3.2 Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan daerah yang memiliki komoditas unggulan kopi
yang mempunyai potensi menggerakan perekonomian lokal. Lokasi penelitian difokuskan di lima wilayah kecamatan penghasil kopi terbesar di Kabupaten
Lampung Barat, yaitu Kecamatan Sekincau, Belalau, Way Tenong Sumberjaya dan Kecamatan Sukau. Selain itu Kabupaten Lampung Barat dikenal sebagai
daerah kopi karena merupakan daerah penghasil kopi terbesar yang ada di Provinsi Lampung. Sementara itu kajian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu
dari bulan November 2008 hingga bulan Januari 2009.
3.3 Metode Kajian
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung
dengan responden untuk mendapatkan informasi dan gambaran umum mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini, serta mendapatkan
informasi mengenai faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan komoditas kopi sebagai komoditas basis
ekonomi di Kabupaten Lampung Barat. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
kuesioner yang telah disediakan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan masukan tentang kendala dan upaya yang harus dilakukan dalam
pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat. Adapun responden yang diwawancara meliputi petani kopi sebagai produsen, pedagang
pengumpulpengusaha di bidang industri pengolahan kopi, aparatur pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat serta dari kalangan perguruan tinggi
setempat. Total responden berjumlah 30 orang. Sementara itu data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait
dengan penelitian ini berupa dokumen-dokumen kebijakan, publikasi hasil penelitian dan berbagai referensi lainnya. Instansi-instansi tersebut antara lain
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat, Dinas Perkebunan Kabupaten
Lampung Barat, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Lampung Barat, dan berbagai refrensi pustaka lainnya yang terkait.
3.3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.3.2.1 Analisis Location Quotient LQ
Komoditas dikatakan unggul jika komoditas tersebut merupakan komoditas yang memiliki peranan menonjol dibanding komoditas lainnya dalam
sektor tersebut. Untuk melakukan penentuan komoditas mana yang menjadi unggulan digunakan dengan beberapa metode diantaranya analisis
Location Quotient LQ.
Teknik analisis Location Quotient atau LQ merupakan metode untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah terhadap pengembangan sektor atau komoditas tertentu. Adapun teknik analisis ini didekati dengan pendekatan
produksiproduktivitas melalui pemisahan antara komoditas basis dan non basis. Teknik LQ dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam
komoditas yang diamati. Secara umum teknik ini memberikan suatu hasil perbandingan antara kemampuan suatu komoditas di daerah yang diteliti dalam
hal ini Kecamatan yang ada di Lampung Barat dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas tingkatannya dalam hal ini Kabupaten Lampung
Barat. Secara umum formula untuk menghitung LQ adalah sebagai berikut:
n in
p ip
X X
X X
LQ =
dimana : X
ip
= Produksiluas areal komoditas perkebunan i di kecamatan- kecamatan di Lampung Barat
X
in
= Produksiluas areal komoditas perkebunan i di Kabupaten Lampung Barat
X
p
= Total produksiluas areal seluruh komoditi perkebunan di kecamatan yang ada di Lampung Barat
X
n
= Total produksiluas areal seluruh komoditi perkebunan di Kabupaten Lampung Barat
Jika nilai indeks LQ 1, maka komoditi tersebut menjadi komoditi basis atau komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif dan mampu mengekspor
produknya ke daerah lain. Sebaliknya jika nilai indeks LQ 1, maka sektor tersebut bukan komoditi basis dan harus mengimpor dari luar daerah.
Analisis LQ juga dapat digunakan melakukan identifikasi komoditas mana yang melakukan ekspor. Secara teoritis suatu komoditas yang mampu
melakukan ekspor menunjukkan komoditas tersebut berdayasaing dan memiliki daya serap pasar yang tinggi. Identifikasi ekspor dilakukan apabila tidak tersedia
data ekspor di suatu wilayah. Oleh karena itu pada penelitian ini, identifikasi ekspor dilakukan terhadap komoditas perkebunan yang ada di Kabupaten
Lampung Barat. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
in n
p ip
X X
X X
Ei ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ −
=
Ei = besarnya ekspor atau surplus sektor i jika LQ 1, dan sebaliknya. Apabila suatu hasil proporsi misalnya output suatu daerah melebihi dalam
tingkat koefisen LQ maka kelebihan tersebut dianggap sektor basisekspor yang menjadi kontribusi bagi daerah lain dan wilayah yang lebih luas. Dengan kata
lain, secara umum penilaian indikator LQ terlihat sebagai berikut : • LQ 1, menyatakan Kabupaten Lampung Barat berpotensi untuk
mengekspor. • LQ 1, menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Barat mempunyai
kecenderungan impor dari daerah lainnya karena sektor yang bukan basis tersebut tidak mencukupi.
• LQ = 1, menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Barat self effesien karena seluruh permintaan di daerah tersebut harus terpenuhi.
3.3.2.2 Analisis Multiplier Basis
Analisis multiplier atau sering disebut sebagai analisis nilai pengganda
menggambarkan besarnya dampak yang terjadi dari suatu aktivitas ekonomi terhadap keseluruhan kegiatan di suatu wilayah. Dalam penelitian ini nilai
multiplier menggambarkan berapa besarnya dampak produksi suatu komoditi
komoditi yang menjadi basis terhadap total produksi seluruh komoditi di suatu wilayah dalam hal ini Kabupaten Lampung Barat.
Model perhitungan analisis multiplier produkkomoditi ini diderivasi dari
model analisis Location Quotient. Multiplier diperoleh dengan membandingkan
total komoditas wilayah baik komoditas basis dan non-basis dengan komoditas basis. Secara matematik nilai
multiplier produk dapat dituliskan sebagai berikut :
b nb
bi
X X
X MP
+ =
dimana : X
nb
= Total produksi komoditas non-basis di Kabupaten Lampung Barat X
b
= Total produksi komoditas basis di Kabupaten Lampung Barat X
bi
= Produksi komoditas basis i di Kabupaten Lampung Barat MP = Nilai multiplier komoditas basis i
Hasil analisis multiplier ini digunakan untuk menegaskan komoditas basis
mana di bidang perkebunan yang memiliki multiplier paling besar terhadap total produksi sehingga perlu menjadi prioritas pengembangan ke depan.
3.3.2.3 Analisis Shift Share
Analisis shift-share yang mengukur laju pertumbuhan suatu
sektokomoditasr di suatu wilayah dengan wilayah nasionalnya wilayah yang lebih tinggi. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan kompetitif
suatu komoditas di suatu wilayah dan menghitung seberapa besar kontribusi share komoditas atau kecamatan terhadap pertumbuhan komoditas-komoditas
yang bersesuaian di tingkat Kabupaten Lampung Barat. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah produksiluas areal.
Pertambahan produksiluas areal Δ Er dapat diurai menjadi komponen shift dan
komponen share. Komponen “share” atau national share N adalah banyaknya
pertambahan produksiluas areal di tingkat kecamatan-kecamatan seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional Kabupaten
Lampung Barat selama periode studi. Komponen ini digunakan untuk mengukur apakah sektor perkebunankomoditas kopi di tiap kecamatan itu tumbuh lebih
cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan di level Kabupaten Lampung Barat secara rata-rata.
Sementara itu komponen “shift” adalah penyimpangan deviation dari
national share dalam pertumbuhan produksiluas areal di Kabupaten Lampung Barat. Penyimpangan ini positif bagi sektorkomoditas yang tumbuh lebih cepat
dan negatif untuk sektorkomoditas yang tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan produksiluas areal secara nasional Kabupaten Lampung
Barat. Secara matematis, formulasi shift-share ditulis sebagai berikut : N
S i,t
=
[ ]
n -
i,t r,
n -
t N,
N,t n
- i,t
r,
E -
E E
E
P
r,i,t
=
[ ]
n -
i,t r,
n -
t N,
N,t n
- i,t
N, i,t
N,
E E
E E
E ×
−
N
S i,t
= [ E
r, i, t-n
E
N,t
E
N,t-n
] - E
r,i,t-n
P
r,i,t
= [ E
N,i,t
E
N,i,t-n
– E
N,t
E
N,t-n
] x E
r,i,t-n
D
r,i,t
= [ E
r, i, t
- E
N,i,t
E
N,i,t-n
E
r,i,t-n
]
n -
t i,
r, n
i,t r,
m i,t
N, m
i,t N,
m i,t
r,
E D
E E
1 E
+ Δ
+ =
+ +
Dimana : ∆ = Pertambahan, angka akhir tahun t dikurangi dengan angka awal
tahun t-n N
= Kabupaten Lampung Barat r
= Kecamatan – kecamatan di Lampung Barat E
= Jumlah Produksi atau Luas areal i =
Sektor perkebunan
t = Tahun
t-n = Tahun Awal
t+n = Tahun Proyeksi N
S
= National Share
P = Proportional
Share D =
Differential Shift
3.3.3 Metode Perumusan Strategi
Perumusan strategi pengembangan komoditas kopi sebagai komoditas basis ekonomi di Kabupaten Lampung Barat dilakukan melalui beberapa tahap
analisis yaitu; pertama tahap masukan yaitu mengidentifikasi faktor – faktor internal dan eksternal yang menjadi faktor kunci; kedua tahap analisis yaitu
menganalisa faktor-faktor kunci tersebut kedalam bentuk Matrik SWOT. Setelah dilakukan perumusan strategi apa yang cocok untuk dilaksanakan,
tahapan selanjutnya adalah melakukan perancangan program sesuai dengan visi, misi dan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan. Secara umum gambaran
mengenai tahapan perumusan strategi dan program disajikan pada Gambar 3.
Ta ha p Ana lisis Stra te g i
Ke b ija ka n Pe ng e m b a ng
a n Ko m o dita s
Ko pi Ta ha p Ma suka n
Gambar 3. Kerangka Formulasi Strategi
Menurut David 2004 analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan
yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT adalah berupa sebuah matriks yang terdiri atas
empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi antara faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan
ancaman. Secara lengkap matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4. Adapun langkah-langkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut :
a Menuliskan peluang eksternal b Menuliskan ancaman eksternal
c Menuliskan kekuatan internal d Menuliskan kelemahan internal
e Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil strategi S-O dalam sel yang ditentukan
¾ Analisis Faktor
Eksternal Peluang dan
Ancaman ¾ Analisis
Faktor Internal
Kekuatan dan Kelemahan
Stra te g i
Penyusunan Matriks SWOT
f Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil strategi W-O dalam sel yang ditentukan
g Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi S-T dalam sel yang ditentukan
h Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat hasil strategi W-T dalam sel yang ditentukan Tabel 4. Matriks SWOT
Strenghts – Weaknesses – Opportunities – Threats
Faktor Internal
Faktor Eksternal STRENGHTS S
Kekuatan WEAKNESSES W
Kelemahan
OPPORTUNITIES O Peluang
STRATEGI S-O Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O Mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan peluang
THREATS T Ancaman
STRATEGI S-T Menggunakan kekuatan
untuk menghindari ancaman
STRATEGI W-T Meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: David, 2004. diolah Untuk menjelaskan faktor internal dan eksternal apa saja yang
berpengaruh terhadap pengembangan agrobisnis kopi Kabupaten Lampung Barat, secara lengkap disajikan pada Gambar 4. Faktor internal yang dimaksud
dalam kajian ini adalah komoditas kopi Kabupaten Lampung Barat. Sementara itu, faktor eksternal dalam kajian adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan agrobisnis kopi Lampung Barat yaitu diantaranya persaingan perdagangan kopi dunia, terjalinnya kemitraan, adanya permintaan pasar, minat
investor serta ancaman hama penyakit dan bencana.
Faktor Internal :
Peranan Pemerintah Kabupaten: - SDM Aparatur
- SDM Kelompok Tani - SDA Kabupaten
Pasar Lokal dan Internasional
Pengusaha Lokal dan Non-Lokal
Perguruan Tinggi Ketidakstabilan Perekonomian
Nasional dan Internasional Areal Perkebunan
di hutan kawasan Persaingan
Perdagangan Kopi Dunia
Faktor Eksternal :
Gambar 4. Batasan Faktor Internal dan Eksternal yang digunakan dalam Analisis SWOT
Strategi-strategi yang muncul hasil analisis SWOT kemudian dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dan rekomendasi kebijakan dan perancangan program-program pengembangan komoditas kopi Lampung Barat ke depan.
Rekomendasi tersebut memuat berbagai alternatif kebijakan pengembangan kopi dan program-program pengembangannya.
Dalam penyusunan program pengembangan, di dalamnya termasuk juga pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu : Pemerintah Kabupaten : SDM aparatur,
SDM kelompok tani, SDA Kabupaten. Pemerintah daerah sebagai policy maker
yang berperan dalam membuat kebijakan pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat kedepan. Secara umum, rumusan strategi kebijakan,
program dan ileading sektor yang terkait tersebut disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut :
Tabel 5. Matriks Strategi Kebijakan, Program dan Leding Sektor No. Strategi Program
Tahun Leading
Sektor 1.
2. dst
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH