Gambar 5.58. Urutan alternatif sasaran dalam kebijakan pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan
Berdasarkan Gambar 5.58 hasil analis AHP yang merupakan sasaran akhir level 5 dengan nilai inconsistency index keseluruhan sebesar 0,03 menunjukkan
strategi utama dalam pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan di Kecamatan Semarang Utara sebaiknya lebih difokuskan kepada pengembangan kegiatan
redevelopment dengan bobot nilai 0,577. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kecamatan Utara
perlu diupayakan dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki olah kawasan ini. Perlu dilakukan pengadaan sarana dan prasarana penunjang atau infrastruktur yang
lebih memadai untuk menunjang aktivitas ekonomi di Kecamatan Semarang Utara, terutama sarana listrik. Prioritas selanjutnya adalah revitalisasi 0,342. Upaya ini
dilakukan dengan cara mengoptimalkan sumber-sumber kegiatan ekonomi yang dimiliki selama ini sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih baik dalam
upaya pengembangan Kecamatan Semarang Utara sebagai salah satu pusat kawasan terpadu. Prioritas terakhir adalah konservasi dengan bobot nilai 0,081.
5.5 Menentukan Prioritas Atau Skenario Arahan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Tujuan 5
5.5.1 Analisis Kebijakan berdasarkan Skenario
Analisis kebijakan dilakukan melalui kajian tiga skenario yang disusun berdasarkan hasil MDS. Dari analisis MDS tersebut diketahui bahwa terdapat lima
faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap pengelolaan kota tepian pantai water front city berkelanjutan, yang juga merupakan kebutuhan para pelaku
stakeholder. Faktor kunci tersebut adalah: 1 Pengangguran terbuka, 2 Erosi dan Abrasi, 3 Kelembagaan Mitigasi Bencana, 4 Teknologi Ecoport dan Pelabuhan,
dan 5 Akses masyarakat ke tepian pantai. Berdasar keadaan state faktor-faktor tersebut, dapat disusun skenario beberapa kemungkinan yang terjadi. Dari
kombinasi antara faktor kunci tersebut, diasumsikan tiga skenario yang kemungkinan terjadi, yang diberi nama: 1 Skenario Pesimis, 2 Skenario
Moderat, dan 3 Skenario Optimis. Secara ringkas, penamaan dan susunan skenario disajikan pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Prospektif faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem
pengelolaan kota tepian pantai
No. Faktor
Keadaan State
Pesimis Moderat
Optimis
1. Erosi dan
Abrasi Tinggi karena
kurangnya usaha penanggulangan erosi
dan abarasi . Sedang, karena
pembinaan keterampi lan maupun pendanaan
terhadap masyarakat lokal sudah cukup
baik dalam bidang reboisasi hutan dan
pencegahan erosi dan abrasi
Rendah, karena pe- merintah intens me
lakukan pemberda yaan kepada masya
rakat serta ikut me libatkan peran aktif
sektor swasta
2. Pengangguran
terbuka Cukup besar, karena
pemerintah dan swasta kurang
inovatif dalam penciptaan bidang
kerja untuk menyerap pengangguran .
Sedang, karena pemerintah dan
swasta cukup innovative dalam
penciptaan bidang kerja untuk menyerap
pengangguran. Kecil, karena
pemerintah dan swasta sangat
innovative dalam penciptaan bidang
kerja secara terpadu untuk
menyerap pengangguran
3. Akses
masyarakat ke tepian pantai
Semakin rendah akibat kebijakan
pemerintah yang kurang meng
akomodasi akses masyarakat ke tepian
pantai sosial, ekonomi dan budaya
Meningkat, karena pemerintah memberi
akses yang cukup kepada masyarakat
ketepian pantai dengan menumbuh
kembangkan swadaya masyarak sosial,
ekonomi, budaya Meningkat secara
berkesinambungan karena pemerintah
intens menumbuh kembangkan sektor
swadaya masyarakat, wisata,
perdagangan secara terpadu mixed
used
4. Teknologi
Ecoport dan Pelabuhan
Kurang memadai, ka rena upaya perbaikan
sarana infrastruktur dan kebutuhan energi
listrik yang ada saat ini tidak ditun
jang dengan upaya alih teknologi
Cukup memadai, kare na alih teknologi
upaya perbaikan sa rana infrastruktur dan
kebutuhan energi listrik sudah
dilakukan secara bertahap.
Sangat memadai, karena alih
teknologi untuk perbaikan sarana
infrastruktur dan listrik berjalan
dengan baik
5. Kelembagaan
Mitigasi Bencana
Kurang memadai, ka rena kurangnya koor
dinasi organisasi mas yarakat dan kerja
sama dengan stake hol der lainnya
Cukup baik, karena su dah dilakukan koordi
nasi dan kerjasama de ngan swasta dan peme
rintah Sangat baik karena
koordinasi dan ker jasama dengan
stake holder lainnya ber jalan
dengan baik
Sumber: Hasil Analisis 2010.
Untuk mengaitkan skenario yang disusun ke dalam model, dilakukan interpretasi asumsi tiap-tiap skenario pada kondisi setiap faktor kunci. Dalam hal
ini dilakukan beberapa perubahan pada peubah tertentu di dalam model, sehingga skenario yang bersangkutan dapat disimulasikan.
5.5.2.1. Simulasi Skenario
Simulasi model dilakukan terhadap skenario di atas, untuk mengetahui perilakunya masing-masing. Sumber data: Produk domestik Regional Bruto Kota
Semarang 2009 yang diolah. Kajian dilakukan terhadap empat peubah yang dianggap menentukan arah
kebijakan pengelolaan kota tepian pantai, yaitu kualitas lingkungan, pertumbuhan pendapatan, pendapatan rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor
yang diamati dan penggunaan tata ruang. Perilaku antar skenario ternyata menunjukkan perbedaan pada berbagai peubah yang dikaji, akibat adanya
perbedaan kombinasi kondisi faktor kunci.
5.5.2.2 Skenario Optimis
Skenario optimis dibangun berdasarkan keadaan state dari faktor kuncipenentu dengan kondisi:
1 Erosi dan Abrasi rendah karena pemerintah intens melakukan pemberdayaan
kepada masyarakat serta ikut melibatkan peran aktif sektor swasta dalam penanggulanagan erosi dan abrasi penghutanan kembali, reboisasi pantai
teknologi baru, dsb. 2
Pengangguran terbuka kecil, Kecil, karena pemerintah dan swasta sangat innovative dalam penciptaan bidang kerja secara terpadu untuk menyerap
pengangguran 3
Akses masyarakatpublik, Meningkat secara berkesinambungan karena pemerintah intens menumbuh kembangkan sektor swadaya masyarakat,
wisata, perdagangan secara terpadu mixed used. 4
Teknologi ecoport dan pelabuhan sangat memadai karena karena alih teknologi untuk perbaikan sarana infrastruktur dan listrik berjalan dengan
baik 5
Kelembagaan Mitigasi Bencana berjalan sangat baik karena koordinasi dan kerjasama dengan stakeholder lainnya berjalan dengan baik.
Gambar 5.59a memperlihatkan bahwa pada skenario optimis, kualitas lingkungan pada tahun 2003 di Kota Semarang sebesar 59 menurun menjadi
51,25 pada tahun 2010, dan diperkirakan akan terjadi sedikit peningkatan menjadi 59,75 pada tahun 2030.
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3
2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 0
4 0 6 0
8 0 1 0 0
K u
a li
ta s
L in
g k
u n
g a
n
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
1 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 1 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
2 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 2 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
Ru p ia h jiwa
P e
rt P
e n
d p
tn
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 1 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0
2 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 3 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0
R u p ia h
Ba n g u n a n LGA
Pe rt a n ia n Pe rt I n d
KPJ An g Ko m
Js Pe rd
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 5 . 0 0 0
1 0 . 0 0 0 1 5 . 0 0 0
2 0 . 0 0 0 2 5 . 0 0 0
Ha
LPrm k n Bg n Tb k k lm
Lh n Swh Tg lk b n
Lh n H u t a n
Gambar 5.59. Simulasi model skenario optimis Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan
kualitas lingkungan skenario-skenario optimis, moderat dan pesimis adalah dengan meningkatkan pengelolaan sampah, limbah pertanian, limbah domestik dan
limbah hasil industri secara independen oleh pihak penghasil limbah. Dalam hal ini pemerintah bekerja sama dengan stakeholders yang terkait dan berkompeten dalam
mengupayakan pembangunan IPAL maupun alat pengelola sampah lainnya secara independen.
Gambar 5.59.b memperlihatkan bahwa pada skenario optimis, pertumbuhan pendapatan rupiahjiwa pada tahun 2003 di Kota Semarang sebesar
12.142.036 rupiahjiwa meningkat menjadi 25.518.777 rupiahjiwa pada tahun 2010, dan diperkirakan akan terjadi peningkatan menjadi 260.670.728 rupiahjiwa
pada tahun 2030. a
b
d c
Berdasarkan Gambar 5.59.c memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor yang diamati
yakni sektor-sektor bangunan, LGA, pertanian, pertambangan dan industri, KPJ, AngKom dan Jasa Perdagangan Jutaan rupiah, Sumber: PDRB Kota Semarang
2009, Bappeda BPS Kota Semarang 2009, berdasar harga berlaku. Peningkatan pendapatan tersebut dapat dilihat dari data tahun 2004 dan hasil perkiraan simulasi
tahun 2030 pada masing-masing sektor seperti berikut ini: sektor bangunan semula sebesar 2.832.763 2004 menjadi 20.667.194 2030; sektor LGA dari 404.680
2004 menjadi 1.414.933 2030, sektor pertanian dari 273.855 2004 menjadi 1.270.717 2030; sektor pertambangan industri dari 5.623.4502004 menjadi
Rp. 64.037.970 2030, sektor KPJ dari 637.402 2004 menjadi 2.483.997 2030, sektor Angkom dari 2.106.028 2004 menjadi 19.022.786 2030 dan sektor Jasa
Perdagangan dari 8.426.412 2004 menjadi 359.696.679 2030. Berdasarkan Gambar 5.59d di atas penggunaan ruang untuk lahan sawah,
hutan, tegal kebun, permukiman bangunan mengalami peningkatan, sedangkan tambak, rawa kolam mengalami penurunan. Perubahan luasan lahan berdasarkan
skenario optimis pada tahun 2010 dan tahun 2030 adalah lahan sawah seluas 3.966,96 ha meningkat menjadi 4.349,09 ha, lahan hutan seluas 1.978,08 ha naik
menjadi 3.231,05 ha, tegal dan kebun seluas 15.985,35 ha naik menjadi 19.203,30 ha, permukiman bangunan seluas 15.093,47 ha naik menjadi 16.633,67 ha serta
Tambak, rawa kolam seluas 1.105,64 ha turun menjadi 499,71 ha.
5.5.2.3 Skenario Moderat
Skenario moderat dibangun berdasarkan keadaan state dari faktor kuncipenentu dengan kondisi; 1 Erosi dan abrasi sedang, karena pembinaan keterampi lan
maupun pendanaan terhadap masyarakat lokal sudah cukup baik dalam bidang reboisasi hutan dan pencegahan erosi dan abrasi; 2 Pengangguran terbuka
sedang, karena pemerintah dan swasta cukup innovative dalam penciptaan bidang kerja
untuk menyerap pengangguran; 3 Akses masyarakatpublik terhadap tepian pantai meningkat, karena pemerintah memberi akses yang cukup kepada masyarakat
ketepian pantai dengan menumbuh kembangkan swadaya masyarak sosial, ekonomi, budaya; 4 Teknologi ecoport dan pelabuhan cukup memadai cukup
memadai, kare na alih teknologi upaya perbaikan sa rana infrastruktur dan kebutuhan energi listrik sudah dilakukan secara bertahap.; dan 5 ketersediaan
Kelembagaan Mitigasi Bencana cukup baik karena sudah dilakukan koordinasi dan kerjasama dengan swasta dan pemerintah.
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4
1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9
2 0 4 0
6 0 8 0
1 0 0
K u
a li
t a
s L
in g
k u
n g
a n
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 5 0 .0 0 0 . 0 0 0
1 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 1 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
2 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 R u p i a h ji wa
P e
rt P
e n
d p
tn
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
1 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 1 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
2 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 2 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0
Ru p i a h Ba n g u n a n
LGA Pe rt a n ia n
Pe rt I n d KPJ
An g K o m Js Pe rd
0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 5 . 0 0 0
1 0 . 0 0 0 1 5 . 0 0 0
2 0 . 0 0 0 2 5 . 0 0 0
Ha
LPrm k n Bg n Tb k k lm
Lh n Swh Tg l k b n
Lh n Hu ta n
Gambar 5.60. Simulasi model skenario moderat
Gambar 5.60.a memperlihatkan bahwa pada skenario moderat, kualitas lingkungan pada tahun 2003 di Kota Semarang sebesar 59 menurun menjadi
51,25 2010, dan diperkirakan akan terjadi penurunan menjadi 50,67 2030 Gambar 5.60.b memperlihatkan bahwa pada skenario moderat,
pertumbuhan pendapatan rupiahjiwatahun pada tahun 2003 di Kota Semarang sebesar 12.142.036 meningkat menjadi 20.518.777 2010, dan diperkirakan akan
terjadi peningkatan menjadi 199.715.431 2030. Berdasarkan Gambar 5.60.c terlihat bahwa terjadi peningkatan pendapatan
rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor yang diamati yakni sektor bangunan, LGA, pertanian, pertambangan dan industri, KPJ, AngKom dan Jasa
Perdagangan jutaan rupiah. Peningkatan nilai tersebut dapat dilihat dari data tahun 2004 dan taksiransimulasi tahun 2030 pada masing-masing sektor seperti berikut
ini: sektor bangunan semula sebesar 2.832.763 2004 menjadi 20.667.194 2030; sektor LGA semula sebesar 404.680 2004 menjadi 1.414.933 2030; sektor
pertanian semula sebesar 273.855 2004 menjadi 1.270.717 2030; sektor pertambangan industri dari 5.623.450 2004 menjadi 64.037.970 2030; sektor
KPJ dari 637.402 2004 menjadi 2.483.997 2030; sektor Angkom dari 2.106.028 a
b
d c
2004 menjadi 19.022.786 2030 dan sektor Jasa Perdagangan dari 8.426.412 2004 menjadi 250.120.496 2030.
Berdasarkan Gambar 5.60.d di atas penggunaan ruang untuk lahan sawah, hutan, tegal kebun, permukiman bangunan mengalami peningkatan, sedangkan
tambak, rawa kolam mengalami penurunan. Perubahan luasan lahan berdasarkan skenario moderat pada tahun 2010 dan tahun 2030 adalah lahan sawah seluas
3.966,96 ha meningkat menjadi 4.354,98 ha, lahan hutan seluas 1.978,08 ha naik menjadi 3.091,73 ha, tegal dan kebun seluas 15.985,35 ha naik menjadi 19.255,14
ha, permukiman bangunan seluas 15.093,47 ha naik menjadi 16.657,66 ha serta Tambak, rawa kolam seluas 1.105,64 ha turun menjadi 493,87 ha.
5.5.2.4 .Skenario Pesimis
Skenario Pesimis dibangun berdasarkan keadaan state dari faktor kuncipenentu dengan kondisi; 1 Erosi dan abrasi tinggi karena kurangnya usaha penanggulangan
erosi dan abarasi; 2 Pengangguran terbuka cukup besar, karena pemerintah dan swasta kurang inovatif dalam penciptaan bidang kerja untuk menyerap
pengangguran;3 Akses masyarakatpublik terhadap tepian pantai semakin rendah akibat kebijakan pemerintah yang kurang meng akomodasi akses masyarakat ke
tepian pantai sosial, ekonomi dan budaya ; 4 Teknologi ecoport dan pelabuhan kurang memadai, ka rena upaya perbaikan sarana infrastruktur dan kebutuhan energi
listrik yang ada saat ini tidak ditun jang dengan upaya alih teknologi; dan 5 Kelembagaan Mitigasi Bencana kurang memadai karena kurangnya koordinasi
organisasi masyarakat tersebut dan kerjasama dengan stakeholder lainnya.
0 3 0 4 0 5 0 6 07 0 8 0 9 1 0 11 1 2 1 3 1 4 15 1 6 1 7 1 8 19 2 0 2 1 2 2 23
2 4 2 5 2 6 27 2 8 2 9 2 0
4 0 6 0
8 0 1 0 0
K u
a li
ta s
L in
g k
u n
g a
n
03 0 4 0 5 0 6 0 7 08 0 9 1 0 11 1 2 1 3 1 4 1 5 16 1 7 1 8 1 9 2 0 21 2 2 2 3 24 2 5 2 6 2 7 2 8 29 5 0 . 00 0 . 00 0
1 0 0. 0 0 0 .0 0 0 R u pia h jiwa
P e
rt P
e n
d p
tn
0 3 0 4 0 5 0 6 07 0 8 09 1 0 11 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 18 1 9 20 2 1 22 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 29 2 0 . 00 0 . 0 00
4 0 . 00 0 . 0 00 6 0 . 00 0 . 0 00
8 0 . 00 0 . 0 00 R u p ia h
Ba n gu n a n LGA
Pe rt an ia n Pe rt I n d
KPJ An g Ko m
Js Perd 0 3 0 4 05 0 6 0 7 08 0 9 1 0 1 1 1 2 13 1 4 1 5 16 1 7 1 8 1 9 2 0 21 2 2 2 3 24 2 5 2 6 2 7 2 8 29
5 . 0 0 0 1 0 . 0 00
1 5 . 0 00 2 0 . 0 00
2 5 . 0 00 H a
LPrm k n Bg n T b k k lm
Lh n Swh T g lk b n
Lh n H u t an
Gambar 5.61. Simulasi model skenario pesimis a
b
d c
Gambar 5.61.a memperlihatkan bahwa pada skenario pesimis, kualitas lingkungan pada tahun 2003 di Kota Semarang sebesar 59 menurun menjadi
51,25 pada tahun 2010, dan diperkirakan akan terjadi penurunan menjadi 31,42 pada tahun 2030. Kondisi ini diperkirakan terjadi akibat peningkatan jumlah sampah
dan limbah seiring semakin berkembangnya kegiatan pembangunan di Kota Semarang.
Gambar 5.61.b memperlihatkan bahwa pada skenario pesimis, pertumbuhan pendapatan rupiahjiwatahun pada tahun 2003 di Kota Semarang
sebesar 12.142.036 meningkat menjadi 20.518.777 pada tahun 2010, dan diperkirakan akan terjadi peningkatan menjadi 111.306.609 pada tahun 2030.
Berdasarkan Gambar 5.61.c memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor yang diamati
yakni sektor bangunan, LGA, pertanian, pertambangan dan industri, KPJ, AngKom dan Jasa Perdagangan jutaan rupiah. Peningkatan nilai tersebut dapat diketahui
dari data tahun 2004 dan taksiran berdasar simulasi tahun 2030 pada masing-masing sektor seperti berikut ini: sektor bangunan sebesar 2.832.763 menjadi 20.667.194;
sektor LGA dari 404.680 menjadi 1.414.933; sektor pertanian dari sebesar 273.855 menjadi 1.270.717; sektor pertambangan industri dari 5.623.450 2004 menjadi
64.037.970 2030; sektor KPJ dari 637.402 2004 menjadi 2.483.997 2030, sektor Angkom dari 2.106.028 2004 menjadi 19.022.786 2030 dan sektor Jasa
Perdagangan dari 8.426.412 2004 menjadi 91.192.531 2030. Berdasarkan Gambar 5.61.d di atas penggunaan ruang untuk lahan sawah,
hutan, tegal kebun, permukiman bangunan mengalami peningkatan, sedangkan tambak, rawa kolam mengalami penurunan. Perubahan luasan lahan berdasarkan
skenario pesimis pada tahun 2010 dan tahun 2030 adalah lahan sawah seluas 3.966,96 ha. meningkat menjadi 4.375 ha, lahan hutan seluas 1.978,08 ha. naik
menjadi 2.614,05 ha, tegal dan kebun seluas 15.985,35 ha. naik menjadi 19.431,92 ha, permukiman bangunan seluas 15.093,47 ha. naik menjadi 16.739,27 ha. serta
Tambak, rawa kolam seluas 1.105,64 ha. turun menjadi 474,53 ha. Ketiga skenario memberikan hasil yang berbeda pada peubah yang dikaji
kualitas lingkungan, pertumbuhan pendapatan, pendapatan rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor yang diamati dan penggunaan tata ruang.
Secara umum perbedaan antar skenario mulai tampak pada tahun 2010.
Skenario moderat merupakan model dasar yang telah disusun dan disimulasikan , oleh karena itu semua skenario lain dibandingkan dengan skenario
moderat. Hasil perbandingan yang dinyatakan dalam persen perbedaan, disajikan pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Hasil perbandingan antar skenario yang dinyatakan dalam persen perbedaan
No Peubah
Perbedaan antar Skenario Optimis dengan
Moderat Pesimis dengan
Moderat 1
Kualitas Lingkungan 17,92
-38 2
Pertumbuhan Pendapatan 30,5
-44,3 3
Nilai Rupiah Setiap Sektor 30,5
-44,3 4
Penggunaan Tata Ruang 0,14
-0,5 Sumber: Hasil Analisis 2010
Skenario pesimis secara umum menurunkan kualitas lingkungan, pertumbuhan pendapatan, nilai rupiah setiap sektor dan penggunaan tata ruang
secara siginifikan, dibandingkan dengan moderat. Hal ini dapat terjadi karena kombinasi kondisi factor kunci pada skenario pesimis tidak mengutamakan semua
factor kunci, yang pada gilirannya akan menurunkan kualitas lingkungan, menurunkan penerimaan pendapatan atau nilai rupiah setiap sektor dan menurunkan
penggunaan tata ruang sebagai akibat terbatasnya pembangunan sarana dan prasarana kota.
Peubah dimensi ekonomi yang sangat terpengaruh oleh faktor kontribusi sektor industri, tingkat pemanfaatan lahan dan sarana listrik adalah pertumbuhan
pendapatan PDRB dan pendapatan rupiah dari setiap sektor, dimana akan terjadi penurunan masing-masing peubah lebih dari 40. Kondisi ini menunjukkan bahwa
apabila kontribusi sektor industri menurun, pemanfaatan lahan kurang memadai, dan sarana listrik tidak memadai lagi, maka peubah dimensi ekonomi wilayah akan
menurun tajam. Perbedaan tersebut mulai tampak pada tahun 2013, dan terus meningkat sampai akhir simulasi. Selain itu pengabaian terhadap faktor tingkat
pemanfaatan lahan dan pemberdayaan masyarakat, akan memberikan dampak buruk bagi penurunan kualitas lingkungan yang menurun sekitar 38. Oleh karena itu
upaya peningkatan kualitas lingkungan di Kota Semarang dalam kaitannya dalam pengembangan kota tepian pantai water front city di Kota Semarang selayaknya
harus diikuti dengan upaya pemanfaatan lahan yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, untuk mencapai suatu
dinamika yang harmonis antara pertumbuhan pendapatan atau pendapatan rupiah tiap sektor dan penggunaan ruang. Dengan mencermati tabel di atas, antara
skenario pesimis dan moderat terdapat perbedaan yang substansial pada peubah kualitas lingkungan, pertumbuhan pendapatan dan pendapatan rupiah setiap sektor,
kecuali pada peubah penggunaan tata ruang. Skenario optimis memberikan hasil yang relatif berbeda dibandingkan
dengan skenario moderat. Skenario ini secara umum meningkatkan kualitas lingkungan, pertumbuhan pendapatan, pendapatan rupiah setiap sektor dan
penggunaan tata ruang secara siginifikan, dibandingkan dengan moderat. Peubah dimensi ekonomi yang sangat terpengaruh oleh faktor kontribusi
sektor industri, tingkat pemanfaatan lahan dan sarana listrik adalah pertumbuhan pendapatan PDRB dan pendapatan rupiah dari setiap sektor, dimana akan terjadi
peningkatan masing-masing peubah sekitar 30,5. Kondisi ini menunjukkan bahwa apabila kontribusi sektor industri ditingkatkan, pemanfaatan lahan dilakukan secara
berkelanjutan dan sarana listrik sudah memadai, maka peubah dimensi ekonomi wilayah akan meningkat tajam. Perbedaan tersebut mulai tampak pada tahun 2012,
dan terus meningkat sampai akhir simulasi. Selain itu peningkatan kontribusi sektor industri, pemanfaatan lahan secara berkelanjutan dan sarana listrik, akan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas lingkungan yang meningkat sekitar 17,92. Dengan mencermati tabel di atas, antara skenario optimis dan
moderat terdapat perbedaan yang substansial pada peubah kualitas lingkungan, pertumbuhan pendapatan dan pendapatan rupiah setiap sektor, kecuali pada peubah
penggunaan tata ruang. Mencermati kecenderungan sistem dari berbagai skenario yang ada, tampak
bahwa perubahan yang terjadi akibat perbedaan kondisi faktor pemberdayaan masyarakat, tingkat pemanfaatan lahan, kontribusi sektor industri, sarana listrik dan
ketersediaan organisasi masyarakat, memberikan perubahan yang sangat besar bagi output sistem. Secara umum peubah yang dikaji untuk skenario pesimis,
menunjukkan penampilan buruk dan pada dasarnya mencerminkan output yang tidak dikehendaki pada diagram inputoutput. Dengan kata lain skenario pesimis
akan menghasilkan output yang tidak mendukung pengelolaan kota tepian pantai water front city berkelanjutan di Kota Semarang. Dengan demikian sangatlah logis
untuk menetapkan skenario yang mengutamakan faktor erosi dan abrasi, pengangguran terbuka, akses masyarakat terhadap tepian pantai, teknologi ecoport
pelabuhan dan ketersediaan Kelembagaan Mitigasi Bencana, sebagai pilihan dalam pengelolaan kota tepian pantai di Semarang. Berdasarkan uraian di atas,
skenario logis yang dapat digunakan dalam kebijakan pengelolaan kota tepian pantai water front city di Kota Semarang adalah skenario moderat dan optimis.
VI. REKOMENDASI
6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW