bahwa secara fisik dan fungsi kota, kurang optimal pengembangannya dan pemanfaatannya, baik dari aspek kota sebagai ruang publik maupun aset
ekonomi kota. Sementara pengembangan kawasan tepian pantai yang sudah ada belum tentu berhasil menjadikan kawasan tepian pantai tersebut sebagai kawasan
pemanfaatan terpadu yang terangkai menerus dan saling menunjang baik kepentingan ekonomi maupun kepentingan ruang untuk masyarakat luas,
sehingga pada umumnya keindahan pantai tidak dapat diakses dan dinikmati secara langsung oleh masyarakat dan cenderung terkotak-kotak dalam
kepemilikan pribadi. Disamping itu aset-aset budaya dan ekonomi kawasan kurang dimanfaatkan serta kurang terintegrasi dengan sistem kota.
1. Jakarta Kota Tepian Sungai
Kota Jakarta dengan Sungai Ciliwung dan kedua belas sungai yang mengalirinya. Fenomena pemanasan global dan degradasi kualitas lingkungan
memaksa Jakarta harus membangun kota sungai ramah air untuk menghidupkan kembali air dalam tata kotanya. Sebagai Kota Sungai, Pemerintah
Propinsi DKI harus merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah dan permukiman, menghijaukan kembali bantaran serta menjadikan halaman muka
bangunan dan wajah kota
2. Balikpapan Kota Tepian Pantai
Seperti Kota Tepian Air lainnya di Indonesia, aset-aset budaya dan ekonomi kawasan kurang dimanfaatkan serta kurang terintegrasi dengan sistem
kota. Selain hal tersebut, terdapat isue-isue strategis sehubungan dengan pengembangan kawasan tepian pantai Pusat Kota di Balikpapan, yaitu :
Pengembangan pantai Melawai sebagai area rekreasi pantai yang
merupakan kawasan khusus wisata dipusat kota
Ruang-ruang terbuka milik Pertamina akan dikembalikan kepada Pemerintah Daerah pada tahun 2003
Pertamina
akan menawarkan
aset-aset non
operasional entertainment center kepada pihak swastainvestor
Pemerintah Daerah sampai saat ini belum mempunyai grand
scenario dan urban guideline secara khusus dalam pengembangan kawasan tepian air di pusat kota.
Visi : Menjadi Pusat Kota Baru Yang bernuansa pantai di pusat kota Balikpapan Misi :
Menciptakan Central Business District yang berorientasi pada
waterfront
Menciptakan Commercial dan culture Main Street atau Strip yang manusiawi, dan ekologis
Menciptakan waterfront city yang menerus sepanjang pantai dan
pengamatan akses publik terhadap tepian pantai dan akses ke pantai
Tahapan Pembangunan : Analisa Dampak Lingkungan AMDAL, Advisory, Proses pembangunan: Ada dua pelaku yang melaksanakan proses pembangunan:
a Pemerintah Kota, dengan diterbitkannya SK walikota diharapkan
Land Right Transfersale kepada investor dapat mulai dilakukan sambil mulai dikeluarkannya peraturan daerah. Sebagai penyedia
pelayanan publik, pemerintah kota melakukan revitalisasi dan konservasi bagi permukiman nelayan, civic center dan pengembangan
pantai Melawai melalui program upgrading, ressetlement, new development dan site service.
b Swasta, seperti program Kasiba Lisiba, pembangunan prasarana
sekunder dilaksanakan oleh investor di Lisiba yang dikuasainya setelah memperoleh tanah dengan melakukan pembangunan seawall,
riverwall, drainage, jalan dan landscape. Ada tiga jenis sumber pembiayaan yang dapat digunakan oleh masing-masing pelaku:
offshore loans, National Local Bank, dan APBN APBD. Untuk Pemerintah Kota dapat menggunakan ketiganya sedangkan untuk
investorswasta hanya dapat menggunakan offshore loans, dan National Local Bank di samping modal mereka sendiri.
3. Semarang Kota Tepian Pantai Waterfront City