1. Kota Kuching, di Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur.
Kawasan pusat kota Internasional Kuching dilintasi sungai Serawak, dan merupakan kota tepian air redevelopment dengan pemanfaatan terpadu. Visi
menjadi kota tepian air yang bertaraf internasional dengan misi yang memadukan keseimbangan penataan komersial perdagangan dan jasa dengan kawasan
permukiman penduduk. Jalur pejalan kaki pedestrian path di tata rapi dan asri dengan taman-taman bunga. Disepanjang kawasan terdapat hotel, pertokoan,
restoran dan tempat ibadah. Kesan sebagai kota modern bernuansa tradisional tercermin dari pertokoan modern shopping mall yang berdampingan dengan
pasar tradisional. Meskipun air sungai Serawak tidak terlalu jernih, sungai yang melintasi kawasan bersih dari sampah. Kebaikan atau kesesuaian Kota Kuching
tepian air dengan Kota Semarang adalah Iklim, suasana Asia dan kondisi fisiknya mirip dengan kota Semarang sehingga dalam beberapa hal dapat
dijadikan sebagai pembanding
2. Kota San Antonio, Texas, Amerika.
Berhasil dikembangkan sebagai Kota Tepian Air modern yang dapat mempertahankan konservasi bangunan bersejarah La Villita, dan dapat
menonjolkan nuansa kesenian dan budaya setempat. Kawasan waterfront city di pusat kota ini terkenal dengan sebutan Riverwalk Paseo Del Rio dilengkapi
teater alam terbuka di tepi sungai. Penataan kawasan pusat waterfront terbukti menjadi daya tarik utama wisatawan, dengan menikmati 1 jam perjalanan wisata
menggunakan perahu boat cruise ber tarif terjangkau, dimana sepanjang perjalanan terdapat rumah makan berbagai menu mancanegara, aneka
pertunjukan musik.
3. Amsterdam, Netherlands.
Suatu kota tepian pantai redevelopment yang dibangun diatas air yang dikelilingi oleh suatu dam Offshore Dam yang memisahkan Amstel River dari
IJ River. Selama lebih dari 50 tahun berhasil mentransformasikan suatu kota yang semula mengutamakan aktivitas ekonomi menjadi kombinasi antara fungsi
perdagangan, pelayanan, jasa produksi khusus, dan berhasil menselaraskan
antara keindahan dan kemanusiaan didalam efisiensiefektif ke ekonomian, secara signifikan berhasil meningkatkan suatu masyarakat sejahtera. Dalam hal
ini, konsep tepian air yang merupakan proyek kependudukan yang luas telah berhasil mengembangkan daerah kumuh, seperti pusat-pusat sejarah, zona-zona
industri dan militer, tidak tersedianya jaringan kereta api dan bandara udara, dan sistem penanganan perumahan yang buruk, telah di transformasikan menjadi
daerah pemukiman yang gemerlap yang berhasil membangkitkan perolehan pajak, memperluas bidang kerja, dan banyak manfaat untuk sosial masyarakat
dalam meningkatkan kualitas kehidupannya. Pengembangan kota tepian air membangkitkan kesempatan yang luar
biasa besar untuk menyatukan pusat kota bersejarah dengan jalanlalu lintas airnya dan berhasil memfasilitasi pergerakan pertumbuhan keluar kota.
Negeri Belanda
Netherlands mempunyai
perencanaan dan
pengembangan nasional yang kuat. Keterbatasan ruang telah membangkitkan komitmen kebijakan untuk memelihara penghijauan ruang pertanian antar kota,
menejemen air dan ruang terbuka pada level lokal dan nasional Amsterdam mempunyai kebijakan pertanahan strategis untuk menunjang
redevelopment tepian air. Pada tahun 1896 Kota secara demokratis memutuskan untuk menggunakan sistem sewa tanah untuk penggunaan masa depan dengan
bersubsidi, dimana korporasi pertanahan kota menyewakannya ke pengembang swasta untuk perioda 49 atau 99 tahun. Penyewa membayar sewa secara bulanan
dengan penyesuaian berdasar penggunaan lahan, lokasi, luas pengembangan, tipe penggunaan perkantoran, retail, ruang terbuka, dsb.. Sistem pengaturan
subsidi dan penghapusannya telah berhasil memotivasi swasta untuk berkembang dan berswasembada dalam sistem pendanaan masyarakat sehingga mampu
berkembang secara berkelanjutan.
4. Kota New York, Amerika