yang merupakan salah satu stakeholder yang mempunyai peran terhadap pengembangan kota wilayah tepian pantai. Stakeholder selanjutnya adalah
masyarakat mempunyai bobot nilai 0,187 yang mempunyai peran terhadap pengelolaan lingkungan kawasan tepian pantai. Lembaga swadaya masyarakat
LSM dengan bobot nilai 0,118. Stakeholder selanjutnya pelaku usaha dengan bobot nilai 0,081. Stakeholder terakhir akademisi bobot nilai 0,056.
c. Pembobotan Kriteria Faktor Kebijakan Pengelolaan Kota Tepian pantai
Berkelanjutan Berdasarkan hasil dari pendapat pakar tersusun faktor-faktor yang menjadi
pengaruh utama dalam pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan di Kecamatan Genuk. Gambar 5.41 menunjukkan urutan prioritas faktor-faktor tersebut.
Gambar 5.41 Urutan prioritas faktor pengelolaan kota tepian pantaiberkelanjutan di Kecamatan Genuk
Berdasarkan Gambar 5.41 hasil analisis AHP yang merupakan faktor level 2, Erosi dan abrasi menjadi prioritas utama dengan bobot nilai 0,427. Perhatian
terhadap erosi dan abrasi mendorong perlunya penanaman kembali mangrove sehingga akan bisa meningkatkan kembali daya dukung lahan, bisa mengatasi
masalah erosi dan abrasi, ketersediaan sumberdaya air tawarintrusi air laut, dan rob. Hasil Analisis AHP yang menjadi prioritas kedua adalah Pengangguran
terbuka dengan bobot nilai 0,241. Perlu inovasi stakeholder dalam hal ini Pemerintah dan Investor untuk mempersiapkan lapangan kerja se luas-luasnya
diantaranya dengan pemberdayaan masyarakat secara terpadu untuk berpartisipasi dalam reboisasi, perawatan, dan pengambilan kebijakan.
Untuk Akses MasyarakatPublik terhadap tepian pantai menjadi prioritas ketiga dengan bobot nilai 0,164. Teknologi ecoport dan pelabuhan dari dimensi
infrastruktur menjadi prioritas keempat dengan bobot nilai 0,107. Pengadaan energi sarana listrik yang memadai merupakan prioritas penting dalam pengembangan
sarana dan prasarana. Kecukupan pasokan listrik tersebut sangat penting dalam menunjang kegiatan ekonomi kota Semarang.
Prioritas kelima adalah Kelembagaan Mitigasi Bencana, bobot nilai 0,061. d.
Pembobotan Kriteria Tujuan dalam Pengelolaan Kota Tepian pantai Berkelanjutan di Kecamatan Genuk.
Berdasarkan hasil dari pendapat pakar tersusun tujuan yang menjadi capaian utama dalam pengelolaan tepian pantai Kota Semarang di Kecamatan Genuk.
Gambar 5.42 menunjukkan urutan prioritas tujuan tersebut.
Gambar 5.42. Urutan prioritas tujuan dalam kebijakan pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan di Kecamatan Genuk
Berdasarkan Gambar 5.42 hasil analisis AHP yang merupakan tujuan level 4 menunjukkan perluasan lapangan kerja dan adaptasi banjir menjadi prioritas
utama dalam kriteria tujuan dengan masing-masing bobot nilai 0,277 dan 0,191. Prioritas selanjutnya adalah peningkatan PAD dengan bobot nilai 0,167. Diikuti
dengan kesehatan lingkungan masyarakat dengan bobot nilai 0,156. Permasalahan banjir dan permukiman kumuh di Kecamatan Genuk perlu diupayakan penyelesaian
masalahnya dengan cara pengembangan rumah panggunganti banjir, serta sosialisasi
pengembangannya ke
masyarakat sekitar
serta upaya-upaya
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah mencakup pengadaan fasilitas kegiatan. Prioritas selanjutnya adalah minimalisasi konflik 0,086.
Prioritas selanjutnya reduksi pencemaran dengan pengelolaan limbah sanitasi dengan bobot nilai 0,067. Prioritas selanjutnya adalah peningkatan daya
saing dengan bobot nilai 0,056.
e. Pembobotan Alternatif Sasaran Pengelolaan Kota Tepian Berkelanjutan di
Kecamatan Genuk.
Gambar 5.43. Urutan alternatif sasaran dalam kebijakan pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan
Berdasarkan Gambar 5.43 hasil analis AHP yang merupakan sasaran akhir level 5 dengan nilai inconsistency index keseluruhan sebesar 0,02, menunjukkan
strategi utama dalam pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan di Kecamatan Genuk sebaiknya lebih difokuskan kepada pengembangan kegiatan konsevasi
dengan bobot nilai 0,558. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan sehingga sumber daya alam yang ada di kawasan kota tepian pantai tersebut tetap terjaga
kelestariannya. Pemanfaatan potensi alam diantaranya dengan mengembangkan vegetasi spesifik seperti tanaman bakau yang dapat berfungsi untuk mencegah
abrasi, serta menjadi pemandangan alami dan mengembangkan perikanan darat tambak dan perikanan laut Suprijanto, 2001. Prioritas selanjutnya adalah
redevelopment dengan bobot nilai 0,320. Upaya ini dilakukan dengan cara peningkatan dukungan ketersediaan infrastruktur dasar yang memadai.
Prioritas terakhir adalah revitalisasi 0,122. Revitalisasi dapat dilakukan melalui cara pemugaran, konservasi lingkungan maupun penataan lingkungan.
g. Kecamatan Tugu