Menentukan Kelayakan Pengelolaan Sumberdaya Alam Tujuan 1

5.1 Menentukan Kelayakan Pengelolaan Sumberdaya Alam Tujuan 1

5.1.1. Kajian kinerja ke-ekonomian sumberdaya

a. SumberdayaHabitat Mangrove 1. Sustainable Management Berdasarkan hasil analisis citra pada tahun 2003 dan tahun 2007, diketahui luasan mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang telah mengalami penurunan luasan sebaran mangrove dari 135,38 Ha 2003 menjadi 93,56 Ha 2007 yang tersebar di wilayah Kecamatan Tugu Kelurahan-kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, Mangunharjo; Kecamatan Genuk Kelurahan Terboyo Kulon dan Terboyo Wetan serta Kecamatan Gayamsari Kelurahan Tambakrejo. Melalui program reboisasi pesisir Semarang potensi hutan mangrove dapat dipulihkan kembali menjadi lebih dari 135 Ha. seperti pada tahun 2003 dengan potensi ideal 300 ha. Hasil pengamatan dan analisa sampel Kementerian Kelautan dan Perikanan di sepanjang pantai Kota Semarang, mulai dari pantai Marina ke arah barat, pantainya bersubstrat pasir, sedangkan mulai Marina ke arah timur substrat pantai adalah pasir berlumpur. Jenis mangrove yang diidentifikasi antara lain Avicenia alba, A. Marina, A. Ovalis, Rhizophora mucronata, Lumnizea racemosa, Excoecaria agallocha, dan Pandanus sp. Pada opsi sustainable management, benefit yang diperoleh dari pengelolaan hutan mangrove berasal dari standing stock, kemampuan mangrove dalam menyediakan habitat perikanan, kehidupan liar wildlife, biodiversitas, physical value dan existence value. Biaya yang harus dikeluarkan berupa investment cost, biaya pemeliharaan dan eksploitasi standing stock, fishing cost serta biaya pemanfaatan kehidupan liar. Analisis biaya manfaat konservasi habitat yang digunakan oleh Kusumastanto et al. 1998 dari hasil kajiannya di Selat Maaka, diperoleh data bahwa estimasi nilai standing stock hutan mangrove mencapai USD 165hath, didasarkan pada volume log berdiameter 10 cm atau lebih dan tingkat eksploitasi yang diizinkan untuk kepentingan sustainable use selama 20 tahun masa pengelolaan 19.305 hath. Estimasi nilai mangrove dalam fungsinya sebagai penyedia habitat bagi berbagai jenis ikan mencapai USD 1,522.24hath, didasarkan pada nilai produksi perikanan di seputar hutan. Estimasi nilai kehidupan liar didalam ekosistem mangrove mencapai USD 8,22hath, didasarkan pada kekayaan spesies seperti burung, mamalia dan reptil yang dimiliki hutan ini. Estimasi nilai biodiversitas ekosistem mangrove mencapai USD 15hath, disetarakan dengan nilai biodiversitas hutan hujan tropis tropical rain forest dengan fungsi ekologi tinggi. Data tersebut juga menunjukkan, bahwa investment cost pengelolaan hutan mangrove diestimasi mencapai USD 190,39hath. Menurut Sumardjani 1993, eksploitasi dan perawatan standing stock hutan mangrove di Air Sugihan, Sumatra Selatan adalah USD. 102.93hath. Fishing cost sumberdaya perikanan di sekeliling hutan mangrove diestimasi mencapai USD 681,95hath; sedangkan biaya pemanfaatan kehidupan liar di dalam area hutan mangrove mencapai USD 0,59hath. Secara keseluruhan, estimasi benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove pada opsi sustainable manajemen disajikan pada Tabel 5.1 Dengan mengadopsi data hasil penyelidikan Kusumastanto et al 1998 yang dilakukan di Selat Malaka daerah tropis dengan kondisi tidak jauh berbeda dengan pesisir Semarang, dan Sumarjani tersebut diatas untuk diaplikasikan di Kota Semarang tepian pantai maka dengan luas total mencapai 135 ha, benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove di wilayah pesisir Semarang pada opsi sustainable management disajikan pada Tabel 5.2 Tabel 5.1. Estimasi benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove pada opsi sutainable management Benefit-Cost Komponen Nilai USDhath Asumsi Benefit Standing stock 165,00 konstan per tahun Perikanan 1.522,24 konstan per tahun Kehidupan liar 8,22 konstan per tahun Biodiversitas 15,00 konstan per tahun Physical value 726,26 konstan per tahun Existence value 2.516,40 konstan per tahun Cost Investment cost 190.39 konstan per 5 tahun Standing stock 102,93 konstan per tahun Perikanan 681,95 konstan per tahun Kehidupan liar 0,59 konstan per tahun Kusumastanto et al.1998 Tabel 5.2. Benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang pada opsi sustainable management Benefit-Cost Komponen Nilai USDth Asumsi Benefit Standing stock 22.275,00 konstan per tahun Perikanan 205.502,24 konstan per tahun Kehidupan liar 1.109,70 konstan per tahun Biodiversitas 2.025,00 konstan per tahun Physical value 98.045,10 konstan per tahun Existence value 339.714,00 konstan per tahun Cost Investment cost 25.702,65 konstan per 5 tahun Standing stock 13.895,00 konstan per tahun Perikanan 92.063,25 konstan per tahun Kehidupan liar 79,65 konstan pet tahun 2. Sylvofisheries Opsi ini didasarkan pada asumsi 20 luas hutan mangrove yang terbentuk digunakan untuk sylvofisheries, sisanya digunakan untuk sutainable management. Berdasarkan kondisi ini, data yang digunakan oleh Kusumastanto et al.1998 menunjukkan bahwa benefit dari milkfish sylvofisheriy diestimasi mencapai USD 224,03hath; polyculture sylvofishery USD 447,49hath, dan shrimp sylvofishery USD 1.249,84hath. Externality cost mencapai USD 825,91hath, diestimasi berdasarkan hilangnya nilai ekonomi 20 hutan mangrove akibat aktivitas sylvofisheries. Secara keseluruhan, estimasi benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove pada opsi sylvofisheries management disajikan pada Tabel 5.3. Dengan mengadopsi data tersebut untuk diaplikasikan di pesisir Semarang, dengan luas total mencapai 135 ha dan asumsi 20 luas hutan mangrove digunakan untuk sylvofisheries, benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove di wilayah tepian pantai Kota Semarang pada opsi sylvofisheries management disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.3. Estimasi benefit dan cost pengelolaan hutan mangrove pada opsi sylvofishery milkfish, polyculture, dan shrimp management Benefit and Cost Komponen NilaiUSDhath Asumsi Benefit Sylvofishery 1 224,03 konstan per tahun Sylvofishery 2 447,49 konstan per tahun Sylvofishery 3 1.248,64 konstan per tahun Standing stock 132,00 konstan per tahun Perikanan 1.217,79 konstan per tahun Hidupan liar 6,58 konstan per tahun Biodiversitas 12,00 konstan per tahun Physical value 581,02 konstan per tahun Existence value 2.013,12 konstan per tahun Cost Investment cost 1 30,45 konstan per 5 tahun Investment cost 2 36,18 konstan per 5 tahun Investment cost 3 153,47 konstan per 5 tahun Sylvofishery 1 46,24 konstan per tahun Sylvofishery 2 47,53 konstan per tahun Sylvofishery 3 215,49 konstan per tahun Standing stock 82,34 konstan per tahun Perikanan 545,56 konstan per tahun Hidupan liar 0,47 konstan per tahun Eksternalitas 825,91 konstan per tahun Kusumastanto et al.1998 Berdasarkan data pada Tabel 5.1; 5.2; 5.3; 5.4 dilakukan analisis kelayakan untuk setiap opsi pengelolaan hutan mangrove dengan hasil disajikan pada Tabel 5.5. Perhitungan secara detail aliran benefit dan cost untuk setiap opsi pengelolaan disajikan pada Lampiran-lampiran 7, 8, 9, 10 halaman-halaman 268, 272, 276, 300. Indikasi kelayakan kriteria pengelolaan ditunjukkan oleh nilai NPV positif dan BCR dari semua opsi pengelolaan bernilai 1. Tabel 5.4. Benefit dan Cost pengelolaan hutan mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang pada opsi: sylvofisherymilkfish 1 , polyculture 2 , dan schrimp 3 management Benefit-Cost Komponen Nilai USDtahun Asumsi Benefit Sylvofishery 1 6.048,81 konstan per tahun Sylvofishery 2 12.082,23 konstan per tahun Sylvofishery 3 33.713,28 konstan per tahun Standing stock 3.564,00 konstan per tahun Perikanan 32.880,33 konstan per tahun Hidupan liar 177,66 konstan per tahun Biodiversitas 324,00 konstan per tahun Physical value 15.687,54 konstan per tahun Existence value 54.354,24 konstan per tahun Cost Investment cost 1 822,15 konstan per 5 tahun Investment cost 2 976,86 konstan per 5 tahun Investment cost 3 4.143,69 konstan per 5 tahun Sylvofishery 1 1.248 ,48 konstan per tahun Sylvofishery 2 1.283,31 konstan per tahun Sylvofishery 3 5.818,23 konstan per tahun Standing stock 2.223,18 konstan per tahun Perikanan 14.730,12 konstan per tahun Hidupan liar 12,69 konstan per tahun Eksternalitas 22.299,57 konstan per tahun Tabel 5.5. Net Present Value NPV untuk setiap opsi manajemen dan BCR, Sumber: Kusumastanto et al. 1998 No. Opsi Manajemen NPV USDha BCR 1 Sustainable Management 17.391,78 5,96 2 Sylvofishery Milkfish 9.825,21 2,52 3 Sylvofishery Milkfish and Shrimp 12.259,16 2,92 4 Sylvofishery Shrimp 14.789,20 3,05 Dengan luas total mencapai 135 ha, Opsi manajemen hutan mangrove di wilayah Kota Semarang tepian pantai mempunyai NPV dan BCR seperti pada Tabel 5.6. detil perhitungan disajikan pada Lampiran 7, 8, 9, 10; halaman 268, 272, 276 dan 300 . Tabel 5.6. Hasil analisis kelayakan dari beberapa opsi pengelolaan hutan mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang No Opsi Pengelolaan NPVUSD BCR Hasil Analisis 1 2. 3. 4. Sustainable Management Milkfish sylvofishery Polyculture sylvofishery Shrimp sylvofishery 4.736.988,00 4.405.319,00 4.456.069,00 4.595.085,00 5,94 2,78 2,92 3,04 Layak Layak Layak Layak b. Beach Resources b.1. Beach Protected Areas Pesisir Semarang sepanjang 25 km. Rencana Tata Ruang Pesisir Kota Semarang, 2007 yang dimiliki oleh 4empat Kecamatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa yaitu Kecamatan Tugu 31,78 km2, Kecamatan Semarang Barat 21,74 km2, Kecamatan Semarang Utara 10,97 km2 dan Kecamatan Genuk 27,74 km2 serta 2dua diantaranya masih dipengaruhi oleh karakteristik wilayah pesisir secara fisik maupun sosial ekonomi, yaitu Kecamatan Semarang Timur 7,71 km2 dan Kecamatan Gayamsari 6,18 km2. Pengelolaan beach resources pada opsi beach protected areas selain berpotensi menghasilkan manfaat langsung direct benefit dan manfaat tidak langsung indirect benefit, juga beresiko menanggung biaya langsung direct cost. Manfaat langsung yang diperoleh berasal dari aktivitas wisata dan aktivitas ekonomi lain seperti bungalow hotel dan restoran yang dapat dikembangkan di area ini. Manfaat tidak langsung yang diperoleh berupa perlindungan garis pantai shorline protection. Biaya langsung yang harus ditanggung berupa biaya investasi investment cost dan biaya perawatan maintenance cost untuk bungalow hotel dan restoran. Manfaat dan biaya langsung dari aktivitas wisata dan aktivitas ekonomi langsung dihitung berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh direktorat jenderal pariwisata. Secara keseluruhan, berdasarkan data-data yang digunakan oleh Kusumastanto et al.1998, estimasi manfaat dan biaya pe- ngelolaan beach resources pada opsi beach protected areas adalah: Tabel 5.7. Taksiran benefit dan cost pengelolaan beach resources pada opsi beach protected areas Benefit-Cost Komponen Nilai USDkmth Asumsi Benefit Wisata pantai 15.024,00 tetap per tahun Bungalow hotel 9.659.220,48 tetap per tahun Restoran 1.614.351,20 tetap per tahun Pemanenan telur penyu 224.640,00 tetap per tahun Hidupan liar 5.974,71 tetap per tahun Shoreline protection 4.000.000,00 tetap per tahun Cost Investment cost: Bungalow hotel 7.152.240,00 tetap per 10 tahun Restoran 1.760.000,00 tetap per 10 tahun Maintenance cost: Bungalow hotel 572.179,20 tetap per tahun Restoran 140.800,00 tetap per tahun Penyu 1,85 tetap per tahun Kusumastanto et al. 1998 Berdasarkan data-data tersebut, dengan panjang pantai mencapai 25 km, manfaat dan biaya pengelolaan beach resources di wilayah pesisir Semarang pada opsi beach protected areas disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Taksiran benefit dan cost pengelolaan beach resources di wilayah pesisir Kota Semarang pada opsi beach protected areas Benefit-cost Komponen Nilai USDth Asumsi Benefit Wisata pantai 375.600 tetap per tahun Bungalow hotel 241.480.512 tetap per tahun Restoran 40.358.780 tetap per tahun Pemanenan telur penyu 5.616.000 tetap per tahun Hidupan liar 149.367 tetap per tahun Shoreline protection 100.000.000 tetap per tahun Cost Investment cost: Bungalow hotel 178.806.000 tetap per 10 tahun Restoran 44.000.000 tetap per 10 tahun Maintenance cost: Bungalow hotel 14.304.480 tetap per tahun Restoran 3.520.000 tetap per tahun Penyu 46,25 tetap per tahun b.2. Set Back Zone Opsi set back Zone, selain berpotensi menghasilkan direct dan indirect benefit, juga beresiko menanggung direct cost. Direct benefit yang dihasilkan berasal dari aktivitas wisata dan aktivitas ekonomi lain seperti bungalow hotel dan restoran. Indirect benefit yang diperoleh berupa shoreline protection. Direct cost yang harus ditanggung berupa investment cost dan maintenance cost untuk bungalow hotel dan restoran. Secara keseluruhan, berdasarkan data-data yang digunakan oleh Kusumastanto et al. 1998, estimasi benefit dan cost pengelolaan beach resources pada opsi set back zone disajikan sebagai berikut: Tabel 5.9 Taksiran benefit dan cost pengelolaan beach resources pada opsi set back zone Benefit-cost Komponen Nilai USDkmth Asumsi Benefit Wisata pantai 18.780,00 tetap per tahun Bungalow hotel 12.074.025,60 tetap per tahun Restoran 2.017.939,00 tetap per tahun Shoreline protection 4.000.000,00 tetap per tahun Cost Investment cost: Bungalow hotel 8.490.300,00 tetap per 10 tahun Restoran 2.220.000,00 tetap per 10 tahun Maintenance cost: Bungalow hotel 849.030,00 tetap per tahun Restoran 222.000,00 tetap per tahun Kusumastanto et al. 1998 Berdasarkan data-data tersebut, dengan panjang pantai mencapai 25 km., benefit dan cost pengelolaan beach resources di wilayah pesisir Semarang pada opsi set back zone disajikan pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Taksiran benefit dan cost pengelolaan beach resources pada opsi set back zone Kota Semarang tepian pantai Benefit-cost Komponen Nilai USDth Asumsi Benefit Wisata pantai 469.500,00 tetap per tahun Bungalow hotel 301.850.625 tetap per tahun Restoran 50.448.475 tetap per tahun Shoreline protection 100.000.000 tetap per tahun Cost Investment cost: Bungalow hotel 212.257.500 tetap per 10 tahun Restoran 55.500.000 tetap per 10 tahun Maintenance cost: Bungalow hotel 21.225.750 tetap pertahun Restoran 5.550.000 tetap per tahun Tabel 5.11 Hasil analisis kelayakan dari dua opsi pengelolaan beach resources di wilayah pesisir Kota Semarang No. Opsi pengelolaan NPV USD BCR Hasil analisis 1. Beach protected areas 2.642.855.245 8,34 layak 2. Set back zone 2,960.139.518 6,44 layak Detil perhitungan NPV dan BCR disajikan pada Lampiran-lampiran 11 dan 12, pada halaman 284 dan 288.

5.1.2. Pilihan Pengelolaan Sumberdaya

Untuk memilih dari beberapa alternatif pilihan pengelolaan sumber daya yang ada yang paling layak dikembangkan di wilayah pesisir Kota Semarang, dibuat peringkat dari beberapa alternatif pilihan yang ada dengan menggunakan teknik perbandingan indeks kinerja Comparative Performance Index CPI. a Pilihan Pengelolaan SumberdayaHabitat Mangrove Tabel 5.5. di transformasikan menjadi Tabel 5.12 matriks awal penilaian pilihan pengelolaan sumberdaya habitat mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang. Tabel 5.12. Matriks awal penilaian pilihan pengelolaan sumberdayahabitat mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang No Opsi Pengelolaan NPVUSD BCR Hasil Analisis 1 2. 3. 4. Sustainable Management Milkfish sylvofishery Polyculture sylvofishery Shrimp sylvofishery 4.736.988,00 4.405.319,00 4.456.069,00 4.595.085,00 5,96 2,52 2,92 3,05 Layak Layak Layak Layak Bobot criteria 0,4 0,6 Tabel 5.13. Matriks hasil transformasi dan hasil penilaian pilihan pengelolaan sumberdayahabitat mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang No. Pilihan pengelolaan Kriteria Nilai pilihan Peringkat NPV USD BCR 1 Sustainable management 107,3 236,5 184,8 1 2 Milkfish sylvofishery 100,0 100,0 100,0 4 3 Polyculture sylvofishery 101,2 115,9 110,0 3 4 Shrimp sylvofishery 104,3 121,0 114,3 2 Bobot criteria 0,4 0,6 Perhitungan secara detil aliran benefit dan cost untuk setiap opsi pengelolaan disajikan pada Lampiran. Tabel 5.13 menunjukkan bahwa pilihan pengelolaan Sustainable management menempati peringkat pertama 1, disusul Shrimp sylvofishery 2, Polyculture sylfofishery 3 dan terakhir Milkfish sylvofishery 4. Hasil ini juga menunjukkan bahwa sustainable management merupakan pilihan pengelolaan sumberdayahabitat mangrove yang dinilai paling layak dikembangkan di wilayah tepian pantai Kota Semarang. Atas hal tersebut, pembabatan hutan mangrove harus segera dihentikan dan perlu di prioritaskan untuk dilakukan penanaman kembali. a. Pilihan Pengelolaan Beach Resources Penilaian pilihan pengelolaan beach resources di wilayah tepian pantai Kota Semarang dilakukan menggunakan matriks yang disajikan pada Tabel 5.14 yang merupakan hasil transformasi Tabel 5.11 Tabel 5.14. Matriks awal hasil penilaian pilihan beach resources di wilayah tepian pantai Kota Semarang No. Opsi pengelolaan NPV USD BCR Hasil analisis 1. Beach protected areas 2.642.855.245 8.34 layak 2. Set back zone 2,960.139.518 6.44 layak Bobot kriteria 0,4 0,6 Tabel 5.15 Matriks hasil transformasi dan hasil penilaian pilihan pengelolaan beach resources di wilayah tepian pantai Kota Semarang No. Pilihan pengelolaan Kriteria Nilai pilihan Peringkat NPV USD BCR 1 Beach protected areas 100,0 129,5 117,7 1 2 Set back zone 112,0 100,0 104,8 2 Bobot criteria 0,4 0,6 Tabel 5.15 menunjukkan bahwa pilihan pengelolaan beach protected areas menempati peringkat pertama 1, disusul oleh set back zone yang menempati peringkat ke dua 2.Atas hal tersebut, perlu dilakukan langkah nyata untuk melindungi wilayah pantai, mengingat kecenderungan yang terjadi selama ini menunjukkan, bahwa berbagai proses baik yang bersifat alami maupun antropogenik seperti abrasi, akresi dan reklamasi pantai, cenderung menimbulkan dampak yang merugikan baik dari aspek biofisik, ekonomi maupun sosial.

5.2 Menentukan Tingkat Keberlanjutan dan Indikator-indikator