Sosial Ekonomi GAMBARAN UMUM WILAYAH

Secara geografis letak Kabupaten Lampung Barat yaitu pada koordinat 4 47’ 16’’ – 5 56’ 42’’ Lintang Selatan dan 103 35’ 8’’ Bujur Timur. Secara topografi, Kabupaten Lampung Barat dibagi menjadi 3 tiga unit topografi yakni: • Daerah dataran rendah ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan Laut • Daerah berbukit Ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut • Daerah pegunungan Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan laut Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar 3 sampai 5. Dibagian Barat Laut Kabupaten Lampung Barat terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung 1.808 m, Bukit Palalawan 1.753 m, dan Bukit Tababjan 1.413 m sedangkan di bagian selatan terdapat beberapa Gunung dan bukit yaitu Bukit Penetoh 1.166 m, Bukit Bawanggutung 1.1042 m, Gunung Sekincau 1.718 m, Pegunungan Labuan Balak 1.313 m, Bukit Sipulang 1.315 m. Di sebelah Timur dan Utara terdapat pula Gunung Pesagi 2.127 m, Gunung Subhanallah 1.623 m, Gunung Ulumajus 1.789 m, Gunung Siguguk 1.779 m, dan Bukit Penataan 1.688 m. Kabupaten Lampung Barat memiliki dua Zone Iklim yaitu : a Zone A Jumlah bulan basah + 9 bulan terdapat di bagian barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, termasuk Krui dan Bintuhan b Zone BL Jumlah bulan basah 7 – 9 bulan terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sedangkan curah hujan yang terjadi sepanjang tahun berkisar antara 2.500 – 3.000 milimeter setahun.

4.2 Sosial Ekonomi

4.2.1 Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 2,03 persen, maka pada tahun 2001 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat sebesar 372 ribu orang, lalu meningkat menjadi 375 ribu orang 2002, 383 ribu orang 2003, 388 ribu orang 2004, 393 ribu orang 2005 dan 410 ribu orang 2006. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,02 persen per tahun tersebut lebih tinggi dari rata-rata laju pertumbuhan penduduk nasional pada periode yang sama yaitu sebesar 1,27 persen per tahun. Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2006 Gambar 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Barat Tahun 2001-2006 Apabila dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Lampung Barat yang mencapai 4.950,40 Km 2 , kepadatan penduduknya sangat kecil. Kepadatan penduduk pada tahun 2001-2004 hanya sekitar 75 - 77 orangkm 2 . Sedangkan untuk tahun 2005 dan 2006 hanya meningkat menjadi 79 - 83 orang per km 2 . Keadaan tersebut perlu dicermati karena sangat mempengaruhi perumusan kebijakan dan program pembangunan, khususnya mengenai penyediaan sarana pendidikan, kesehatan dan fasilitas lainnya yang secara keseluruhan mempengaruhi pola pemukiman penduduk dan struktur tata ruang daerah. Penduduk yang sedikit tersebut menandakan bahwa dari sisi ketersediaan sumberdaya manusia sangat terbatas, mengingat Kabupaten Lampung Barat sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah perdesaan yang kepadatan penduduknya kecil. Penyebaran penduduk Kabupaten Lampung Barat tidak merata antar kecamatan. Misalnya daerah yang jauh dari pusat pemerintahan seperti Kecamatan Bengkunat, Pesisir Utara, Pesisir Selatan jumlah penduduknya relatif lebih kecil dibanding kecamatan lainnya. Sebaliknya kecamatan- kecamatan yang letaknya berada di pusat atau sekitar kota pemerintahan seperti Suoh, Way Tenong, Sumber Jaya memiliki jumlah penduduk yang relatif lebih besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Selengkapnya kondisi kependudukan Kabupaten Lampung Barat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007 LuasArea Penduduk KepadatanKm2 No Kecamatan Km 2 Jiwa JiwaKm2 1 Pesisir Selatan 699.52 20,231 28.92 2 Bengkunat 634.44 8,049 12.69 3 Bengkunat Belimbing 634.44 21,675 34.16 4 Ngambur 131.99 17,621 133.50 5 Pesisir Tengah 110.01 31,323 284.73 6 Karya Penggawa 62.46 13,181 211.03 7 Pesisir Utara 307.18 9,024 29.38 8 Lemong 327.25 14,580 44.55 9 Balik Bukit 195.50 31,497 161.11 10 Sukau 218.48 25,770 117.95 11 Belalau 395.06 36,160 91.53 12 Sekincau 270.90 35,064 129.44 13 Suoh 231.62 44,113 190.45 14 Batu Brak 189.67 12,259 64.63 15 Sumber Jaya 295.12 37,422 126.80 16 Way Tenong 185.48 39,194 211.31 17 Gedung Surian 61.34 13,560 221.06 Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2007 Dilihat dari angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja dari tahun 2001 hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 138.558 orang dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2006 jumlah penduduk yang bekerja mencapai 157.491 orang. Angkatan kerja yang berkerja tersebut sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu sekitar 79,79 persen, sektor perdagangan dan restoran 8,09 persen dan sektor jasa sebesar 5,34 persen. Sementara sektor pertambangan dan sektor listrik gas air adalah sektor yang paling sedikit jumlah penduduk Lampung Barat yang bekerja di sektor tersebut. Tabel 7. Komposisi Penduduk yang Berkerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007 Lapangan Usaha Komposisi Penduduk Bekerja Pertanian 79.79 Pertambangan 0.00 Industri pengolahan 1.23 Listrik gas air 0.00 Bangungan 1.75 Perdagangan 8.09 Angkutan dan komunikasi 3.04 Bank dan lembaga keuangan 0.59 Jasa 5.34 Lainnya 0.16 Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2007 Berdasarkan informasi pada Tabel 7 dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian masih menjadi primadona bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Barat. Namun demikian dilihat dari sudut pandang yang lain, terlihat bahwa adanya ketergantungan yang sangat besar terhadap sektor pertanian. Oleh karena itu, persoalan ini perlu menjadi bagian dari strategi kebijakan dan perencanaan pembangunan Kabupaten Lampung Barat, terutama dukungan alokasi anggaran untuk pengembangan sektor pertanian. Prioritas pengembangan sektor pertanian menjadi sangat penting dalam rangka mengatasi masalah pengangguran di Kabupaten Lampung Barat ke depan.

4.2.2 Pendidikan dan Kesehatan

Peningkatan sumberdaya manusia SDM merupakan modal untuk penggerak pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan di samping sumberdaya alam. Pendidikan merupakan sarana untuk menciptakan SDM yang berkualitas. Oleh sebab itu, pembangunan pendidikan merupakan faktor kunci peningkatan sumberdaya manusia di Kabupaten Lampung Barat. Tingkat pembangunan pendidikan di Kabupaten Lampung Barat secara umum menunjukan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator utama seperti jumlah sarana pendidikan, tenaga pendidik, rasio jumlah guru per murid dan rasio jumlah sekolah per murid. Pada tahun 2001 jumlah Sekolah Dasar SD sebanyak 258 sekolah meningkat menjadi 264 sekolah pada tahun 2003 dan 357 sekolah pada tahun 2007. Hal serupa juga terjadi pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP. Pada tahun 2001 jumlah SMP baik swasta maupun negeri sebanyak 34 sekolah bertambah menjadi 41 sekolah pada tahun 2003 dan pada tahun 2007 menjadi sebanyak 96 sekolah. Seiring dengan bertambahnya penduduk, maka kebutuhan terhadap sarana pendidikan juga semakin meningkat, terutama sarana pendidikan pada jenjang pendidikan lanjutan seperti Sekolah Menengah Umum SMU. Pada tahun 2001 jumlah SMU baik negeri maupun swasta di Kabupaten Lampung Barat hanya sebanyak 9 sekolah. Kemudian meningkat menjadi 13 SMU pada tahun 2003 dan pada tahun 2007 jumlah sekolah semakin bertambah menjadi 24 SMU. Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2007 Gambar 7. Jumlah Sekolah di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2003-2007 Sementara itu, jika dilihat dari sisi rasio murid per guru pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Lampung Barat selama tahun 2001 hingga 2006 tidak banyak mengalami peningkatan. Artinya jumlah murid yang terus bertambah hampir sama dengan penambahan jumlah guru yang melayani. Pada tahun 2001 rasio murid per guru untuk tingkat SD adalah sebesar 24 artinya satu orang guru melayani murid sejumlah 24 orang. Angka rasio ini tidak banyak mengalami peningkatan dimana pada tahun 2003 dan 2006 rasio murid per guru yaitu sebesar 16 dan 23. Kemudian untuk tingkat SMP, rasio murid per guru pada tahun 2001 sebesar sembilan belas artinya satu orang guru melayani murid sejumlah 19 orang. Pada tahun 2003 dan 2006 angka rasio tersebut mencapai 23 dan delapan belas. Angka rasio murid per guru untuk tingkat SMP jauh lebih baik dibandingkan untuk tingkat SD. Sedangkan untuk tingkat SMU rasio murid per guru jauh lebih baik dibanding jenjang pendidikan lainnya. Pada tahun 2001 rasio murid per guru sebesar 17 mengalami perbaikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 15 artinya satu orang guru melayani murid sejumlah 15 orang. Di samping rasio murid per guru, rasio murid per sekolah juga mengalami kemajuan yang cukup berarti. Sejak tahun 2001 rasio murid per sekolah untuk semua jenjang pendidikan baik SD, SMP dan SMU terus mengalami perbaikan. Untuk tingkat SD, rasio murid per sekolah pada tahun 2001 sebesar 194 mengalami perbaikan pada tahun 2003 dan 2006 yaitu masing-masing sebesar 177 dan 176. Artinya satu sekolah melayani murid sebanyak 194 orang 2001, 177 orang 2003 dan 176 orang 2006. Kemudian untuk tingkat SMP rasio murid per sekolah pada tahun 2001 sebesar 336, dan pada tahun 2003 dan 2006 menjadi 298 dan 272. Artinya satu sekolah SMP melayani murid sebanyak 336 orang 2001, 298 orang 2003 dan 272 orang 2006. Sedangkan untuk jenjang SMU, rasio murid per sekolah pada tahun 2001 sebanyak 454, 413 pada tahun 2003 dan 296 pada tahun 2006. Artinya satu sekolah SMU melayani murid sebanyak 454 orang 2001, 413 orang 2003 dan 454 orang 2006. Dalam bidang kesehatan, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat dalam memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi. Usaha ini ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat, sekaligus dalam rangka usaha pembinaan dan peningkatan mutu fiskal sumberdaya manusia dan Indonesia sehat 2010. Kabupaten Lampung Barat mengalami peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Kemajuan ini dapat dilihat melalui beberapa indiktor seperti angka kematian bayi, kematian balita dan gizi buruk. Pada tahun 2006 angka kematian bayi menurun menjadi 20 dari 23 di tahun 2005. Sementara itu angka kematian balita juga terjadi penurunan dari 6,41000 kelahiran di tahun 2005 menjadi 2,51000 kelahiran di tahun 2006. Sedangkan untuk kasus gizi buruk terjadi sedikit penurunan menjadi 25 kasus di tahun 2006. Namun demikian permasalahan utama di bidang kesehatan adalah terbatasnya tenaga kesehatan dan minimnya sarana prasarana kesehatan terutama di beberapa lokasi menyebabkan status kesehatan masyarakat Kabupaten Lampung Barat masih relatif tertinggal. Gambaran ini tercermin dari angka Indeks Angka Usia Harapan Hidup penduduk Kabupaten Lampung Barat yang masih rendah dan tidak mengalami perubahan sejak tahun 2005 yaitu sekitar 67 tahun. Terjadinya ketimpangan akses penduduk terhadap layanan kesehatan ini sangat mempengaruhi upaya peningkatan kualitas SDM sebagai modal utama pembangunan. Minimnya berbagai fasilitas dan tenaga kesehatan juga menjadi faktor penyebab rendahnya pembangunan kesehatan selama ini. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2005 hingga 2007, jumlah sarana kesehatan seperti Puskesmas hanya tersedia 10 unit dari 17 kecamatan yang ada dan tidak ada klinik bersalin yang tersedia di Kabupaten Lampung Barat. Selain itu minimnya tenaga kesehatan seeprti dokter dan tenaga medis lainnya menyebabkan tingkat pelayanan kesehatan menjadi rendah. Pada tahun 2007 rasio dokter per penduduk hanya sekitar 0,00067 artinya satu orang dokter melayani penduduk sebanyak 10.000 orang. Sedangkan rasio tenaga medis per penduduk hanya sekitar 0,00011 atau satu orang tenaga medis seperti bidan harus melayani penduduk sebanyak 10.000 orang.

4.2.3 Prasarana dan Sarana Daerah

Dalam rangka usaha menunjang pembangunan wilayah di Kabupaten Lampung Barat, pembangunan sarana dan prasarana perlu menjadi prioritas. Prasarana dan sarana yang vital antara lain jalan raya, air minum PDAM, listrik dan telepon sering menjadi masalah karena jumlahnya yang terbatas. Untuk infarstruktur jalan, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat hingga saat ini masih terus berupaya meningkatan kualitas dan kuantitas jalan yang ada. Pasalnya, prasarana dan sarana transportasi di Kabupaten Lampung Barat hanya terbatas pada perhubungan darat berupa kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih. Secara geografis wilayah ini diuntungkan karena dilalui oleh jalan Lintas Barat Sumatera, akibatnya mobilitas penduduk, barang dan jasa dari dan ke wilayah Lampung Barat ini cukup tinggi. Wilayah Kabupaten Lampung Barat dilalui oleh jaringan jalan nasional yang menghubungkan dari arah utara ke selatan yaitu Propinsi Bengkulu- Propinsi Lampung-Pulau Jawa, sehingga aksesibilitas transportasi di wilayah ini cukup padat. Di samping jalan negara tersebut sebagai jalan arteri primer di wilayah ini, terdapat juga jaringan jalan propinsi dan jalan Kabupaten yang menghubungkan antara wilayah Kabupaten dalam Propinsi Lampung maupun dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat itu sendiri. Jaringan jalan di wilayah Kabupaten Lampung Barat mempunyai panjang total 516,09 km, menurut statusnya dapat dibedakan menjadi jalan nasional dengan panjang 158,88 km 30,61 Persen, jalan propinsi dengan panjang 225,48 km 43,44 persen dan jalan Kabupaten hanya sepanjang 134,70 km 25,95 persen. Tabel 8. Panjang dan Status Jalan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2006 Panjang Jenis Permukaan Ruas Jalan Status Km Aspal Lapen Tanah Liwa - BTS Sumsel - 008 Propinsi 23.89 A - - Liwa - BTS Gn,Kemala - 009.1 Propinsi 29.17 A - - SP Gn.Kemala - Krui - 009.2 Nasional 4.20 A - - SP Gn.Kemala - Pg.Tampak - 061.1 Nasional 42.00 A - - BTS Bengkulu - 061.2 Nasional 36.00 A - - Krui - Biha – 053 Nasional 26.18 A - - Biha - Bengkunat Nasional 50.50 A - - Sukabumi - Suoh - 087 Propinsi 38.50 A T Suoh - Sanggi - 088 Propinsi 39.50 T Pd.Tampak – Liwa - 10.2 Propinsi 47.88 A - - Bk.Kemuning - Pd.Tampak - 10.1 Propinsi 46.54 A - - PagarDewa - Lombok Kabupaten 44.00 A T Ulu Sinong – Suoh 21.25 T Ulu sinong - Bungin 21.95 - T Taman Sari - Tebu 47.50 - T Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2006 Permasalahan yang terdapat dalam pembangunan infrastruktur jalan terutama pada masalah panjang jalan yang belum menjangkau serta kondisi jalan yang belum memadai. Dengan komposisi panjang jalan yang ada, maka dalam lima tahun kedepan diperlukan penambahan panjang jalan dan peningkatan kondisi jalan Kabupaten, sehingga dapat lebih menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat. Pada Tabel 8 terlihat bahwa panjang jalan Kabupaten sebesar 134,70 km yang merupakan tanggungjawab pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat kondisinya masih buruk yaitu masih banyak permukaan yang belum diaspal. Kondisi ini akan menghambat distribusi barang antar daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk. Peningkatan panjang jalan dan kondisi jalan Kabupaten tersebut, harus menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Lampung Barat ke depan. Selanjutnya sarana dan prasarana lainnya yang penting adalah air minum, listrik dan telepon. Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Barat mendapat air minum dari sungai dan sumur, sedangkan penduduk yang mendapatkan sarana air minum dari PDAM baru sebagian kecil. Meskipun pelayanan air minum yang dikelola PDAM belum merata, terutama di wilayah perdesaan namun masyarakat setempat dapat memenuhi kebutuhan air dengan dara membuat sumur dengan kedalaman 5-12 meter. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan wilayah yang mendapatkan fasilitas air minum baru terbatas pada wilayah perkotaan. Jumlah prasarana produksi air minum berjumlah 11 unit, dengan kapasitas produksi total sebesar 1.395 m 3 per hari, dan jumlah pelanggan sebanyak 4.152 pelanggan. Sementara itu untuk fasilitas telepon, secara umum wilayah Kabupaten Lampung Barat belum seluruhnya dapat dilayani oleh telepon. Namun demikian hampir seluruh kota di wilayah kecamatan sudah memiliki telepon dan kantor pos yang biasa melayani masyarakat yang membutuhkan. Penduduk yang terlayani fasilitas telepon ini terutama kawasan-kawasan yang terdidentifikasi sebagai kawasan perkotaan sedangkan kawasan-kawasan perdesaan belum sepenuhnya terlayani. Di era sistem informasi saat ini dan untuk menunjang perekonomian masyarakat baik wilayah perdesaan maupun perkotaan, peningkatan pelayanan sistem informasi ini sangat diharapkan pengembanagannya di masa yang akan datang. Pelayanan telepon tetap hingga tahun 2005 di Kabupaten Lampung Barat baru berjumlah 2.188 satuan sambungan SST. Namun demikian dengan semakin berkembangnya telepon seluler, pelayanan telekomunikasi menjadi sangat terbantu dengan telah beroperasinya beberapa operator seluler. Prasarana penting lainnya yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Barat adalah listrik. Sampai dengan tahun 2005, prasarana listrik dilayani oleh 7 PLN cabangranting, dengan jumlah pelanggan total 26.083 pelanggan. Jumlah daya yang terjual di seluruh wilayah pelayanan PLN pada tahun 2005 adalah sebesar 2,27 juta KVA. Selain jalan raya, listrik, air dan telepon, prasaran penunjang lainnya yang cukup penting dalam menunjang perekonomin wilayah adalah pasar, pertokoan, koperasi dan perbankan. Sampai dengan tahun 2006 jumlah pasar sebanyak 10 unit dan kompleks pertokoan sebanyak 12 unit yang terutama tersebar di kota Liwa, Krui, Sekincau, Sumber Jaya, dan Way Tenong. Jumlah unit ruko yang secara keseluruhan adalah 182 unit, sedangkan kios semi permanen berjumlah 776 unit. Kemudian untuk koperasi, sampai dengan tahun 2005 jumlah koperasi di Kabupaten Lampung Barat sebanyak 140 unit dengan jumlah anggota sekitar 21.000 lebih. Dari sejumlah tersebut volume usaha mencapai Rp. 93 miliar. Koperasi Unit Desa KUD dan Koperasi Pertanian dan Koperasi Pegawai Negeri adalah koperasi yang paling banyak dengan volume usaha antara Rp. 8 – Rp. 18 miliar. Sementara itu lembaga perbankan yang telah beroperasi dan memiliki kantor cabang antara lain BRI, BNI, Bank Lampung, Bank Eka, dan BPR Liwa.

4.2.4 Pembangunan Ekonomi

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan standar hidup yang layak bagi penduduknya yang salah satunya diukur dengan pendapatan per kapita riil masyarakat melalui indikator PDRB per kapita. Disamping itu pertumbuhan PDRB merupakan faktor penting dalam mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah. Perkembangan PDRB Kabupaten Lampung Barat berdasarkan harga konstan sampai dengan tahun 2007 menunjukan peningkatan. Nilai PDRB pada tahun 2007 sebesar Rp.1,28 trilyun meningkat dari Rp. 1,20 trilyun pada tahun 2006 dan Rp. 1,17 trilyun pada tahun 2005. Angka pertumbuhan rata-rata selama kurun waktu 2001-2007 sebesar 4,34 persen. Sejalan dengan meningkatnya PDRB, PDRB per kapita pun terus mengalami peningkatan. Rata-rata PDRB per kapita selama kurun waktu 2001- 2007 mencapai Rp. 2,88 juta per orang per tahun. Dimana pada tahun 2007 PDRB per kapita mencapai Rp. 3,13 juta per orang per tahun meningkat dari Rp. 2,68 juta per orang per tahun pada tahun 2001. Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2007 Gambar 8. PDRB Kabupaten Lampung Barat Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2001-2007 Dilihat secara sektoral pada Tabel 9, nilai terbesar PDRB Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2007 berada pada sektor pertanian dengan nilai Rp. 800 milyar atau sebesar 62,26 persen di meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.747 milyar atau sebesar 62,09 persen. Namun demikian kontribusi sektor pertanian mengalami tren yang semakin menurun sejak tahun 2002 hingga tahun 2007. Penurunan ini lebih disebabkan karena tumbuhnya sektor lain khususnya sektor perdagangan dan sektor jasa keuangan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB wilayah. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB wilayah pada tahun 2007 yaitu senilai Rp. 254 milyar atau 19,84 persen lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 241 milyar atau sekitar 20,02 persen pada tahun 2006. Perkembangan di sektor ini menunjukkan potensi Kabupaten Lampung Barat sebagai kota perdagangan, khususnya bagi produk- produk pertanian dan juga jasa hotel dan restoran. Sementara itu, pada tahun 2007 nilai PDRB terkecil berada pada sektor listrik dan air bersih yaitu sebesar Rp. 4,9 milyar atau 0,38 persen dari total PDRB wilayah. Rendahnya nilai PDRB sektor listrik dan air bersih disebabkan jumlah Kepala Keluarga atau penduduk yang masih relatif sedikit dibanding daerah lainnya, sehingga dari sisi pemakaian energi listrik cenderung rendah. Kemudian kebutuhan terhadap air bersih bagi penduduk masih dapat dipenuhi dari air tanah dan hanya sebagian kecil penduduk yang menggunakan fasilitas PDAM. Tabel 9. Distribusi PDRB Kabupaten Lampung Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2007 dalam persen Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 65,10 64,30 65,29 64,68 62,09 62,26 Pertambangan dan Penggalian 1,12 1,30 1,25 1,31 1,56 1,05 Industri 2,76 2,72 2,61 2,59 2,83 2,63 Listrik dan Air Bersih 0,18 0,23 0,25 0,24 0,24 0,38 Bangunan 3,72 3,72 3,55 3,75 3,77 4,20 Perdagangan, Hotel Restoran 19,22 19,31 18,78 18,51 20,02 19,84 Angkutan dan Komunikasi 2,35 2,84 2,88 2,87 3,14 3,10 Keuangan dan Jasa Perbankan 1,68 1,65 1,62 2,33 2,62 2,82 Jasa 3,96 3,94 3,78 3,72 3,73 3,73 Sumber : BPS Kab. Lampung Barat, 2007. Berdasarkan indikator PDRB per kapita dan perkembangan PDRB wilayah di atas, perekonomian Kabupaten Lampung Barat masih sangat tergantung pada sektor primer khususnya pertanian. Hal ini terlihat dari dominannya sektor pertanian dalam perekonomian wilayah dibanding sektor lainnya. Namun demikian, sektor pertanian di Kabupaten Lampung Barat sendiri kurang diberdayakan dengan baik. Hal ini terlihat dari rata-rata pendapatan penduduk PDRB per kapita yang masih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor pertanian kurang mendapatkan nilai tambah bagi produk-produk yang dihasilkannya. Meskipun demikian, dalam beberapa periode ke depan, sektor pertanian ini akan tetap menjadi sektor andalan bagi Kabupaten Lampung Barat.

4.2.5 Keuangan Daerah

Tujuan utama dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat daerah. Pemerintah Daerah, dengan sumber daya manusia SDM dan sumber daya keuangannya, melaksanakan berbagai fungsinya dalam rangka mewujudkan cita-cita dari pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam hal sumber daya keuangan, Pemerintah Daerah seharusnya dapat mengalokasikan anggarannya dengan arif dan bijak, serta memprioritaskannya bagi pembangunan di daerahnya sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat. Selain itu, Pemerintah Daerah juga dituntut untuk dapat menyelenggarakan fungsi pemerintahannya secara efektif dan efisien. Dilihat dari struktur penerimaan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat setelah diberlakukannya Otonomi Daerah, terus mengalami peningkatan secara absolut. Pada tahun 2003 penerimaan daerah Kabupaten Lampung Barat sebesar Rp. 235,9 milyar 2003 meningkat menjadi sebesar Rp. 210,7 milyar 2004, Rp. 243,7 milyar 2005, Rp. 376,6 milyar 2006 dan Rp. 443,3 milyar 2007. Seiring dengan pelaksanaan otonomi, selama periode tersebut terlihat bahwa Dana Perimbangan masih menjadi sumber penerimaan utama Kabupaten Lampung Barat yang berkisar antara 76 hingga 89 persen. Sementara sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah PAD hanya sekitar 2 – 3 persen. Struktur penerimaan ini menggambarkan bahwa pasca diberlakukannya kebijakan otonomi tidak terjadi akselerasi penerimaan yang signifikan terhadap Penerimaan Asli Daerah PAD di Kabupaten Lampung Barat yang ditandai dengan rendahnya kontribusi PAD bagi penerimaan daerah. Sementara disisi lain, adanya ketergantungan yang sangat besar terhadap Dana Perimbangan yaitu hampir sekitar 90 persen sejak tahun 2004 hingga 2007. Kondisi ini menggambarkan bahwa kemandirian pembiayaan pembangunan Kabupaten Lampung Barat masih sangat rendah. Tabel 10. Distribusi Penerimaan Daerah Kabupaten Lampung Barat Komponen Penerimaan Daerah 2003 2004 2005 2006 2007 PAD 2.3 2.4 2.5 3.0 2.8 Dana Perimbangan 76.6 89.1 88.0 89.0 84.7 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 7.3 8.5 9.5 8.0 12.5 Pembiayaan 9.9 9.8 11.6 8.7 16.8 Sumber : Sekretariat Daerah Kab. Lampung Barat, 2008 Ditinjau dari struktur pengeluaran Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam periode tahun 2003-2007, tidak terdapat perubahan porsi yang cukup signifikan walaupun secara absolut nilai pengeluarannya meningkat. Berdasarkan klasifikasi anggaran yang lama, pada tahun 2003 pengeluaran rutin mendominasi sekitar 58 persen dari pengeluaran total Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sedangkan sisanya yang sekitar 48 persen untuk pengeluaran pembangunan. Sementara pada tahun 2007 berdasarkan klasifikasi anggaran baru, alokasi untuk belanja aparatur baik langsung maupun tidak langsung mencapai 37 persen dari total pengeluaran dan sisanya sebesar 63 persen dialokasikan untuk pengeluaran non aparatur. Dari sini terlihat bahwa belanja pembangunan belum menjadi prioritas dalam alokasi anggaran Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. Besarnya porsi pengeluaran rutin atau pegawai juga menunjukkan belum efektif dan efisiennya penyelenggaraan pemerintahanan daerah.

4.3 Gambaran Umum