contoh, berkembangnya komoditas kopi, maka akan mendorong perkembangan budidaya bibit kopi, toko saprotan hulu dan hilirnya adalah produk turunan kopi
dan lain sebagainya. Selain dilihat dari nilai multipliernya, peranan komoditas kopi terhadap
perekonomian wilayah Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat dari share komoditas kopi terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Lampung Barat dan
penyerapan tenaga kerjanya. Dari sisi kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian, pada tahun 2007 komoditas kopi memberikan kontribusi sekitar 76
persen. Nilai ini diperoleh dari besarnya nilai produksi kopi total produksi kopi Kabupaten Lampung Barat dikalikan harga kopi menurut AEKI 2007 dibagi nilai
PDRB sektor pertanian Kabupaten Lampung Barat tahun 2007. Sedangkan nilai PDRB sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 62,26 persen terhadap PDRB
total di Kabupaten Lampung Barat BPS Kab. Lampung Barat, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas kopi memiliki peran yang cukup besar terhadap
PDRB total Kabupaten Lampung Barat. Selain itu, komoditas kopi juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian, yaitu sebesar 79,79 persen dari total jumlah penduduk yang bekerja
BPS Kab. Lampung Barat, 2007. Berdasarkan hasil analisis LQ dan analisis multiplier yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lampung Barat memiliki komoditas unggulan yang perlu dijadikan prioritas untuk dikembangkan. Pengembangan
komoditas kopi tersebut diharapkan dapat mendorong perekonomian masyarakat di Kabupaten Lampung Barat yang selama ini telah lama membudidayakan kopi
dan bagi pemerintah daerah, berkembangnya komoditas kopi dapat menjadi pendorong sektor perkebunan yang selama ini menjadi kontributor terbesar
dalam PDRB wilayah.
6.3 Analisis Keunggulan Kompetitif
Hasil analisis LQ dan multiplier dapat dijadikan salah satu dasar bagi para pengambil kebijakan
policy maker di Kabupaten Lampung Barat untuk mendorong perekonomian ke arah komoditas yang memiliki keunggulan
komparatif dan berkontribusi besar terhadap perekonomian serta memiliki prospek untuk tumbuh dan berkembang di masa mendatang.
Keunggulan komparatif saja yang dimiliki komoditas kopi tidaklah cukup untuk dijadikan kebijakan prioritas pengembangan tanpa mengetahui apakah
komoditas tersebut memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif kopi hanya didasarkan pada kelimpahan luas areal perkebunan dan produksi yang
dihasilkan serta multiplier yang besar. Suatu komoditas dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila dalam kurun waktu analisis, komoditas tersebut
mengalami pergeseran shift yang positif meningkat untuk luas areal dan
produksi yang diperbandingkan dengan wilayah lain. Pada kajian ini, analisis keunggulan kompetitif digunakan dengan
pendakatan Shift-Share. Dengan menggunakan analisis ini akan diketahui faktor
penyebab mengapa suatu komoditas kopi dan sektor perkebunan berkembang cepat atau lambat di Kabupaten Lampung Barat dan apa penyebabnya. Analisis
ini menggunakan pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur komoditas kopi dan sektor perkebunan di Kabupaten Lampung Barat dari
satu kurun ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat dalam
kaitannya dengan perekonomian Propinsi Lampung. Dengan memahami struktur aktifitas komoditas kopi dari hasil analisis
Shift- Share dapat juga menjelaskan kemampuan berkompetisi competitiveness
komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat secara dinamis, terutama dalam hubungannya dengan pertumbuhan wilayah. Analisis
Shift-Share merupakan industrial mix analysis yang menganalisis apakah komoditas kopi yang berlokasi
di setiap kecamatan Lampung Barat tersebut termasuk kedalam kelompok komoditas yang di level propinsi memang berkembang pesat dan cocok berlokasi
di kabupaten tersebut atau tidak. Hasil analisis
Shift Share dengan menggunakan dua titik waktu yaitu tahun 2004 dan 2007 terhadap sektor perekonomian dan komoditas perkebunan di
Kabupaten Lampung Barat yang dibandingkan terhadap wilayah induknya, dalam hal ini Propinsi Lampung disajikan pada Tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2004 - 2007
2004 Perubahan Karena Faktor
2007 Er
,i,t-n
National Share
Proportional Share
Differential Shift
Er
,i,t
Sektor a b c
d a+b+c+d
Perkebunan 288,645 57,553
-27,719 -3,575 314,904
Pertanian lainnya 444,702
88,669 222,572
-270,786 485,157
Pertambangan dan Penggalian
14,089 2,809
-5,182 1,721
13,437 Industri
Pengolahan 29,299 5,842 -3,253 1,902 33,790
Listrik dan Air Bersih 2,753
549 -313
1,955 4,944
Bangunan 39,826 7,941
-5,318 11,502
53,950 Perdagangan,
Hotel Restoran 210,989
42,069 -19,383
21,241 254,916
Angkutan dan Komunikasi 32,303
6,441 -2,838 3,866
39,772 Keuangan 18,192
3,627 -112
14,486 36,193
Jasa 42,492 8,472
-6,595 3,579
47,949
Jumlah 1,123,290 223,972
151,860 214,110
1,285,012
Sumber : BPS Kab Lampung Barat dan Propinsi Lampung, 2007 diolah
Berdasarkan analisis Shift Share pada tabel 18, terlihat bahwa sektor
perkebunan mengalami pertumbuhan positif dari tahun 2004 ke tahun 2007. Analisis
Shift Share juga menunjukkan peningkatan PDRB sektor perekonomian di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2007 disebabkan oleh tiga faktor yakni
National Share, Proportional Share dan Differential Shift. Secara keseluruhan terjadi peningkatan PDRB tiap sektor perekonomian dari tahun 2004 ke tahun
2007, kecuali pada sektor pertambangan. Pada sektor perkebunan terlihat bahwa peningkatan PDRB terjadi karena
faktor National Share. Artinya bahwa pertumbuhan sektor perkebunan
di Kabupaten Lampung Barat tersebut dipengaruhi olah laju pertumbuhan sektor perekonomian secara keseluruhan di Propinsi Lampung yang sedang meningkat.
Sementara itu dilihat dari faktor proportional share, sektor perkebunan
mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan di Propinsi Lampung secara keseluruhan sedang mengalami penurunan
pertumbuhan yang berimbas terhadap perkembangan perkebunan di Kabupaten Lampung Barat. Dengan kata lain bahwa Kabupaten Lampung Barat tetap
berspesialisasi di sektor perkebunan yang sebenarnya di Propinsi Lampung secara keseluruhan wilayah KabupatenKota, sektor perkebunan sedang
mengalami pertumbuhan yang melambat. Sementara itu, nilai differential shift
juga menunjukkan pertumbuhan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
seperti perdagangan dan jasa.
Tabel 19. Pertumbuhan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007
Perubahan Karena Faktor 2004
National Share
Proportional Share
Differential Shift
2007 Komoditi
a b c
d a+b+c+d
Kopi Robusta 37,157
915 -1,256
1,604 38,419
Cengkeh 42 1 -18 48 73
Kelapa Dalam 2,450
60 -269
672 2,914
Kelapa Hibrida
10 0 27 -27
10 Kakao 44
1 17 184
245 Kopi Arabika
3 -1
2 3
Lada 3,656
90 - 393
372 3,726
Pinang 47 1 1 7
56 Panili 1
7 8
Kelapa Sawit 22,838
562 909
2,430 26,740
Jumlah 66,248 1,631 -983 5,299
72,195 Sumber : BPS Kab Lampung Barat dan Propinsi Lampung, 2007 diolah
Sementara itu pada Tabel 19 terlihat bahwa masing-masing komoditas perkebunan berdasarkan hasil analisis
Shift-Share menunjukkan peningkatan produksi dan ada yang cenderung tetap. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu
; i National Share, ii Proportional Share, dan iii Differential Shift.
Komoditas kopi adalah salah satu komoditas perkebunan yang mengalami peningkatan produksi dari tahun 2004 ke tahun 2007 dari 37.157 ton menjadi
38.419 ton. Peningkatan produksi komoditas kopi ini disebabkan oleh faktor- faktor sebagai berikut :
a Komponen National Share
Nilai National Share pada komoditas kopi sebesar 915 ton menunjukkan
peningkatan produksi kopi tersebut disebabkan karena proporsi perubahnnya sama dengan laju pertambahan produksi Propinsi Lampung
selama periode 2004 – 2007. Dengan kata lain pertumbuhan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat tersebut dipengaruhi olah laju
pertumbuhan komoditas kopi Propinsi Lampung. b Komponen
Proportional Share Sementara itu nilai
Proportional Share menggambarkan Shift Propinsi Netto yang diakibatkan oleh komposisi komoditas kopi di wilayah
Kabupaten Lampung Barat. Pada Tabel 18 terlihat bahwa nilai proportional
share bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Barat berspesialisasi di komoditas kopi yang sebenarnya di level Provinsi
Lampung sendiri komoditas kopi sedang tumbuh lambat dibanding komoditas lainnya, terutama dibandingkan dengan kelapa sawit, kakao dan
kelapa hibrida. Namun demikian kondisi ini dapat difahami karena laju perkembangan
komoditas kopi rata-rata sedang mengalami penurunan secara nasional, tidak hanya terjadi di Provinsi Lampung saja. Hal ini disebabkan umumnya
beberapa wilayah di Indonesia, komoditas kopi sudah semakin sedikit dibudidayakan karena beberapa alasan seperti keterbatasan lahan,
rendahnya dayasaing dan juga faktor harga yang cenderung berfluktuatif. Dengan demikian komoditas kopi hanya mengalami laju pertumbuhan
cepat pada daerah-daerah yang berkonsentrasi di sektor perkebunan kopi seperti di Kabupaten Lampung Barat.
c Komponen Differential Shift
Fakta adanya spesialisasi terhadap komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat ini terlihat dari nilai
Differential Shift yang bernilai positif 1.604 ton. Angka ini menunjukkan pengembangan komoditas kopi di Kabupaten
Lampung Barat sudah sesuai karena beberapa faktor seperti dukungan sumberdaya alam dan dukungan regulasi pemerintah daerah setempat.
Sementara potensi sumberdaya lahan sangat besar di Kabupaten Lampung Barat tersebut, sehingga dioptimalkan pemanfaatannya dalam
konteks pembangunan perkebunan dan pertanian.
Tabel 20. National Share, Proportional Share dan Differential Shift Sektor Perkebunan dan Komoditas Kopi Kabupaten Lampung Barat
Faktor Pertumbuhan Sektor Perkebunan
Komoditas Kopi National Share
57.553 915
Proportional Share -27.719
-1.256 Differential Shift
-3.575 1.604
Berdasarkan analisis Shift Share pada tabel 20, Menunjukkan bahwa
terjadi pertumbuhan negatif differential shift pada sektor perkebunan di
Kabupaten Lampung Barat, namun komoditas kopi tetap memiliki pertumbuhan positif. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Barat memiliki
keunggulan kompetitif di komoditas kopi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya di Propinsi Lampung.
Nilai differential shift yang positif menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat disebabkan oleh faktor keunggulan lokasional seperti potensi lahan, kesuburan lahan, kesesuaian iklim, budaya
masyarakat yang telah lama membudidayakan kopi dan dukungan regulasi pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat yang direfleksikan oleh nilai
Differential Shift yang positif. Dengan demikian komoditas kopi memiliki keunggulan kompetitif meski terjadinya pergeseran struktur perekonomian,
sehingga perlu diprioritaskan di masing-masing wilayahkecamatan di Kabupaten Lampung Barat.
VII. PERUMUSAN STRATEGI KEBIJAKAN
Perumusan Strategi Kebijakan Pengembangan Komoditas Kopi di Kabupaten Lampung Barat terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap
identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan komoditas kopi. Tahap selanjutnya adalah tahap pemaduan faktor-faktor strategis tersebut
untuk menyusun alternatif strategi dengan menyusun matriks SWOT
7.1 Identifikasi Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Kopi di Kabupaten Lampung Barat
Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat didekati dengan cara memetakan
faktor-faktor apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor ini akan dijadikan bahan perumusan alternatif strategi melalui
analisis SWOT Strengths – Weaknesess- Opportunities – Threats.
Berdasarkan hasil analisis data-data faktual, diperoleh beberapa faktor strategis dari sisi internal dan eksternal yang sangat berpengaruh terhadap
pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat. Faktor internal yang berpengaruh adalah faktor kekuatan s
trenghts dan faktor kelemahan weaknesess. Sementara faktor eksternal yaitu faktor peluang opportunities
dan faktor tantanganancaman threats.
7.1.1 Identifikasi Faktor Internal 7.1.1.1 Kekuatan
Beberapa faktor internal yang menjadi kekuatan sebagai modal dasar dalam pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat antara lain :
1. Ketersediaan luas areal, jumlah produksi, kesesuaian iklim dan lahan
Komoditas kopi memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan tersebut dapat dilihat dari ketersediaan luas areal perkebunan kopi
yang cukup besar di Kabupaten Lampung Barat yaitu seluas 59,316 Ha terutama di wilayah Sekincau 14.038 Ha, Way Tenong 8.640 Ha dan Belalau
9.340 Ha, Sukau 5.335 Ha dan Sumber jaya 7.758 Ha. Sedangkan jumlah