Teknik budidaya kopi masih bersifat tradisional Produk yang masih berbentuk kopi biji Komoditas kopi asal Lampung Barat sampai saat ini masih Adanya Kebijakan Otonomi Daerah

kualitas ekspor sebab kualitas kopi Lampung Barat sebagian besar masih berada pada grade VI dan non grade pada tingkat pemasaran, sehingga menyebabkan harga produk kopi biji asalan yang diterima oleh petani rendah.

2. Panjangnya rantai tataniaga antara petani kopi

Rantai tataniaga pada petani kopi di Kabupaten Lampung Barat sangat panjang prosesnya untuk sampai ke pihak eksportir. Dalam menjual kopi biji petani tidak berhubungan langsung dengan eksportir melainkan harus melalui pedagang perantara yaitu : a Pedagang perantara kecil yang secara langsung turun ke perkebunan kopi untuk membeli kopi dari petani b Pedagang perantara kecil yang membuka kios atau turun ke pasar-pasar kalangan tradisonal, dimana pedagang tersebut pindah setiap hari c Pedagang perantara besar, pedagang ini sudah memiliki fasilitas seperti gudang besar, alat angkut, tenaga kerja dll. Pedagang besar tersebut yang langsung menjual hasil kopi biji yang telah dikumpulkannya ke pihak eksportir. Rantai tataniaga seperti ini dipakai petani karena terdesak oleh kebutuhanbyang mendesak serta adanya tawaran harga yang lebih tinggi di tingkat pembeli. Alasan-alasan lain yang menyebabkan para petani lebih memilih hasil panennya dijual pada pihak pedagang perantara. Antara lain karena : para petani kopi akan lebih mudah mendapatkan uang tunai dari pedagang perantara dengan harga disesuiakan dengan kualitas kopi per kg, petani kopi juga biasanya sebelum musim panen kopi tiba telah meminjam sejumlah uang untuk kebutuhan yang mendesak. Selain itu, petani kopi dengan pedagang perantara memang sudah langganan sejak lama sehingga sulit bagi petani untuk memutuskan hubungan jual beli. Dengan demikian, bagi para petani peranan pedagang perantara sangatlah dibutuhkan kehadirannya. Karena dengan adanya pedagang perantara justru sangat membantu perekonomian mereka para petani kopi, terlebih mereka banyak bermukim di gubuk-gubuk perkebunan kopi yang jauh dari akses masyarakat perkotaan.

3. Teknik budidaya kopi masih bersifat tradisional

Teknik budidaya yang dilakukan para sebagian petani kopi Lampung Barat masih bersifat tradisional, hal ini terjadi karena masih sangat rendahnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya yang lebih baik. Salah satu contoh adalah penggunaan bibit yang kurang berkualitas. Biasanya para petani kopi masih menggunanakan bibit dengan cara mengambil bibit dari kebunnya sendiri yang dianggap baik. Teknik budidaya seperti ini akan mengakibatkan produksi kurang maksimal. Pada sentra-sentara produksi tertentu sebagian petani sudah menggunakan teknik budidaya modern yaitu dengan cara teknik pembiakan vegetatif. Teknik pembiakan vegetatif yang dikembangkan oleh petani Kabupaten Lampung Barat yaitu dengan cara sambung grefting, sistem sambung yang diterapkan diperkebunan kopi yaitu dengan cara menyambung tanaman yang sudah tidak produktif tanaman yang sudah tua dengan tanaman yang masih unggul, cara ini digunakan untuk meningkatkan jumlah produksi tanaman kopi.

4. Produk yang masih berbentuk kopi biji Komoditas kopi asal Lampung Barat sampai saat ini masih

merupakan produk yang berbentuk kopi biji yang berkualitas asalan, hal ini terlihat dengan rendahnya peringkat kualitas kopi asal Lampung Barat pada standar perdagangan kopi dunia, dimana Kualitas kopi Lampung Barat tersebut hanya memiliki tingkat grade VI dan non grade. Dengan demikian, komoditas kopi asal Lampung Barat perlu meningkatkan kualitasnya dengan cara mengubah teknik budidaya, tata cara pemetikan dan penjemuran .

5. Infrastruktur penunjang pada sentra-sentra perkebunan kopi belum memadai

Kurangnya ketersediaan infrastruktur terutama akses trnsportasi pada sentra-sentra perkebunan kopi. Kondisi tersebut akan mempengaruhi aktivitas sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan kopi di Kabupaten Lampung Barat 7.1.2 Identifikasi Faktor Eksternal 7.1.2.1 Peluang Beberapa faktor eksternal yang menjadi peluang sebagai modal dasar dalam pengembangan komoditas kopi di Lampung Barat antara lain :

1. Adanya Kebijakan Otonomi Daerah

Dengan adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan peluang bagi setiap daerah kabupatenkota untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Lampung Barat telah memiliki kewenangan yang cukup luas untuk mengelola, menyusun kebijakan pengembangan komoditas kopi yang merupakan potensi daerah yang harus dikembangkan. Otonomi Daerah secara perinsip telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan semua potensi yang ada sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Berpijak dari adanya otonomi daerah tersebut, Kabupaten Lampung Barat sebagai salah satu daerah yang memiliki aneka ragam potensi sudah seharusnya mengembangkan potensi unggulannya. Di dalam pengembangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat bersama-sama DPRD membuat kebijakan yang kongkret rill dalam mengembangkan komoditas kopi yang merupakan potensi unggulan pada sub sektor perkebunan.

2. Peluang pemasaran komoditas kopi pada pasar lokal dan internasional