Merumuskan kebijakan dan skenario pengelolaan kawasan pesisir

5.4 Merumuskan kebijakan dan skenario pengelolaan kawasan pesisir

Semarang berkelanjutan yang menjamin terjadinya sinergi yang menguntungkan bagi semua stakeholder tanpa mengabaikan prinsip konservasi lingkungan Tujuan 4

5.4.1 Analisis Kebijakan Pengelolaan Kawasan Pesisir

Gambar 5.38 Diagram hirarki AHP kebijakan pengelolaan tepian pantai kota Semarang Analisis kebijakan pengelolaan kota tepian pantai kota Semarang berkelanjutan dilakukan menggunakan metode AHP. Dalam analisis ini, terdapat 5 level pengambilan keputusan, yakni fokus pengelolaan; peranan stakeholders; faktor pendukung; tujuan pengelolaan dan alternatif kebijakan yang mungkin dilaksanakan. Berdasarkan perhitungan nilai tiap tingkat AHP diperoleh hasil sebagai berikut: a. Peranan stakeholders. Terdapat 6 Stakeholders dalam pengambilan keputusan pengelolaan lingkungan wilayah tepian pantai berkelanjutan. Pentingnya peranan masing-masing stakeholder dalam penentuan alternatif kebijakan disajikan berikut: PENGELOLAAN KOTA SEMARANG TEPIAN PANTAI BERKELANJUTAN Pengangguran Terbuka 0,250 Erosi dan Abrasi 0,433 Kelembagaan Mitigasi Bencana 0,061 Akses Masyarakat 0,159 Tujuan Peningkatan PAD 0,153 Peningk.Daya saing 0,054 Reduksi Pencemaran 0,069 Adaptasi Banjir 0,169 Kes- Ling- Mas 0,155 Perluasan Lap. Kerja 0,310 Minimalisasi Konflik 0,089 Alternatif Konsevasi 0,324 Redevelopment 0,452 Revitalisasi 0,224 Stakeholder Fokus Faktor Pemerintah 0,35 Masyarakat 0,203 LSM 0,105 Pelaku Usaha 0,076 Investor 0,224 Akademisi 0,170 Teknologi Ecoport dan Pelabuhan 0,096 Tabel 5.19. Prioritas stakeholder berdasar tingkat kepentingan pada pengelolaan lingkungan wilayah tepian pantai berkelanjutan No Stakeholders Nilai 1. Masyarakat 0,203 2. Pemerintah 0,350 3. LSM 0,105 4. Pelaku usaha 0,076 5. Investor 0,224 6. Akademisi 0,170 Inconsistency Stakeholder Rataan 0.0536 Dari Tabel 5.19 diperkirakan, bahwa peranan pemerintah dalam penentuan alternatif kebijakan merupakan hal yang paling menentukan 0,350. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam pengelolaan wilayah Kota Semarang tepian pantai secara berkelanjutan. Hasil perhitungan ini mempengaruhi tingkat-tingkat pengembilan keputusan selanjutnya. b. Hirarki faktor pendukung menurut stakeholders Masing-masing stakeholder memiliki perbedaan prioritas hirarki dalam penentuan faktor pendukung. Dari Gambar 5.7 terlihat, bahwa menurut stakeholder, faktor pendukung paling penting pada pengelolaan wilayah tepian pantai berkelanjutan adalah berturut-turut Erosi dan Abrasi 0,433, Pengangguran Terbuka 0,250, Akses Masyarakat 0,159, Teknologi Ecoport 0,096 dan Kelembagaan Mitigasi Bencana 0,061. Tiap-tiap stakeholders memberikan prioritas utama terhadap faktor pendukung pemberdayaan masyarakat dan tingkat pemanfaatan lahan dalam pengelolaan wilayah tepian pantai berkelanjutan terutama masyarakat dan pemerintah. Untuk faktor pendukung Erosi dan Abrasi, pemerintah dan LSM memberikan nilai tertinggi yaitu masing-masing berturut-turut 0,512 dan 0,454. Untuk faktor pendukung pengangguran terbuka, akademisi dan investor memberikan nilai tertinggi yaitu masing-masing berturut-turut 0,268 dan 0,26. Untuk faktor pendukung akses masyarakat, investor dan pelaku usaha memberikan nilai tertinggi yaitu berturut-turut 0,191 dan 0,171. Tabel 5.20. Hirarki faktor pendukung pada pengelolaan lingkungan wilayah tepian pantai berkelanjutan menurut stakeholders No Faktor Pendukung Stakeholders Global 1 2 3 4 5 6 Priority 1 Pengangguran Terbuka 0,227 0,255 0,25 0,241 0,26 0,268 0,250 2 Erosi dan Abrasi 0,438 0,512 0,454 0,398 0,381 0,416 0,433 3 Kelembagaan Mitigasi Bencana 0,061 0,052 0,051 0,072 0,068 0,064 0,061 4 Teknologi Ecoport 0,112 0,07 0,092 0,117 0,1 0,087 0,096 5 Akses Masyarakat 0,162 0,11 0,154 0,171 0,191 0,165 0,159 Keterangan stakeholder 1 = Masyarakat; 2 = Pemerintah; 3 = LSM; 4 = Pelaku Usaha; 5 = Investor; 6 = Akademisi. Inconsistency Faktor Rataan 0.0594 c. Hirarki tujuan pengelolaan berdasarkan faktor pendukung Hirarki tujuan pengelolaan wilayah tepian pantai berkelanjutan ditentukan berdasarkan faktor pendukung. Dari Gambar 5.7 terlihat, bahwa perluasan lapangan kerja, adaptasi banjir, kesehatan lingkungan masyarakat dan peningkatan pendapatan merupakan tujuan paling penting masing-masing faktor memberikan nilai tertinggi 0,310; 0,169; 0,155 dan 0,153. Faktor tujuan paling penting pada pengelolaan wilayah tepian pantai berkelanjutan adalah berturut-turut perluasan lapangan kerja 0,310, adaptasi banjir 0,169, kesehatan lingkungan masyarakat 0,155, peningkatan PAD 0,153, minimalisasi konflik 0,089, reduksi pencemaran 0,069 dan peningkatan daya saing 0,054. Tabel 5.21. Hirarki tujuan pengelolaan wilayah berdasarkan faktor pendukung No Faktor Tujuan Faktor Pendukung Global 1 2 3 4 5 Priority 1 Peningkatan PAD 0,162 0,155 0,157 0,143 0,15 0,153 2 Peningkatan Daya Saing 0,041 0,051 0,055 0,052 0,069 0,054 3 Reduksi Pencemaran 0,081 0,067 0,065 0,064 0,069 0,069 4 Adaptasi Banjir 0,162 0,171 0,167 0,177 0,169 0,169 5 Kes- Ling-Masy 0,162 0,155 0,166 0,144 0,15 0,155 6 Perluasan Lapangan Kerja 0,306 0,319 0,304 0,304 0,319 0,310 7 Minimalisasi konflik 0,085 0,081 0,086 0,117 0,075 0,089 Keterangan: faktor 1 = Pengangguran Terbuka; 2 = Erosi dan Abrasi; 3 = Kelembagaan Mitigasi Bencana; 4 = Teknologi Ecoport; 5 = Akses Masyarakat. Inconsistency Faktor Rataan 0.0594 d. Hirarki alternatif kebijakan berdasarkan tujuan pengelolaan Penentuan hirarki alternatif kebijakan pengelolaan wilayah tepian pantai berkelanjutan ditentukan berdasarkan tujuan pengelolaan. Dari Tabel 6.10 diketahui bahwa alternatif kebijakan redevelopment 0,452 dan konservasi 0,324 dipandang sebagai alternatif kebijakan yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan karena masing-masing tujuan memberikan nilai tertinggi. Alternatif kebijakan redevelopment dan konservasi akan memberikan dampak positif paling besar terhadap pencapaian tujuan perluasan lapangan kerja 0,479 dan paling rendah adalah tujuan revitalisasi 0,421. Tabel 5.22. Hirarki alternatif kebijakan pengelolaan wilayah berdasarkan tujuan No Alternatif Kebijakan Tujuan Global 1 2 3 4 5 6 7 Priority 1 Konservasi 0,317 0,302 0,321 0,354 0,327 0,332 0,315 0,324 2 Redevelopment 0,458 0,421 0,438 0,463 0,453 0,479 0,452 0,452 3 Revitalisasi 0,232 0,179 0,208 0,248 0,227 0,256 0,218 0,224 Keterangan: tujuan 1 = Peningkatan PAD; 2 = Pen.Daya saing; 3 = Reduksi Pencemaran; 4 = Adaptasi banjir; 5 = Kesehatan lingkungan masyarakat; 6 = Perluasan lapangan kerja; 7 = Minimalisasi konflik. Inconsistency Strategi Rataan 0.044 Alternatif kebijakan konservasi akan memberikan dampak positif paling besar terhadap pencapaian tujuan adaptasi banjir 0,354 dan paling rendah adalah tujuan peningkatan daya saing 0,321.

5.4.2 Analisis Prospektif

Dengan memperhatikan potensi daerah, kondisi masyarakat serta kemampuan pemerintah dan swasta sebagai mitra kerja, penyusunan alternatif untuk menentukan alternatif kebijakan yang direkomendasikan dinilai perlu memperhatikan jangka waktu pelaksanaan. Tabel 6.12 Beberapa kriteria penentuan kebijakan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan No Tahapan pelaksanaan Kriteria 1. Jangka pendek a. b. c. Peningkatan barang-barang produk industri lokal Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan produk industri lokal Peningkatan kinerja perekonomian daerah. 2. Jangka menengah a. b c. Pengembangan potensi daerah dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Kesesuaian dengan tata ruang wilayah. Peningkatan barang dan jasa produk industri lokal 3. Jangka panjang a. b c d. Masuknya investasi swasta dan swasta asing dalam pengembangan produk industri lokal Peningkatan jaringan kerja dengan daerahnegara lain Peningkatan nilai tambah wilayah dengan tetap memper hatikan keseimbangan lingkungan Pemanfaatan ruang wilayah dengan perencanaan terpadu antar sektor. Kebijakan jangka pendek memerlukan waktu berkisar 1 – 5 tahun, jangka waktu menengah 6 – 10 tahun sedangkan jangka panjang 11 – 20 tahun. Implementasi alternatif jangka pendek, menengah dan panjang diupayakan agar merupakan satu kesatuan yang berkelanjutan sustainable. Disamping itu, perlu juga memperhatikan kriteria penentuan kebijakan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan disajikan pada Tabel 6.12. Berdasarkan hasil AHP Tabel 6.11 dan kriteria penentuan kebijakan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan Tabel 6.12, maka alternatif kebijakan yang direkomendasikan sebagai berikut:  Alternatif jangka pendek. Mengelola lingkungan wilayah Kota Semarang tepian air sebagai kawasan konservasi ramah lingkungan dengan tetap berbasis pada potensi dan sumberdaya daerah. Konservasi adalah penataan tepian air kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat. Alternatif ini menjadi sangat mendasar, karena didukung oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1. Sudah sejak satu dekade terahir, Kota Semarang tepian pantai telah menjadi kawasan konservasi yang secara ekonomis didukung oleh SDA yang ada, Tanjungmas pelabuhan peti-kemas dan berbagai industri yang telah menjadi pendukung utama perekonomian. 2. Kota Semarang tepian pantai memiliki potensi sumberdaya alam besar yang belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. 3. Kota Semarang tepian pantai memiliki jumlah penduduk yang besar yang merupakan pasar tenaga kerja yang sangat potensial.  Alternatif jangka menengah Mengelola lingkungan wilayah Kota Semarang tepian air sebagai kawasan redevelopment dengan menghidupkan kembali fungsi-fungsi tepian air lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada.  Alternatif jangka panjang 1. Mengelola lingkungan wilayah Kota Semarang tepian air sebagai kawasan eco-industrial tourism yang berbasis pada keunggulan industri yang ramah lingkungan dan pesona keindahan alam. 2. Reklamasi dan pengembangan, merupakan usaha menciptakan tepian air yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan.

5.4.2 Analisis Kebijakan Pengelolaan per kecamatan f.

Kecamatan Genuk a. Hasil Pembobotan pada setiap Komponen Gambar 5.39. Diagram hirarki AHP kebijakan pengelolaan tepian pantai kota Semarang di Kecamatan Genuk. b. Pembobotan Kriteria Stakeholder dalam Kebijakan Pengelolaan Kota Tepian pantai Berkelanjutan di Kecamatan Genuk. Berdasarkan hasil dari pendapat pakar tersusun stakeholder yang menjadi pengaruh utama dalam pengelolaan kota tepian pantai berkelanjutan, Gambar 5.39 menunjukkan urutan prioritas stakeholder tersebut. Gambar 5.40 Urutan prioritas stakeholder di Kecamatan Genuk Berdasarkan Gambar 5.40 hasil analis AHP yang merupakan stakeholder level 2 untuk Kecamatan Genuk menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai peran utama dalam pengelolaan lingkungan kawasan tepian pantai dengan bobot nilai adalah 0,338., diikuti oleh Investor yang memiliki bobot nilai sebanyak 0,221 PENGELOLAAN KOTA SEMARANG TEPIAN PANTAI BERKELANJUTAN Pengangguran terbuka 0,241 Erosi dan abrasi 0,427 Kelembagaan Mitigasi Bencana Teknologi ecoport 0,107 Akses Masyarakat 0,164 Tujuan Peningkatan PAD 0,167 Revitalisasi 0,056 Reduksi Pencemaran 0,067 Adaptasi Banjir 0,191 Kesehatan Lingkungan Masyarakat 0,156 Perluasan Lapangan Kerja 0,277 Minimalisasi Konflik 0,086 Alternatif Redevelopment 0,320 Konsevasi 0,558 Revitalisasi 0,122 Stakehold er Fokus Faktor Pemerintah 0,338 Masyarakat 0,187 LSM 0,118 Pelaku Usaha 0,081 Investor 0,221 Akademisi 0,056 yang merupakan salah satu stakeholder yang mempunyai peran terhadap pengembangan kota wilayah tepian pantai. Stakeholder selanjutnya adalah masyarakat mempunyai bobot nilai 0,187 yang mempunyai peran terhadap pengelolaan lingkungan kawasan tepian pantai. Lembaga swadaya masyarakat LSM dengan bobot nilai 0,118. Stakeholder selanjutnya pelaku usaha dengan bobot nilai 0,081. Stakeholder terakhir akademisi bobot nilai 0,056.

c. Pembobotan Kriteria Faktor Kebijakan Pengelolaan Kota Tepian pantai