Pemasaran Anggrek dan Tanaman Hias Lain

Selain anggrek, penelitian mengenai tanaman hias lainpun telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian Chaizar 2007 berjudul ”Analisis Pendapatan Usahatani Phillodendron Millo , Tanaman Hias Euphorbia dan Tanaman Hias Puring di PD Atsumo, Sawangan, Depok, Jawa Barat”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pendapatan usahatani yang diperoleh PD Atsumo dan menganasis produk apakah yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Analisis data dilakukan dengan analisis pendapatan usahatani dan analisis Rasio RC untuk menganalisis produk usahatani paling efisien yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Berdasarkan analisis, usahatani bunga-potong Phillodendron Millo dan tanaman hias puring di PD Atsumo menguntungkan sedangkan usahatani tanaman hias tanaman hias Euphoria tidak menguntungkan. Penulis memberikan saran bahwa PD Atsumo hendaknya melanjutkan pengembangan usahataninya setelah mendapatkan produk unggulan dengan membuka kios tambahan di pasar bunga Rawa Belong atau tempat strategis lainnya agar lebih mudah dijangkau konsumen.

2.3 Pemasaran Anggrek dan Tanaman Hias Lain

Selain penelitian tentang aspek usahatani, berbagai aspek pemasaran yang terkait dengan industri tanaman anggrek dan tanaman hias lainnya juga cukup sering diteliti. Menurut Rahardi 1997, anggrek termasuk tanaman hias komersial. Hal ini dikarenakan anggrek mempunyai daya jual dan nilai ekonomi yang tinggi. Agar penurunan mutu produk dapat dicegah, maka perlu diketahui apa saja sifat tanaman hias komersial, antara lain; a. Tidak bergantung musim, dapat ditanam dan dipanen kapan saja sesuai dengan umur panennya sehingga keberadaan di pasar tidak mengalami kelangkaan. b. Perputaran modal cepat, berumur pendek karena selang waktu antara tanam dan panen tidak lama, sehingga produk dapat cepat terjual. c. Mudah rusak dan beresiko tinggi. Mudah rusak oleh kesalahan perilaku fisik selama pemanenanpengangkutan sehingga beresiko tinggi. Menurut Windiana 2001, anggrek merupakan salah satu jenis bunga potong yang banyak diminati oleh konsumen dalam negeri disamping mawar, sedap malam, krisan, gladiol, dan anyelir. Produksi anggrek Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor dan pasar dalam negeri. Aspek pasar lainnya yang telah diteliti adalah struktur pasar dari komoditas tanaman anggrek. Menurut Irvani 2001 struktur pasar yg terbentuk untuk tanaman bunga anggrek di DKI Jakarta adalah cenderung menuju pasar bebas free market. Kondisi tersebut didukung oleh beberapa faktor, antara lain ; jumlah lembaga pemasaran cukup banyak, tidak ada hambatan keluar masuk pasar, dan petani bebas untuk memilih lembaga pemasaran dalam penjualan produknya. Produk yang ditawarkan homogen anggrek tidak dibedakan baik dalam harga maupun kualitas. Konsumen ditingkat pengecer membedakan anggrek tersebut berdasarkan ada tidaknya bunga serta banyak sedikitnya kuntum bunga pada tanaman anggrek tersebut. Penelitian tentang perilaku konsumen anggrek, yang merupakan salah satu aspek pemasaran dilakukan oleh Harsono 2002 yang mengambil lokasi di Taman Anggrek Ragunan TAR pada tahun 2001. Aspek perilaku konsumen yang diteliti adalah ”Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian terhadap anggrek”. Dalam penelitian tersebut dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap anggrek, yaitu: pendapatan konsumen, harga tanaman anggrek, harga tanaman hias selain anggrek, jarak tempat tinggal, frekuensi kunjungan, usia, informasi, motivasi kunjungan, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan bahwa pendapatan erat kaitannya dengan jumlah pembelian responden terhadap tanaman anggrek. Tanaman anggrek memiliki elastisitas pendapatan sebesar 0,24 persen, sehingga tergolong sebagai barang normal. Setiap terjadi peningkatan pendapatan sebesar satu persen akan meningkatkan pembelian sebesar 0,24 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa perubahan pendapatan konsumen tidak sensitif terhadap jumlah pembelian tanaman anggrek. Menurut Harsono 2002, para pembeli tanaman anggrek adalah individu dewasa. Tingkat pembelian anggrek juga dipengaruhi oleh motivasi pembelian dan informasi yang berasal dari manajemen TAR. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pembelian anggrek karena motivasi bisnis lebih banyak daripada motivasi hobbies. Permintaan para responden yang merupakan golongan hobbies cenderung stabil, sedangkan permintaan para pedagang akan meningkat pada saat harga kompetitif. Menurut Harsono 2002, bauran pemasaran yang dilakukan oleh manajemen TAR meliputi bauran produk, bauran harga, bauran promosi, dan bauran tempat. Untuk bauran produk, tanaman anggrek yang ada di TAR tersedia dalam berbagai pilihan. Pilihan tersebut mencakup jenis, umur anggrek, dan jenis transaksi jual-beli maupun rental. Sedangkan saluran pemasaran yang ada sebagian besar ditujukan pada kalangan hobbies. Dikarenakan responden yang berhasil diwawancarai sebagian besar merupakan hobbis 56,6 . Penetapan harga terhadap produk anggrek merupakan bagian dari bauran harga. Terdapat perbedaan penetapan harga bagi konsumen hobbies dan bagi pedagang, dimana strategi penetapan harga yang diberlakukan untuk pedagang lebih rendah 15- 30 persen dibandingkan dengan harga yang ditetapkan untuk hobbies. Perlakuan ini membuat para pedagang terutama yang berasal dari luar kota merasa diuntungkan. Sehingga TAR memiliki keunggulan kompetitif dimata para pedagang tersebut. Harsono 2002 juga mengemukakan lokasi TAR bagi konsumen luar kota sebagian besar pedagang, dianggap sudah cukup strategis. Sedangkan promosi yang dilakukan oleh Pemda DKI sebagai pengelola TAR seringkali tidak dilakukan secara khusus, namun digabung dengan promosi pengembangan wilayah Ragunan sebagai pusat wisata alam di DKI Jakarta. Sehingga promosi yang dilakukan tersebut tidak tepat sasaran. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai manajemen pemasaran dilakukan oleh Kusumawardhanie 2003 melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Strategi Pemasaran Bunga Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai TAIP Jakarta”. Latar belakang penelitian ini yaitu terbukanya peluang yang besar dalam industri florikultura yang sedang berkembang khususnya terhadap komoditi anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Mengidentifikasi bauran pemasaran yang dijalankan penganggrek di TAIP, 2 Menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi penganggrek di TAIP, 3 menyusun alternatif strategi yang dapat diterapkan penganggrek TAIP. Dari hasil penelitian Kusumawardhanie 2003, berdasarkan analisis saluran pemasaran menunjukkan: 1 Produk, tanaman anggrek di TAIP beragam dan disajikan dalam bentuk tanaman anggrek dalam pot, baik yang belum atau sudah berbunga dengan bentuk dan warna yang bervariasi, 2 Penetapan harga jual anggrek pada setiap kavling di TAIP beraneka ragam, 3 Beberapa anggrek di TAIP melakukan penjualan ke daerah-daerah ini biasanya dilakukan oleh penganggrek yang memiliki lahan yang cukup luas, 4 Kegiatan promosi dilakukan TAIP melalui pameran yang diadakan tiga kali setahun bertempat di lapangan parkir TAIP. Penelitian mengenai pendapatan usahatani dan pemasaran bunga gerbera di Kabupaten Sukabumi pernah dilakukan oleh Yus pada tahun 2002. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa usahatani gerbera merupakan usahatani yang layak untuk diusahakan karena memiliki RC rasio lebih dari satu. Sedangkan pola pemasaran yang dipakai adalah pola: petani pedagang pengumpul pedagang Rawabelong Konsumen. Pengukuran keterpaduan pasar memberikan keterangan bahwa sebenarnya kondisi lokal yang berpengaruh pada pembentukan harga di pasar lokal. Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dengan mengubah struktur pasar oliopsoni yang dihadapi sehingga petani dapat memperbaiki posisinya. Informasi dari penelitian-penelitian terdahulu merupakan referensi yang membantu menggambarkan pemasaran komoditas hortikultura serta analisis pendapatannya. Windiana 2001 dan Irvani 2001 menggunakan anggrek sebagai komoditi yang diteliti, sama dengan komoditi yang diteliti dalam penelitian ini. Namun ada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu dalam hal komoditi yang dianalisis yaitu tanaman hias lainnya dan daerah penelitian. Penelitian ini berusaha mengkaji sistem pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium untuk dapat memberikan alternatif saluran pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium yang lebih efisien bagi petani anggrek di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor serta menganalisis pendapatan usahataninya. Penelitian mengenai sistem pemasaran memang telah banyak dilakukan namun komoditas yang biasa diteliti adalah buah dan sayuran. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petani dapat mengetahui alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien dan dapat memberikan farmer’s share terbesar sehingga pendapatan petani akan meningkat dan pada akhirnya petani akan lebih termotivasi untuk meningkatkan produksi anggrek. Selain itu juga diharapkan Kabupaten Bogor mampu mempertahankan dan mengembangkan posisinya sebagai daerah sentra produksi anggrek Dendrobium di Indonesia dan Pulau Jawa khususnya.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN