6.1.4 Analisis pendapatan Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium
Usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur termasuk dalam usahatani komersial Commercial farm karena tujuan dari kegiatan
usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium di daerah ini adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan usahatani bunga-potong anggrek
Dendrobium ditentukan oleh hasil produksi, biaya yang dikeluarkan dan harga yang terjadi di pasar.
Suatu usahatani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya bernilai positif. Selisih tersebut akan dinamakan pendapatan
atas biaya tunai jika penerimaan totalnya dikurangkan dengan pengeluaran tunai, sedangkan apabila penerimaan totalnya dikurangkan dengan pengeluaran totalnya
maka selisih tersebut akan dinamakan pendapatan atas biaya total. Berdasarkan analisis pendapatan pada Tabel 26 terlihat bahwa pendapatan
atas biaya tunai yang diperoleh petani skala II lebih besar dari pendapatan atas biaya totalnya, yaitu dengan nilai pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 87.276.419,72 dan
Rp 56.741.258,61 untuk pendapatan atas biaya total. Besarnya pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani adalah karena biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani
lebih rendah dari biaya totalnya. Hal tersebut juga terjadi pada petani skala I dimana biaya tunainya sebesar Rp
21.548.363,00 dan biaya total sebesar Rp 40.449.202,53. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh sebesar Rp 23.671.237 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp
4.770.397,47. Apabila dibandingkan maka diketahui pendapatan yang diperoleh petani skala
I, baik atas biaya tunai maupun biaya totalnya ternyata lebih rendah dari petani yang terdapat pada skala II. Adapun yang menyebabkan petani skala I memperoleh
pendapatan yang lebih rendah adalah dikarenakan jumlah tanaman yang diusahakan masih sedikit yaitu berkisar 3.000-7.000 tanaman padahal biaya usahatani yang
dikeluarkan cukup besar.
Tabel 26. Rata-rata Pendapatan dan RC Rasio Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium pada Skala I dan Skala II di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2009-2010
Komponen Skala I Rp
Skala II Rp
A. Jumlah Total Penerimaan 45.219.600,00
118.500.000,00 B. Total Biaya Tunai
21.548.927,00 31.223.580,28
C. Total Biaya Diperhitungkan 18.900.839,53
30.535.161,11 D. Jumlah Total Biaya B+C
40.449.766,53 61.758.741,39
E. Pendapatan Atas Biaya Tunai A-B 23.670.673,00
87.276.419,72 F. Pendapatan Atas Biaya Total A-D
4.769.833,47 56.741.258,61
G. RC Atas Biaya Tunai AB 1,91
3,79 H. RC Atas Biaya Total AD
1,11 1,91
Apabila dilihat perbandingan antara penerimaan dan biaya RC rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya seperti yang tertera pada Tabel 25 maka dapat
disimpulkan bahwa
usahatani bunga-potong
anggrek Dendrobium
yang dikembangkan oleh petani skala I dan II di Kecamatan Gunung Sindur pada dasarnya
layak untuk diusahakan karena memiliki RC rasio yang lebih besar dari satu. Hal ini berarti bahwa usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium tersebut masih dapat
memberikan keuntungan. Namun, apabila dibandingkan maka diketahui ternyata RC rasio yang diperoleh petani di skala I lebih rendah dari petani yang ada di skala II.
Adapun RC rasio yang diperoleh petani pada skala I adalah 1,91 untuk RC atas biaya tunai dan 1,11 untuk RC atas biaya total. Angka yang dihasilkan tersebut
memiliki arti bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan petani anggrek maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,91 untuk RC atas
biaya tunai dan 1,11 untuk RC atas biaya total. Sedangkan RC rasio atas biaya tunai dan RC rasio atas biaya total yang diperoleh petani skala II masing-masing sebesar
3,79 dan 1,91 yang artinya setiap Rp 1,00 biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan petani anggrek maka akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp
3,79 untuk RC atas biaya tunai dan Rp 1,91 untuk RC atas biaya total. Dapat dilihat bahwa banyaknya jumlah tanaman anggrek yang diusahakan berpengaruh terhadap
keefisienan pendapatan usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium, semakin besar
jumlah tanaman yang diusahakan maka akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar dengan asumsi perawatan tanaman dilakukan dengan intensif.
6.2 Analisis Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium
Penelaahan pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, pedagang pengumpul lokal, pedagang
pengumpul luar daerah, pedagang besar di Pasar Rawabelong, floris sampai ke konsumen akhir. Adapun yang dianalisis adalah saluran pemasaran, fungsi setiap
lembaga pemasaran, struktur dan perilaku pasar, marjin pemasaran, rasio keuntungan terhadap biaya dan farmer’s share.
6.2.1 Saluran Pemasaran
Hasil produksi bunga-potong anggrek Dendrobium dari Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor sebagian besar oleh 20 petani responden dijual ke pedagang
pengumpul lokal 100 persen dengan volume penjualan pada saat penelitian yaitu 334 ikat 16.700 tangkai. Penjualan ke pedagang pengumpul lokal ini disebabkan
oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh petani dalam merawat tanaman anggreknya, dimana kegiatan tersebut dilakukan sepanjang pagi hingga sore hari,
sedangkan untuk menjaga kesegarannya sebaiknya anggrek potong dipasarkan pada pagi hari. Selain itu juga karena jauhnya lokasi penjualan dari kebun mereka, yaitu di
Pusat Pemasaran bunga Rawabelong dan floris yang ada di Jakarta. Gambar 8 menjelaskan bahwa terdapat enam saluran pemasaran yang digunakan
petani dalam menyampaikan barangnya ke konsumen. Saluran tersebut antara lain: 1. Saluran 1 : Petani → Pedagang Pengumpul Lokal → Konsumen
2. Saluran 2 : Petani → Pedagang Pengumpul Lokal → Pedagang Besar Pasar Bunga Rawabelong → Konsumen
3. Saluran 3 : Petani → Pedagang Pengumpul Lokal → Pedagang Besar Pasar Bunga Rawabelong → Floris → Konsumen
4. Saluran 4 : Petani → Pedagang Pengumpul Lokal → Pedagang Pengumpul Luar Daerah → Konsumen