Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Design of waterfront city management policy in Semarang Coastal Zone

kota sebagai suatu mata rantai pengelolaan ekonomi wilayah yang saling mempengaruhi. d. Pergeseran dari orientasi daratan menuju ke orientasi pesisir dan kepulauan. Pengembangan pengelolaan wilayah di masa datang perlu mempertimbangkan akses dari simpul ke simpul, sumberdaya alam di laut yang bersifat dinamis, serta keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam dan kewenangan masyarakat lokal.

2.4. Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan

Konsep pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, sosial-budaya yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development telah disepakati secara global sejak diselenggarakannya United Nation’s conference on the human environment di Stockholm tahun 1972. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya WCED, 1987. Komisi Brundland menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu kondisi yang kaku mengenai keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses perubahan yang mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan perubahan situasi dibuat konsisten dengan masa depan seperti halnya kebutuhan saat ini. Pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung semua kehidupan di muka bumi. Pembangunan selalu memiliki implikasi ekonomi, sosial-budaya, dan politik. Pembangunan dapat dikatakan sebagai vektor dari tujuan sosial suatu masyarakat. Tujuan tersebut menjadi atribut dari apa yang ingin dicapai atau di maksimalkan oleh masyarakat, yang dapat mencakup kenaikan pendapatan perkapita, perbaikan kondisi gizi dan kesehatan, pendidikan, akses terhadap sumberdaya, distribusi pendapatan yang lebih merata, dan sebagainya sehingga konsep berkelanjutan dapat diartikan sebagai persyaratan umum dimana karakter vektor pembangunan tersebut tidak berkurang sejalan dengan waktu Pearce and Tannis, 1999. Dalam hal pengelolaan sumberdaya alam, telah disepakati secara global mengenai bagaimana seharusnya sumberdaya alam dikelola agar berkelanjutan sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan kegiatan ekonomi. Kesepakatan ini jelas menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya alam harus mempertimbangkan ketiga aspek sekaligus yakni ekologi, ekonomi dan sosial- budaya. Sejalan dengan hal ini, upaya mengubah pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan menjadi hal utama untuk mendukung upaya perlindungan daya dukung ekosistem dan fungsi lingkungan sebagai prasyarat peningkatan kesejahteraan masyarakat generasi sekarang dan yang akan datang. Sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan Sustainable Development COMHAR, 1999 Concept, terdapat 7tujuh tema :  Kepuasan satisfaction kebutuhan manusia dalam penggunaan sumberdaya secara efisien  Equitikekayaan, keadilan antar generasi  Menghormati integritas keragaman hayati dan ekologi  Pemerataan kekayaan equity, keadilan antar negara dan wilayah  Pemerataan kekayaan equity, keadilan antar generasi  Keadilan sosial  Menghormati harta peninggalanwarisan dan keaneka ragaman  Membuat keputusan terbaik Pengelolaan sumberdayafasilitas infra struktur, pembangunan peralatan perlindungan pantai Coastal Zone Protection, guna memfasilitasi kota tepian air tersebut diatas harus dilaksanakan sesuai dengan kewajiban minimum memenuhi 2 dua aspek dari ke tujuh aspek diatas  Membuat suatu keputusan terbaik Good decision making dalam pemilihan alternative konsep pengelolaan kota tepian air dimana, secara ekologis meningkatkan kualitas ekosistem, secara ekonomi dengan valuasi ke-ekonomian terbaik dan mendorong peningkatan pendapatanpeningkatan ke-ekonomian PEMDA dan masyarakat terkait, dan secara sosial budaya meningkatkan kesempatanlowongan pekerjaan bagi masyarakat dan pendidikan.  Pemerataan dan keadilan sosial Social Equity, keikut sertaan keterlibatanperan serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.

2.5 Daya Dukung Lingkungan, Eksternalitas dan Kesesuaian Lahan