Tinjauan Potensi Tepian Pantai Per Kecamatan Wilayah Penelitian

perairan darat atau kombinasi. Pada kawasan wisata baharipantai disyaratkan untuk menerapkan konsep ekowisata. Ekowisata dapat dikatakan bukan hanya sebagai salah satu corak kegiatan pariwisata khusus, melainkan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata bahari di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: 1 Ekowisata bergantung pada kualitas sumberdaya alam, peninggalan sejarah dan budaya. 2 Melibatkan masyarakat 3 Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya 4 Tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional 5 Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Adapun jenis kegiatan wisata bahari yang dapatsudah dikembangkan di Kota Semarang terdiri atas: a Wisata pantai kerakyatan di kawasan muara sungai Plumbon b Wisata pantai modern diarahkan pada optimalisasi pantai Marina c Kegiatan wisata perairan darat dikembangkan di kawasan folder Tawang. Adanya kendala kualitas air yang menimbulkan aroma tidak sedap dapat diatasi melalui pendekatan biologis dengan mengisi jenis ikan tertentu yang mampu mengekstraksi permasalahan kualitas air tersebut, disertaitanpa deairasi.

4.4 Tinjauan Potensi Tepian Pantai Per Kecamatan Wilayah Penelitian

Dari uraian diatas dan bersumber Katalog BPS, Kecamatan dalam angka 2008, potensi per Kecamatan wilayah penelitian bisa di sarikan sebagai berikut:

4.4.1 Kecamatan Tugu

Pantai ber-relief rendah, tersusun oleh endapan aluvium dengan substrat pasir dan ada pula sebagian wilayah pantai bersubstrat lempung dan pasir. Kondisi arus relatif tenang sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan mangrove. Luas areal Kecamatan Tugu adalah seluas 2.985,99 Ha IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009, dengan penggunaan areal tanah sebesar 656,92 Ha 22 sebagai tanah sawah, dan sebesar 2.329,07 Ha 78 berupa tanah kering terdiri dari: pekarangan untuk bangunan 20,30, tegalankebun 9, lapanganpadang rumput 0,40, tambak 67 dan lainnya 3,30. Jumlah penduduk 26.976 orang dengan mata pencaharian sebagai petani 4,70, buruh 49,65, nelayan 1,53, pedagangpengusaha 7,50, pegawai negeriABRI dan pensiunan 4,98, dan jasa lainnya 31,64. Jumlah industri: industr besar dan sedang 26, industri keci 17, dan industri rumah tangga 11. Kawasan industri berkembang pada daerah pinggiran Kota Semarang yaitu koridor Tugu-Kaliwungu. Kawasan industri ini perlu dimantapkan karena dapat berfungsi sebagai generator pertumbuhan wilayah, dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang serta ditopang dengan kebijakan yang mendukung. Kawasan industri yang ada harus dibatasi perkembangannya agar tidak masuk ke dalam CBD kota dan tidak mengkonversi lahan produktif yang ada, karena potensi pencemaran yang ditimbulkan. a. Potensi Sumberdaya Alam  Mangrove Kawasan mangrove di Kecamatan Tugu benar-benar mengalami degradasi tingkat tinggi dimana tepian pantainya telah kehilangan sebagian besar ekosistem mangrovenya karena telah dikonversi menjadi perumahan, pertambakan, pariwisata dan usaha perubahan lainnya. Dari hasil survey KeSEMAT, 2008, ditemukan 21 spesies mangrove di Kecamatan Tugu dengan luasan vegetasi mangrove dari kriteria jarang hingga lebat, dengan kerapatan masing masing: Station I Tugurejo mempunyai kerapatan paling luas yaitu 13.300 indHa, Station II di perbatasan dengan kerapatan 11.100 indHa dan Station III Karanganyar dengan kerapatan 9.700 indHa. Melihat kondisi parameter lingkungan perairan yang berada dalam batas normal dan terdapat beberapa vegetasi mangrove yang masih bagus, maka dengan didukung oleh partisipasi masyarakat, daerah bagian barat Kecamatan Tugu sangat memungkinkan untuk dijadikan daerah hutan lindung atau kawasan wisata alam ecotourism berbasis sistem Sylvofishery wisata mangrove di pematang tambak seperti di kawasan Mangrove Information Center MIC Bali.  Di sekitar muara Sungai Beringin, Kecamatan Tugu terdapat jalur pohon mangrove 3 lapis sepanjang 500 m. Pohon mangrove yang ada dari jenis Rhizophora sp. dan Avicenia sp. Tinggi pohon antara 2-3 m. dalam keadaan baik dan memungkinkan untuk penghijauan. Mangrove membentuk kelompok kecil.  Di wilayah pantai Kelurahan Mangunharjo, terdapat mangrove sepanjang 1500 m dengan ketebalan 15m dalam keadaan sedikit rusak tetapi masih memungkinkan untuk penghijauan.  Di sekitar perbatasan dengan Kabupaten Kendal terlihat ada upaya penghijauan mangrove Rhizophora sp. Dibeberapa lokasi terdapat spot- spot pohon mangrove jenis Avicenia dan juga Rhizophora sp. Terlihat adanya abrasi di wilayah ini yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dulunya pohon mangrove tersebut tertanam di pematang, disebabkan terkena abrasi dan erosi area tersebut tenggelam dan tercipta spot-spot tersebut dengan kedalaman air sekitar 1 m.  Potensi Terumbu Karang Meskipun terumbu karang di pesisir Kota Semarang boleh dikatakan telah punah, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang dalam rangka peningkatan kualitas ekosistem laut dan produktifitas perikanan di perairan pantai Kota Semarang dengan cara pembuatan terumbu karang buatan artificial reef dengan teknik transplantasi karang. Survey dilakukan pada tahun 2006, dengan hasil yang merekomendasikan bahwa lokasi Perairan Karanganyar, Kecamatan Tugu dipilih sebagai kawasan penenggelaman terumbu karang buatan dan transplantasi. Sebagai tindak lanjut hasil survey penentuan lokasi, telah dibuat dan melaksanakan penenggelaman terumbu karang buatan pada tahun 2007. Sedangkan kegiatan transplantasi karang telah dilakukan pada tahun 2008.  Produksi perikanan Luas areal perikanan budidaya tambak seluas 841,90 Ha 2006 bisa menghasilkan 379 ton ikan per tahun: bandeng 206 ton, udang 136,70 ton dan lainnya, dengan total nilai Rp. 6.340.000.000,- 2006. Produksi ikan budi-daya mengalami penurunan dari tahun ketahun yang disebabkan oleh tidak berproduksinya lahan tambak akibat kegagalan panen dan berkurangnya areal pertambakan yang digunakan untuk keperluan lain. Kecamatan Tugu merupakan penghasil ikan budi-daya terbesar di Kota Semarang  Produksi pertanian Dengan tanah sawah seluas 22 dari total area, Kecamatan Tugu dan Genuk merupakan produsen padi terbesar diseluruh Kota Semarang tepian air.  Potensi Wisata Wisata bahari dan wisata perahu menjadi kesatuan dengan wisata kerakyatan muara sungai Plumbon, dengan memanfaatkan potensi wisata hutan mangrove  Potensi Industri Berdasarkan RTRW Kota Semarang, Kecamatan Tugu merupakan wilayah BWK X yang diperuntukkan sebagai kawasan industri. Terdapat dua kawasan industri utama, yaitu: Kawasan Industri Guna Mekar dan Kawasan Industri Wijayakusuma, dengan jenis-jenis industri: furniture, garment, elektronika, pengolahan kayu, bahan kimia, bahan makanan dan minuman, dan juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan produk.

4.4.2. Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara

Merupakan kawasan pantai yang telah mengalami pengaruh budaya manusia, yaitu kawasan wisata, pelabuhanniaga dan pemukiman. Pada bagian barat, pantai berrelief rendah tersusun oleh endapan aluvium berupa paparan lumpur, mempunyai potensi untuk ditumbuhi hutan mangrove semula ditumbuhi mangrove, tetapi sayangnya telah dibabat untuk program-program reklamasi, sedangkan dibagian timur, pantai berrelief rendah tersusun oleh endapan aluvium berupa paparan lumpur tetapi tidak ditumbuhi mangrove. Luas areal Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara adalah seluas 3.417 Ha IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009 dengan penggunaan areal tanah sebesar 9,23 Ha 0,27 sebagai tanah sawah, dan sebesar 3.407,77 Ha berupa tanah kering terdiri dari: pekarangan untuk bangunan 72,93, tegalan kebun 0,82, tambak 2, dan lainnya 24,25. Jumlah penduduk 286.115 orang dengan mata pencaharian: buruh 18, nelayan 1,28, industri 13,78, pedagangpengusaha 8,95, jasa 47,47, PNSABRIpensiunan 10,52. Jumlah dan kepadatan penduduk sangat tinggi, diatas 10.000 jiwa per km. dan ber ada di wilayah Central Bisnis Distrik CBD  Potensi Sumberdaya Alam b. Mangrove Di sepanjang wilayah pantai Tambak Lorok dapat dikatakan sudah tidak terdapat pohon mangrove, karena di wilayah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan pelabuhan dan pendaratan. c. Potensi Perikanan Budidaya Kec. Semarang Barat dan Kec. Semarang Utara mempunyai luas areal tambak sebesar 111,50 Ha. dan Sungai 12,25 Ha.dengan hasil ikan 48,7 ton per tahun 2006 d. Potensi Pariwisata Wisata pantai modern diarahkan pada optimalisasi pantai Marina dan Kawasan Wisata Tanjungmas. Kegiatan wisata perairan darat dikembangkan di kawasan folder Tawang. Adanya kendala kualitas air yang menimbulkan aroma tidak sedap dapat diatasi melalui pendekatan biologis dengan mengisi jenis ikan tertentu yang mampu mengekstraksi permasalahan kualitas air tersebut, disertaitanpa deairasi.

4.4.3. Kecamatan Genuk Pantainya merupakan kombinasi antara berelief rendah tersusun oleh

endapan aluvium berupa paparan lumpur dan sebagian yang lain tersusun oleh pasir pantai. Luas areal 2.708,38 Ha IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009, dengan penggunaan areal tanah sebesar 289,40 Ha. berupa tanah sawah dan sebesar 2.418,98 Ha. berupa tanah kering yang terdiri dari pekarangan untuk bangunan dan halaman 47, tegalkebun 31, tambak 15,50, lain-lain 6,50. Jumlah penduduk 80.600 orang dengan mata pencaharian sebagai petani 5,20, buruh 53,45, nelayan 0,11, pengusaha 2,72, pedagangpengusaha 11,91, jasa 25,55, dan PNSABRI 1,06. Kawasan industri juga berkembang pada daerah pinggiran Kota Semarang yaitu koridor Genuk-Sayung. Sama halnya dengan kawasan industri di koridor Tugu- Kaliwungu, kawasan industri ini perlu dimantapkan karena dapat berfungsi sebagai generator pertumbuhan wilayah, dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang serta ditopang dengan kebijakan yang mendukung. Di sisi lain, kawasan industri yang ada harus dibatasi perkembangannya agar tidak masuk ke dalam CBD kota dan tidak mengkonversi lahan produktif yang ada, karena potensi pencemaran yang ditimbulkan.  Potensi Sumberdaya Alam a. Mangrove Sama halnya yang terjadi di Kecamatan Tugu, kawasan mangrove di Kecamatan Genuk juga mengalami degradasi dan kehilangan sebagian besar ekosistem mangrovenya karena konversi lahan. Menurut survey KeSEMAT 2008, di tepian pantai Kelurahan Trimulyo Kecamatan Genuk, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan lagi antara pertambakan penduduk dengan lautan lepas karena degradasi lahan yang menyebabkan abrasi. Gambar 4.10 Pemetaan Area Mangrove Juni 2009 di Kecamatan Genuk Disepanjang pantai antara Sungai Babon dan Sungai Seringin Desa Terboyo Wetan terdapat jalur tumbuhan mangrove setebal 20 m sepanjang 500 m. Mangrove tersebut terutama dari jenis Rhizophora sp. dan Avicenia sp. dengan ketinggian yang bervariasi dari yang 1 m hingga 4 m. Kondisi jalur mangrove ini baik dan sangat mungkin untuk dilakukan penanaman mangrove untuk lebih meningkatkan kondisi nya. Selanjutnya di sebelah barat Sungai Seringin di sebelah utara Terminal Bus Terboyo terdapat spot-spot pohon mangrove dari jenis Rhizophora sp Lihat Gambar 4.10 Sama halnya dengan Kecamatan Tugu, Kecamatan Genuk juga membutuhkan langkah-langkah penyelamatan konservasi mangrove karena mempunyai potensi yang sangat baik untuk pertumbuhan mangrove. Dengan pemetaan area mangrove dengan resolusi tinggi, jumlah luasan mangrove bisa terpantau secara detil Lihat Gambar 4.11 Gambar 4.11 Pemetaan Area Mangrove Menggunakan Data Satelit Resolusi Tinggi, 2009 b. Potensi Perikanan Budidaya Kecamatan Genuk mempunyai areal tambak seluas 27,72 Ha.dan areal Sungai seluas 32,15 Ha. untuk perikanan budidaya c. Produksi Pertanian Dengan tanah sawah seluas 10,65 dari total area, maka Kec. Genuk merupakan produsen pertanian berupa padi terbesar kedua setelah Kec Tugu. d. Potensi Industri Menurut Inkantrani B.P, 2006, pembangunan di kawasan industri Genuk sudah melebihi daya dukung lingkungan yang ada. Dalam arti, lingkungan yang ada sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan mahluk hidup diatasnya akibat pembangunankegiatan industri. Dengan kata lain daerah Genuk sudah tidak layak lagi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri. Menurut Peta Tata Guna Lahan Bagian Wilayah Kota, Kecamatan Genuk masuk kedalam BWK IV, dengan Kawasan Industri: Terboyo Semarang, Terboyo Megah, LIK Bugangan Baru dan Wilayah Industri sepanjang jalan Kaligawe.

4.5 Kebijakan Umum Pemerintah Kota Semarang