang mampu mengekstraksi permasalahan kualitas air tersebut, disertaitanpa deairasi.

4.4 Tinjauan Potensi Tepian Pantai Per Kecamatan Wilayah Penelitian